Featured Slider

Nginap di Hotel Kapsul, First Cabin, Unik dan Ngga Ribet untuk Transit

First Cabin
Sumber: First Cabin.com


Jepang menjadi negara Impiaku sejak masih muda. Pernah kerja di perusahaan Jepang, hanya dengar dari atasan maupun kolega cerita betapa indahnya dan menariknya Jepang. Akhirnya, aku diberikan kesempatan untuk mewujudkan mimpuku. 

Aku menginjak Kyoto, Osaka sebelum Covid. Pengalaman yang paling menarik dan tak pernah terlupakan adalah saat tidur di suatu hotel kapsul bernama First Class Cabin yang sangat unik.

Mengapa kami memilih hotel First Cabin?

First Cabin
sumber:  first cabin's.com


Dengan pesawat All Nippon Airways atau sering disebut Ana Air, kami berdua , saya dan anak berangkat dari Bandara Soekarna Hatta sekitar jam 16:00 . Tujuan bandara kedatangan adalah Osaka. Tetapi ternyata kami tidak bisa mendapatkan pesawat yang langsung dari Jakarta ke Osaka, kami harus transit di Bandar Udara Kasai Internasional. 

Waktu transit begitu singkat, kami akan tiba di Kansai Airport pada pukul 23.00 dan besoknya jam 7 pagi kami harus berangkat dari Kansai Airport menuju ke Osaka. Nach bingung dong kalo menginap hotel di luar Kansai. Malam-malam ke luar aiport, pagi-pagi harus bergegas kembali ke Kansai Airport. 

Untuk efisiensi kami sebelum berangkat sudah browsing. Hotel yang ada di airport. Wah, senangnya kami menemukan hotel yang letaknya di Bandara, jadi ngga usah repot pagi-pagi bangun, langsung bisa ke bagian domestik. 

Kami memesan hotel kapsul, First  Cabin untuk dua orang. Kebetulan masih ada tempat untuk 2 pemesan perempuan (untuk pengunjung perempuan dipisahkan dengan laki-laki). Letaknya First Cabin sangat strategis sekali loh, begitu mendarat di Bandara Internasional Kansai, kami tinggal mengikuti map, berpindah gedung dari suatu gedung ke gedung yang disebut Izumisano, kami menemukan hotel ini.

Kesan pertama , dalam kondisi cape, kami dapat menemukan tempat ini dengan sangat mudah, akses dan lingkungan juga menakjubkan dan bersih. Disediakan wifi dan ruang AC. Tetapi kami cukup kaget ketika menemukan kamar kabin yang begitu sempit dan cukup untuk mereka yang punya tubuh kecil. 
 Jika tubuh besar, pasti ngga bisa bergerak sama sekali.

 Merasakan Tidur di First Cabin


 Begitu kami selesai dengan urusan pengambilan koper, langsung menuju ke luar dan melihat map arah menuju First Class Cabin. Tak pernah terbayang ukuran kamar yang kecil atau sempit. Tetapi begitu kami check-in sekitar hampir jam 24.00, kami diberikan 3 kunci, 1 untuk masuk ke ruang koridor, 1 untuk safety box (jika bawa barang berharga) dan satu lagi untuk koper.

Begitu memasuki Lorong-lorong panjang, ada cabin-cabin yang berderet-deret. Kabinnya sangat sempit ukuran kamar, hanya berukuran 2 x2 meter. Cukup untuk membaringkan tubuh untuk tidur. Ngga bisa meletakkan barang kecuali untuk handphone di lemari kecil yang menempel di bagian tempat tidur. 

Fasilitas lainnya lampu, AC . Lalu jadi dimana kami menyimpan koper? Tempat koper dan barang-barang yang tak terpakai diletakkan di suatu kompartemen khusus untuk koper dengan nomer “security” yang dapat kita minta kuncinya.

