Kampung Berseri Astra Pinang: Strategi Adaptasi dan Mitigasi Komprehensif Menuju Kampung Tangguh Bencana Banjir

Jangan salahkan banjir, 
Banjir datang karena tak ada lagi resapan,
Jangan salahkan banjir, 
Banjir datang karena kita tak merawat alam 


Pada tahun 2021 yang lalu, saya menyusuri jalan-jalan di Kampung Berseri Astra (KBA), RW 06 Pinang, Kelurahan Pinang, Kecamatan Pinang , dekat dengan Gerbang Graha Raya. Mata saya tertuju kepada tumpukan tumpukan pasir yang dibungkus dalam karung terletak di sebelah kanan kiri depan rumah warga. Saya bertanya kepada salah pengurus RT di sana, kenapa ada begitu banyak pasir yang dibungkus? Kami selalu berjaga-jaga agar setiap saat banjir datang, pasir itu dapat digunakan untuk cegah air tidak masuk ke dalam rumah, cukup di jalan saja. 

Penasaran dengan jawaban itu, saya masih ingin melanjutkan pertanyaan. “Apakah Kampung RW 06 ini ngga aman dari banjir?” 

 “Banjir itu bagaikan suatu tradisi bagi kami.  Daerah ini adalah rawan banjir. Posisi tempat tinggal warga RW 06 yang berjumlah 550 rumah dan total penghuni 1800 jiwa lokasinya berada di hilir sungai Angke dan sungai itu tidak pernah dikeruk”, katanya.

KBA Pinang
Banjir KBA Pinang. Sumber: KBA Pinang


Ingatan saya kembali mundur ke belakang, tahun 2020, dimana saat itu adalah 1 Januari 2020 yang seharusnya jadi momen penting dan indah bagi warga untuk merayakan Tahun baru. Namun, hal ini tidak terjadi dengan warga RW 06 Kelurahan Pinang. Banjir kiriman yang datang tepat pada tanggal 1 Januari 2020, menjadi bencana bagi Kampung Pinang atau sering disebut dengan Kampung Berseri Astra (KBA) Pinang.

Derasnya hujan mengakibatkan Kali Angke tidak dapat menampung lagi air dan jebollah tanggul . Air banjir yang tak terbendung itu mengalir ke rumah warga RW 06 Pinang. Dalam waktu singkat banjir merendam rumah-rumah warga dari 13 RT dan 440 kepala keluarga RW 06. Hampir seluruh properti KAB Pinang berupa Rumah PAUD, alat peraga, Gerobak Baca, bibit tanaman, kulkas dan alat penyimpan lele terbawa hanyut oleh air banjir. Keadaan lebih mencekam dan kacau, masing-masing berusaha mengevakuasi dan menyelamatkan diri tanpa ada koordinasi dan tak ada yang mengetahui bagaimana cara aman untuk evakuasi. 

Baru saja mereka bernafas lega, banjir kembali datang tanpa permisi . Pada tanggal 25 Pebruari 2020, air banjir meluap ke warga RW 06 Pinang. Meskipun banjirnya tidak sebesar seperti tanggal 1 Januari, tetapi banjir itu juga mengganggu aktivitas warga dan mereka harus berbenah kembali.

Bagi warga RW 06 Pinang  peristiwa dua banjir itu menjadi momok. Mereka mengetahui bahwa hidupnya selalu tidak tenang, dibayangi oleh ketakutan banjir akan berulang. Apalagi dengan perubahan cuaca atau iklim global ini Bayangkan, seharusnya di bulan Juli-Agustus adalah musim panas, tetapi yang terjadi di Tangerang sering hujan besar sekali.

 Ketika hujan besar datang, rasa was-was menyergap warga. Mereka takut banjir. Warga RW 06 /Pinang tak ingin bencana ini terus menerus terjadi di lingkungan rumah mereka. Mereka juga tak mungkin menunggu bantuan Pemerintah untuk mengadakan perubahan dalam mitigasi bencana. 

 Proklim (Program Kampung Iklim) 


Berita yang menggembirakan, RW 06 Pinang  mendapatkan informasi dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) ada program Proklim. Program ini untuk partisipasi warga RW 06 dalam adaptasi perubahan iklim dan mitigasi usaha berkelanjutan secara lokal, penghijauan, pengelolaan sampah. 

Dalam waktu singkat, pengurus RW 06/Pinang membentuk Proklim RW 06, anggotanya terdiri dari empat pilar. Tugas utamanya membuat Standar Operating Procedure (SOP) dan prosedur tanggap darurat. Mereka harus bekerja sama dengan organisasi /lembaga yang berkaitan dengan adaptasi dan mitigasi bencana. Tentunya lembaga yang paling kompeten adalah KLHK dan CSR Astra.

Dari rasa takut jadi Aksi bersama CSR Astra

KBA Pinang
Jalur Evakuasi.   Sumber:  KBA Pinang


Dengan program “KBA Aman dan Tangguh”, dibuatlah struktur organisasi Satuan Tugas Penanggulangan Darurat Bencana (Satgas PDB) RW 06, bekerja sama dengan BPBD Kota Tangerang. Kegiatannya adalah pelatihan, simulasi tanggap darurat, apabila hujan tidak berhenti, akan ada informasi dari pengurus RT, RW untuk evakuasi, lakukan ke tempat yang lebih tinggi. Pertama, prioritas evakuasi untuk orang, kedua untuk kendaraan. Mereka juga harus hemat air bersih dan kran . Menyelamatkan dokumen penting, mematikan listrik dan apabila terjebak banjir, harus segera minta pertolongan kepada tetangga dan pengurus RT. 

