"Death Cleaning" Cara Terbaik untuk Membuang Barang Kesayangan yang Tak Bermanfaat

death cleaning
pinterest



Siapa yang tak menyangkal bahwa kita senang sekali menyimpan benda atau barang-barang yang sifatnya “memorable” atau punya kenang-kenangan. 

Pastinya ketika masih muda, dalam perjalanan ke suatu daerah tertentu atau bertemu dengan orang-orang yang kita kasihi, entah itu sahabat atau teman dekat. Pada saat kita datang atau berpisah, kadang-kadang kita saling memberikan suatu barang yang menurut kita akan membuat suatu kenangan indah ketika kita sudah berpisah. 

Nach, ternyata benda atau barang yang merupakan kenangan itu bukan hanya satu benda saja, ada barang yang sudah lama kita beli, untuk menghadiri pesta “prom” akhir sekolah SMA, kita simpang baik-baik. Benda atau barang-barang yagn disimpan itu akhirnya menumpuk di lemari kita. Bercampur dengan barang yang baru dan setiap saat kita pakai. Begitu kita akan mencari barang yang harusnya kita gunakan sehari-hari, ech sulitnya setengah mati menemukan karena barang itu terselip bercampur dengan barang lama yang seharusnya tidak pernah kita gunakan lagi.

 Mengapa kita selalu menyimpan benda lama? 


Saya bukan type orang yang suka menyimpan benda atau barang lama. Meskipun itu mungkin punya nilai emosional misalnya foto saat masih kecil hingga SMA, ternyata album foto itu sudah dimakan rayap di Gudang. Akhirnya dibuang dan tidak pernah disentuh lagi. Demikian juga dengan Sepatu, baju atau buku-buku, saya biasanya akan cuci Gudang setahun sekali.

 Semua barang mulai disortir dan dipinggirkan , jika masih dalam keadaan baik, akan didonasikan . Jika tidak baik akan coba didaur ulang atau dibuat kain lap dan seterusnya. Namun, ada sebagian orang yang mengganggap bahwa menyimpan barang yang punya nilai memori itu tidak boleh dibuang, harus disimpan terus.

 Bahkan, ketika sampai tua pun perlu disimpan dan dirawat sehingga nanti bisa dijadikan kenang-kenangan untuk anak-cucu kita. Death Cleaning 

Konsep dari Death cleaning adalah metode menyingkirkan dan menata kembali barang-barang yang tidak dibutuhkan dalam rumah sehingga terlihat bersih dan rapi. Adalah sebuah buku yang ditulis oleh Margaret Magnusson “The Gentle Art of Swedish Death Cleaning” menjelaskan bahwa perlunya seseorang membuang dan menata kembali barang-barang di saat seseorang berangkat tua. 

 Tanpa disadari, seseorang di masa mudanya memang suka mengumpulkan dan mengkoleksi benda-benda “klangenan”, kesayangan, kenangan yang mengandung citra diri atau “life style”. Sayangnya, jika semua benda-benda koleksi masa mud aitu tidak disusun dengan rapi, maka benda-benda itu hanya akan jadi tumpukan barang berdebu sehingga rumah penuh dengan perabot dan bend ayang tak terpakai. 

 Nantinya benda yang tak terpakai itu akan merepotkan orang yang akan kita tinggalkan saat kita meninggal dunia. Death Cleaning dapat diterapkan kepada mereka yang merasa dirinya sudah berusia 50 ke atas atau mereka yang memiliki orangtua sudah berusia di atas 50 an. 

Kenapa mereka perlu mengerti dan mengerjakan “death Cleaning”? Supaya mereka memahami bahwa dengan membereskan barang yang sudah tak bermanfaat lagi, hal itu tidak akan menajdi beban bagi keluarga apabila ada sesuatu yang tak diinginkan terjadi.

 Apa beda antara “death cleaning” dengan Marie Kondo?


 Marie Kondo dikenal dengan metode merapikan barang dengan sangat tertata apik. Hanya konsep dari “Death Cleaning” adalah pertahankan barang yang kamu suka dan singkirkan barang yang tidak kamu suka. 

Sementara Marie Kondo mendorong agar Anda membuang , daur ulang dan mendonasikan barang yang tidak diinginkan. Magnusson memohon agar barang-barangmu yang tidak kamu inginkan diberikan kepada teman, atau family (tentu hal ini tidak bis akita lakukan karena tidak lazim di Indonesia memberikan barang bekas kepada teman/keluarga). 

 Hanya barang yang penuh dengan memori atau sentimental, bisa kamu simpan sebagai hal yang penting. Manfaat dari “Death Cleaning” Secara phsychologi, atau lengkapnya “pschyological Deat Cleaning”, meningkatkan daya tahan Kesehatan mental, “positive thinking” 

Seseorang yang masa muda penuh dengan kejayaan karena punya jabatan, pangkat, harta, semuanya akan berakhir ditinggalkan ketika kita harus menghadap kepadaNya. Oleh karena itu barang sebagai symbol hendaknya kita anggap sebagai titipan saja. 


 Kita tetap hidup dengan semangat tanpa barang-barang itu. Dengan bertambahnya usia, barang-barang itu hanya membuat rumah penuh dan mengakibatkan risiko Kesehatan dan keselamatan.

Tidak ada komentar

Pesan adalah rangkaian kata yang membangun dan mengkritik sesuai dengan konteksnya. Tidak mengirimkan spam!

Total Tayangan Halaman