Untuk mandi, toilet, ada ruang yang digunakan secara bersama-sama tamu. Ruangan luas terbuka dan ada tempat untuk mandi yang tersekat . Ada kaca besar untuk wastafel untuk sikat gigi, dandan. Kebersihan sangat dijaga. Tidak boleh ada air yang ke luar dari kamar mandi maupun wastafel 

Nach sekarang waktunya tidur bingung loh kok ngga ada pintunya. Ternyata ada rolling door dari atas ditariik ke bawah. Hiks saya sendiri sampai bengong sebentar, berpikir apakah bisa bernafas jika kerai ditutup rapat. Tapi jika tidak ditutup bagaimana jika ada orang yang “nyelonong “masuk ke dalam. 

Tetapi kondisi badan sudah sangat lelah, saya pun tak memusingkan lagi dengan urusan pintu. Begitu jam 01.00 saya sudah terlelap tidur. Jam 5.00 pagi harus cepat-cepat bangun karena antrian ke toilet cukup panjang. 

Ternyata semua yang nginap di sini memang khusus untuk penumpang lanjutan untuk mengejar pesawat pagi. Tidak ada breakfast, yang penting kami sudah mandi dan setor buang air, kami hanya makan roti sambil jalan untuk menuju ruang domestic. Jadi kami memilih hotel kapsul, 
First Cabin ini untuk alasan kepraktisan dan kemudahan supaya kami tidak ketinggalan pesawat di pagi hari.

 Sejarah Hotel kapsul


 Hotel kapsul yang pertama di dunia di buka pada tahun 1979 dan merupakan Hotel Kapsul pertama di Osaka. Terletak di distirk Umeda, Jepang, dirancang oleh Kisho Kurokawa. Setelah itu menyebar ke seluruh kota-kota lain di Jepang. 

 Mengapa Hotel Kapsul tidak bisa di kunci di Jepang?

 Berdasarkan undang-undang hotel di Jepang, setiap kamar hotel tidak boleh memiliki kunci di pintu, begitu pula kapsul tidur. Meskipun ada tirai, kerai, pintu kecil, tetap tidak bisa mengunci kapsul Anda 

 4 Top Kapsul Hotel yang Terbaik 


Kapsul hotel didesain dengan sangat unik tetapi cukup mewah untuk jendela dari setiap ruang. Dengan konsep yang sempit tetapi cukup untuk istirahat serta dapat melihat SCI-FI Movie. 

 Beberapa hotel kapsul favorit yang ada di Jepang adalah:

  •  Book and Bed (Ikebukuro, Tokyo)- Hotel kapsul yang diidamkan oleh para pengunjungnya karena kepraktisan dan efisiensi. Hotel kapsul ini dibangun dengan ukuran manusia dan ada -rak buku berukuran manusia, ada 4000 buku yang disusun dirak dalam bahasa Jepang dan Inggris.

  • Nine Hours (semua kota di Jepang)- hotel kapsul yang termasuk futuristik seperti masuk dalam pesawat ruang angkasa. Ada beberapa cabang hotel kapsul ini di stasiun Shinjuku dan Narita Airport, dan juga ada di Kanda, Tokyo 

  • First Cabin (di seluruh Jepang)- hotel temanya transit pesawat terbang dengan beberapa Lokasi seperti di Tokyo, Osaka, Kyoto, Nagasaki, dan Fukuoka. Anda dapat menikami pengalaman spa, di bar and memilih beberapa pelayanan dari harga yang murah (budget) hingga First Class Luxury.
  •  Capsulel Ryokan (Kyoto)- hotel versi kapsul dari “ryokan Tradisional Jepang. Ada fasilitas penataan tatami, perangkat tidur tradisional jepang , dekorasi dari kayu dan dapur bersama-sama – sangat mengagumkan jika Anda mengunjungi Kyoto dengan memilih budaya ini jika Anda tidak sanggup membayar untuk tinggal di “ryokan”. 

Tertarik untuk tinggal di Hotel Kapsul? Bukan masalah kenyamanan yang dipentingkan tetapi hal kepraktisan dan efisiensi untuk perjalanan hotel ini disiapkan bagi pelancong/wisatawan. Harga memang berbeda dengan hotel berbintang, tapi kenyamanan cukup lumayan

 Artikel ini adalah bagian dari Latihan komunitas LFI supported by BRI..

Beli Batik Lewat Media Sosial, Kena Tipu dan Teror

Beli Batik Kena Tipu dan Teror
canva.com



Dunia kerja yang aku geluti saat ini adalah dunia penulisan. Mau tidak mau aku yang sudah berusia senior ini harus memiliki media sosial. Kenapa? Saat aku ikut lomba menulis pasti diminta untuk sharing blog post ke media sosial. Intinya aku diminta untuk memamerkan hasil tulisan di media osial milikku. 

Awalnya, aku ngga pernah membayangkan punya media sosial seperti Facebook, Instagram, Youtube, Twitter. Rasa khawatir, takut dan berjuta rasa yang tak pernah kurasakan sebelumnya. Akhirnya setelah beberapa tahun menekuni dunia penulisan barulah aku merasa lebih pasrah dan lega untuk posting tulisan di media sosial sendiri.

Bahkan , akhir-akhir ini lebih sering “browsing” profil orang lain atau mengintip iklan-iklan yang bersliweran di sepanjang media sosial. Iklannya sekarang lebih banyak ketimbang posting yang bermanfaat. 

Nach, suatu hari anak saya yang baru saja diterima di suatu perusahaan baru (setelah kena PHK). Di perusahaan baru ini, ada peraturan hari Senin pakai seragam biru, Selasa pakai seragam coklat, Rabu seragam biru, Kamis dan Jumat kenakan bebas Batik.

Berhubung anak tak pernah memiliki baju batik, maka baju batik saya diambilnya untuk dipakai di kantor. Kehilangan 2 baju batik yang saya sukai, agak sedih juga. Tapi demi, anak yang dicintai, saya sudah merelakannya. Hanya terpikir bagaimana cari penggantinya.
Facebook.com


Suatu hari ketika aku sedang pusing mau menulis ngga ketemu “insight”, aku sedang iseng browsing di Facebook, tiba-tiba mata tertuju dengan suatu penawaran baju-baju batik yang tampilannya sangat menarik. Dari sekian banyak foto-foto yang dipajang di etalasenya, segera aku tertarik yang satu ini. 
facebook.com


Tanpa pikir panjang aku segera klik saja. Ternyata dengan klik “order” aku diarahkan ke suatu whatsapplication. Berbincang dengan admin tentang tanya harga, ukuran dan bagaimana cara ordernya. Setelah dilayani oleh admin, admin segera minta aku untuk segera membayar, tidak melayani COD. 

 Aku agak sedikit “deg”, loh biasanya kalo aku beli barang lewat e-commerce juga ngga pakai COD, langsung bayar tapi ada proses pembayaran yang sangat “secured”. Kenapa admin agak galak minta COD

Sudahlah aku ngga mau pikir panjang.   Selesai  membayar, aku segera  memberikan bukti bayarnya kepada admin. Aku bertanya lagi, kapan akan diproses untuk pengiriman. Admin menjawab, sedang diproses. 

Ternyata lima menit kemudian, ada chat yang masuk. Aku agak curiga kenapa profil chat ini menggunakan nama “Bea Cukai”. Loh, aku ngga pernah pesan apa-apa dari luar negeri. Lalu chat itu secara resmi menyatakan : “Perkenalkan saya Kurnia Saktiyono petugas bea cukai di Bandara Soekarno Hatta paketan anda sudah sampai di bandara. TPI barang kami tahan . Krn itu tidak ada kelengkapan surat pajak PPN PPHnya, sy tanya ini barang pembelian lewat online atau kiriman dari keluarga?” 

Nalarku segera jalan  dengan mengatakan kepada diri sendiri: “Wah aku terjebak  penipuan!”. Pertanyaan dari penipu itu tidak kujawab. Loh barang lokal kok pakai dikirim ke Bandara, dan pakai PPN PPH. Jika kujawab, aku akn diarahkan untuk membayar atau diarahkan untuk klik suatu link dan amblaslah uang di akun. (Ini sudah sering aku dengar dari teman yang pernah terjebak). 

Tetapi hampir tiap 2 jam selama hampir 5 hari berturut-turut, telponku berdering-dering terus. Teror dari penipu yang awalnya nama dari caller kuketahui bernama Bea Cukai, tiba-tiba ganti-ganti menjadi “Scammer”. 

Baru kali ini aku kena terror loh, padahal aku khan ngga salah. Sudah kena tipu dengan hilangnya uang, masih kena teror. Wah benar-benar perasaan takut ditambah dengan khawatir terus mendera diriku. 

Sambil berdoa aku minta agar suami ikut mendoakan agar terror ini segera berhenti. Pelajaran mahal bagi diriku, untuk tidak membeli barang yang ditawarkan di media sosial . 

Aku sudah lapor ke media sosial (Facebook), jawabannya sangat standar sekali. Tidak ditemukan adanya kejanggalan atau sudah memenuhi standar etika komunitas. Kecewa berat khan! 

Nach teman-teman aku pengin sedikit berbagi informasi agar kamu tidak terjebak dalam pembelian barang lewat media sosial, tapi gunakanlah e-commerce

Ini alasannya mengapa media sosial harus dipisahkan dengan e-commerce: Pemerintah telah mengesahkan suatu peraturan Permendag Nomor 31 Tahun 2023 tentang Perizinan Berusaha , Periklanan Pembinaan, dan Pengawasan Pelaku Usaha dalam Perdagangan Melalui Sistem Elektronik (PMSE). 

Jelas bahwa dalam aturan ini media sosial dilarang melakukan transaksi jual beli dalam platform aplikasi. Adanya pemisahan antara bisnis di media sosial , e-commerce atau social commerce. Social commerce hanya diperuntukkan untuk memberikan penawaran barang atau jasa. PPMSE tidak berlaku untuk bisnis media sosial karena PPMSE tidak berikan fasilitas pembayaran pada system elektronik. 

Bahaya dari media sosial melakukan bisnis media sosial sekaligus e-commerce

1.Platform dapat memonopoli pasar

Sayangnya pengguna seperti saya tak sadar bahwa membeli produk tertentu yang jadi monopoli platform yang bisa menetapkan harga yang sesukanya, dan perlakuan berbeda harganya dan diskriminatif. 

2.Platform bisa memanipulasi algoritma


Dengan mudahnya platform bisa memunculkan produk asing tertentu untuk terus muncul di media sosial pengguna, tapi mempersulit produk lokal untuk masuk ke dalamnya. 

3.Platform bisa memanfaatkan traffic yang tinggi 


Traffic yang tinggi menjadi navigasi atau trigger dalam pembelian di e-commerce

 Oleh karena trigger ini tidak diperbolehkan dalam satu platform dengan media sosial. 

4.Perlindungan konsumen


Pemprosesan data pribadi tidak sesuai dengan tujuan, Misalnya media sosial hanya untuk hiburan, tapi datanya dipakai untuk diperdagangkan. 

 5.Tidak ada verifikasi

Di Media sosial tidak ada validasi atau verifikasi penjual. Artinya kredibilitas penjual tidak ada. Jika di e-commerce, jika pembeli membeli barang dan membayar, maka uang itu akan ditahan dulu oleh pihak e-commerce sampai barang diterima oleh pembeli barulah penjual menerima dananya. 

 Nach, teman-teman, jika aku sudah mendapat pelajaran untuk tidak membeli barang lewat media sosial apalagi denganmelihat kelemahan di atas, maka Anda jangan masuk ke lubang yang sama, terjebak oleh penipu di media sosial. 

Artikel ini adalah bagian dari Latihan komunitas LFI supported by BRI .

Will Faja Shapewear Help You Shape The Body ?

There are plenty of options around for those who are looking to get the ideal shape. While there are surgeries, there are also some non-invasive and popular options. One of these options is fajas. Which is a type of shapewear that promises to create a slimmer and more toned appearance while contouring the body. 

You are probably wondering if a faja shaper can truly shape the body without the need for surgery. To be able to answer this question it is more than important to explore what these garments are, how they work, and their benefits, amongst other considerations. 

Faja Shapewear
Source : Faja Shapewear


 Fajas, what are they?


They are compression garments, quite similar to girdles or corsets. And they have a more advanced design and materials. The name faja originated in Latin America, and it means wrap or belt in Spanish. But in the context of body shaping, it refers to a full-body shaper. 

They can be also considered, tummy shapewear and are made of a combination of materials, that provide elasticity and firmness. You can find them in different styles like full-body suits, waist trainers, and even post-partum girdles. They all have been designed to target different body areas. 

 How do they work? 


 Their main function is to apply consistent compression to specific body areas. This compression will create an immediate visual effect. It will also smooth out bulges and reduce the appearance of cellulite. The fat and tissue will get redistributed, and this will give you a more sculpted appearance. 

 These garments are also marketed as tools for those who are looking for long-term body shaping. The theory says that consistent use will train the body to maintain a certain shape. It’s similar to waist training works. 

Faja Shapewear
source:  Faja Shapewear


 Benefits you need to know 

One of the first benefits is getting an instant slimming effect like the shaper shorts can give you. They compress the midsection and other areas, creating the illusion of a smaller waist and flatter stomach. This can lead to a boost in confidence. 

 They are usually recommended by surgeons or post-operative recovery. Especially after surgeries like tummy tucks or liposuction. The compression these garments provide will help reduce the swelling and support the healing process. Besides it will ensure that the skin properly adheres to the underlying tissue. 

Faja Shapewear
Source:  Faja Shapewear

 Some new mothers seek the help of fajas for postpartum support. Once again, the compression will help them support the abdominal muscles, reduce the swelling, and improve posture. This can aid the recovery process and help the body return to its pre-pregnancy shape quicker.

 An improved posture is another benefit, as the structure of the garment contributes to it. They provide support to the abdomen and back, encouraging them to maintain a straighter posture. 

And finally, it serves as motivation for weight loss. The immediate slimming effect can inspire commitment to healthier eating habits and doing regular exercise.

 What to consider? 


 There are plenty of benefits you can get from wearing a faja, but there also also some considerations to keep in mind. It’s always important to remember that the effects are primarily temporary, while the pieces are being worn. 

 It’s also important to remember that wearing them for longer extended periods can lead to discomfort. It’s essential to use the fajas as they are recommended and not to rely on them as long-term solutions. 

Don’t consider them as a substitute for a healthier lifestyle. They will enhance the appearance temporarily, but they won’t address the factors that contribute to body shape. Like the fat distribution or muscle tone. Following a balanced diet and practicing regular exercise are still the most effective ways to achieve and maintain a healthy body shape.

Kerentanan dan Perubahan Pola Penghormatan Anak Mengganggu Kegelisahanku

Kegelisahan Orang tua
freepik.com


Berita yang saya baca, sangat menggugah dan menggelisahkan hati. Hari Sabtu, tanggal 13 Juli 2024, di Jonggol ditemukan jenazah sepasang suami-istri yang telah senior, Hans dan Rita. Tidak diketahui dimana keberadaan ketiga anaknya. 

Bahkan, ketika saat penguburan dilakukan, kehadiran ketiga putranya tidak muncul sama sekali. Sungguh suatu kejanggalan sekaligus kemirisan yang saya rasakan kenapa ketiga anaknya tak mengetahui kondisi orang tuanya sampai meninggal. Apakah selama itu tidak ada komunikasi antara anak dengan orang tua? Menyedihkan sekali penguburan orang tua tanpa kehadiran anak-anaknya yang notabene berada di Indonesia. 

Kegelisahan orang tua yang hidup makin rentan Sebagai orang tua, saya tentu berharap bahwa saya tetapi hidup sehat hingga usia rentan. Namun, tidak dipungkiri saat mendengar berita yang menyedihkan, membuat saya segera  berefleksi .

Semakin memasuki usia rentan, saya makin cemas dan gelisah ketika anak saya satu-satunya tidak lagi memberikan perhatian dan perhatian yang layak. Kegelisahan ini muncul dengan berbagai alasan, termasuk rasa takut akan kesepian atau kekhawatiran tentang kesehatan saya di masa depan. 

Kedekatan saya dengan anak secara emosional tidak begitu dekat. Selama membesarkan anak, saya adalah seorang ibu yang selalu bersikap agar anak cepat mandiri dan tidak manja. Bukan berarti tidak mencintainya, tetapi saya memupuk kedewasaan sejak dia sudah tamat di SMA. Dia harus tinggalkan tanah air dan belajar cukup jauh. 

 Dengan kemandirian, saya mengingatkan dia agar persepsi melelpaskan dia bukan untuk keuntungan saya atau jangan pernah anggap saya tidak mencintainya. Justru karena saya mencintainya, saya harapkan dia bisa mandiri baik dalam “lifeskill “ maupun studinya. 

Tetapi setelah anak kembali, saya melihat sikap anak yang mandiri itu agak menjauh baik secara mengobrol dan membahagiakan orang tua. 

Sebenarnya salah satu cara yang efektif bagi anak untuk membahagiakan orang tua adalah meluangkan waktu untuk mengobrol. Mengobrolnya justru jika ada keperluan dari pihak anak. Ketika saya memerlukan esuatu, dia merasa terganggu karena tidak ada waktu sedang bekerja. Mengobrol dengan orang tua sungguh salah satu cara membahagiakan orang tua dan memberikan kesempatan kepada kami untuk membagikan pengalaman hidup kami. Hal ini menjadi momen keluarga yang sangat berharga dan memperkuat ikatan emosional antara anak dan orang tua. 

Bentuk penghargaan kepada orang tua yang lain adalah menghargai pandangan dan pendapat orang tua dengan rasa hormat dan kepedulian. Meskipun cara pandang kami berbeda dengan cara pandang anak milenial. Tetapi kami akan merasa bahagia jika pendapat kami dihargai. 


Membelikan makanan kesukaan orang tua adalah cara kecil tetapi sangat berarti untuk menunjukkan perhatian. Ketika anak membawa makanan orang tua, alangkah bahagianya orang tua yang butuh cinta kasih anak di masa tuanya. 

Tak kalah pentingnya jika anak dalam kesibukan kerja kantornya, dapat menelpon atau sekedar mengirimkan kabar lewat Whatsapplication. Hal ini pasti membantu orang tua bahwa kami tidak terlupakan. Sebuah berita singkat dari anak sudah merupkan rasa kedekatan dan dukungan emosinal bagi kami. 

Mengunjungi kami saat week-end karena anak masih tinggal bersama kami adalah bagian yang menyenanggkan dan menciptakan kenangan indah. Apalagi jika kami dapat kesempatan bersama untuk bersama menikmati waktu berkualitas secara bersama-sama. 
Juga memberikan kesempatan mengalihkan perhatian dari rutinas sehari-hari dan merayakan kebahagiaan. 

Selain itu , baiklah di era kini tak mungkin meminta anak untuk menghormati orang tua atas keputusan dan pilihannya. Jangan memaksakan kehendakmu karena persepsi kami sebagai orang tua pasti sangat berbeda  dirimu sebagai anak milenial,  ada jurang perbedaan yang tajam

Dengan melakukan cara-cara di atas, saya berharap anak tidak hanya bantu mengurangi kegelisahan orang tua, tetapi juga memperkuat hubungan relasi. Kebaikan dan perhatian kecil memiliki dampak besar dalam memberikan kebahagiaan dan rasa aman bagi orang tua yang usianya makin rentan.

Artikel ini adalah bagian dari latihan komunitas LFI supported by BRI

Karyawan Zaman Now Cenderung Career Cushion Saat Mereka Masih Aktif Bekerja

Career Cushion
sumber:  
https://www.freepik.com/free-photo/man-office-outfit-rejoices-while-working-laptop-amid-falling-sheets-paper-guy-glasses-poses-with


Saya pernah bekerja dari tahun 1978 hingga tahun 2009, bekerja di 3 perusahaan dengan jangka waktu paling lama di perusahaan terakhir yaitu selama 28 tahun, sampai pensiun. 

Tapi kondisi dan suasana kerja serta karir kerja saat ini jauh berbeda dengan era saya bekerja. Perbedaan inilah yang membuat saya gelisah karena saya selalu mengingat bahwa menapak karir di era saya lebih mudah dan nyaman, tidak perlu jadi "kutu loncat" ketimbang di era kini. 

Awal berkarir, tentu saya sedang mencari atau mengexplorasi tempat kerja yang paling tepat untuk karir. Saat pertama kali kerja sebagai part-timer hanya 3 bulan karena saya kerja sambil sekolah. Kemudian berganti perusahaan , saya cukup betah sekitar 3 tahun. Ketika saya melihat saya tak punya peluang untuk meningkatkan karir, barulah saya lompat ke perusahaan lain. 

Di perusahaan terakhir inilah saya membangun karir. Meskipun karir saya tidak “moncer” tapi saya anggap impian karir saya di perusahaan ini cukup. Di perusahaan ini saya mendapatkan ilmu dan keterampilan dari pelatihan atau training setiap tahun. Saya bekerja di perusahaan terakhir ini , hampir 28 tahun. 

Sering teman saya yang sudah ke luar dari perusahaan, bertanya: “Mengapa betah dan apa yang saya cari?” . Jawaban singkat saya butuh kemapanan dan apresiasi saja.

 Nach, ketika saya melihat teman-teman anak saya yang masuk kategori milenial maupun gen X, saya kaget sekali karena mereka dalam setahun bisa pindah kerja , 2 atau 3 perusahaan. Apalagi jika kena PHK. 

Mencari karir di saat ini perlu cara Career cushion. Tidak ada yang aman untuk menetap dan berkarir di suatu perusahaan dalam jangka waktu lama.


Dalam lingkungan kerja yang semakin kompetitif, fenomena career cushion—di mana karyawan berusaha mengamankan posisi mereka dengan cara yang tidak selalu transparan—semakin sering terlihat.

Budaya kerja yang tidak sehat sering kali menjadi latar belakang munculnya perilaku ini. Ketika karyawan merasa tidak puas dengan pekerjaan mereka dan merasa keamanan kerja mereka tidak terjamin, mereka cenderung mencari cara untuk melindungi karier mereka dengan membangun 'bantal karier' atau career cushion

Salah  satu penyebab utama career cushion adalah kepuasan kerja yang rendah. Karyawan yang merasa tidak dihargai, tidak puas dengan tugas mereka, atau merasa tidak ada peluang berkembang, seringkali merasa perlu untuk mencari alternatif lain. 

Kurangnya jaminan keamanan kerja memperburuk situasi ini. Ketika ada ketidakpastian mengenai masa depan perusahaan atau posisi mereka, karyawan merasa terdorong untuk mengamankan masa depan mereka dengan cara yang mungkin tidak selalu etis.

Untuk mengatasi masalah ini, penting untuk membangun budaya kerja yang sehat. Perusahaan harus menyediakan jaminan keamanan kerja yang lebih baik dan memastikan bahwa karyawan merasa dihargai dan puas dengan pekerjaan mereka. 

Selain itu, karyawan dapat mengambil langkah proaktif dengan membangun jaringan profesional yang kuat dan terus meningkatkan keterampilan mereka. Dengan cara ini, mereka tidak hanya mempersiapkan diri untuk kemungkinan pergeseran karier tetapi juga meningkatkan nilai mereka di pasar kerja. 

Melamar pekerjaan baru adalah langkah lain yang dapat diambil oleh karyawan untuk mengurangi ketergantungan mereka pada pekerjaan yang tidak memuaskan. Dengan melakukan ini, mereka dapat menemukan lingkungan kerja yang lebih sesuai dengan aspirasi dan kebutuhan mereka, serta mengurangi kecenderungan untuk career cushion.

Penting untuk diingat bahwa mengatasi masalah career cushion memerlukan usaha dari kedua belah pihak—baik karyawan maupun perusahaan. Dengan pendekatan yang proaktif dan kultur kerja yang lebih baik, kita dapat mengurangi ketergantungan pada career cushion dan menciptakan lingkungan kerja yang lebih positif dan produktif. 

Artikel ini adalah bagian dari Latihan komunitas LFI supported by BRI .

Total Tayangan Halaman