Dalam realisasi inovasi, Satgas PDB telah melakukan penggunaan lahan untuk fasilitas vital yang rentan banjir, seperti menambah ketinggian gardu PLN. Desain rumah yang sedang dibangun harus tahan terhadap air, membangun infrastruktur kedap air, melakukan pengaturan kecepatan air melalui pembangunan bendungan, tanggul, vegetasi , rehabilitasi saluran drainase. Selain itu hal yang sangat vital adalah memelihara dan menjaga pompa air. 

Latihan tentang kewaspadaan banjir melalui whatsapp application, titik kumpul, latihan evakuasi lewat papan jalur titik kumpul evakuasi dan persiapan evakuasi. 

Setelah berinovasi, melakukan kegiatan, evaluasi, akhirnya Tim Satgas pun memberanikan diri ikut lomba "Integrasi 4 Pilar Hadapi Bencana" dengan proposal yang telah diimplementasikan . Alhasil, tiap usaha keras pun akan mendapatkan hasilnya, KAB Pinang mendapatkan penghargaan Juara kedua dan telah mendapatkan penghargaan "Pilar Lingkungan Kategori Inovasi Kampung Aman & Tangguh Integrasi 4 Pilar Hadapi Bencana".

 Aksi bersama KLHK


Tidak cukup puas dengan usaha di atas, Satgas PDB Proklim RW 06 pun mengajukan proposal ke Dinas LHK Proposal tentang kegiatan mereka dalam usaha mitigasi banjir dengan tema “Meraih Asa Proklim Madya ke Proklim Utama”. 

1.Pengendalian Banjir

  •  Penampungan air hujan 
KBA Pinang
Penampungan air hujan.  Sumber: KBA Pinang

KBA Pinang
Embung di Jl.Mawar Raya.  Sumber: KBA Pinang


Curah hujan yang begitu besar dan tak terserap di dalam tanah, Sungai, akibatkan airnya melimpah. Warga RW 06/Pinang, sesuai dengan prosedurnya, telah membeli 6 unit penampungan air hujan berupa tong berwarna biru. Prinsip kerjanya, dengan talang yang menampung air hujan, menyalurkan airnya ke bawah melalui talang itu dan langsung masuk ke dalam tempat wadah tong plastik itu. Apabila tong plastik sudah penuh dengan air hujan, airnya digunakan untuk pembersihan mobil atau tanaman. Selain itu ada tiga embung tambahan. Embung terbesar di Jl.Mawar Raya.
  •  Biopori 
KBA Pinang
Proses pembuatan biopori. Sumber: KBA Pinang


Air hujan yang begitu besar volumenya dapat disalurkan ke lubang biopori. Cara kerjanya mudah, air tinggal dialirkan ke lubangnya, lalu diberikan sampah sebagai biota.

  • Sumur resapan 
KBA Pinang
Sumur resapan. Sumber: KBA Pinang


dari usaha untuk menghindari banjir dengan membangun sumur resapan sebanyak 12 titik . Kedua belas titik itu berada di Hutan kota sebanyak 4 titik, jalan Anggrek Cattleya sebanyak 3 titik, Jalan Anggrek Dara sebanyak 3 titik, dan Jalan Melati sebanyak 2 titik. Cara kerjanya air hujan jatuh ke atas atap rumah tidak dialirkan ke selokan tetapi dialirkan dengan gunakan pipa atau saluran air ke dalam sumur, gunanya mengurangi volume air dan mengurangi jumlah limpasan.

  •  Rorak dan penggunaan air hujan
KBA Pinang
Rorak. Sumber: KBA Pinang


Pembangunan rorak berupa saluran buntu di rumah yang kosong tak berpenghuni, untuk menjebak aliran air di permukaan dan menyalurkannya ke dalam tanah. Fungsinya selain untuk konservasi juga untuk penimbunan bahan organic. Air hujan pun ditampung oleh warga di setiap rumah untuk dipakai lagi untuk mandi, mencuci baju dan lainnya. 

  • Saluran pengelolaan air (SPA) 
KBA Pinang
Saluran pengelolaan air . Sumber:  KBA Pinang


Saluran air pengelolaan air sepanjang 2,6 km dibangun untuk memperlancar arus air dengan lebih cepat dan ke luar . 

2.Aksi Mitigasi

 Warga RW 06 /Pinang telah menetapkan untuk mengurangi Gas Rumah kaca dan kurangi pemanasan global dengan empat cara yaitu: 
- Pemisahan dan pengolahan sampah 
- Penggunaan pupuk organic 
- Menggunakan Energi Baru Terbarukan/Hemat Energi 
- Menambah vegetasi/penghijauan 

  •  Pemisahan dan pengolahan sampah 
KBA Pinang
Pemilahan sampah.    Sumber: KBA Pinang


Sampah ada di setiap rumah warga termasuk warga RW 06/Pinang. Untuk mengolah sampah, mengurangi limbah serta mendaur ulang jadi tantangan bagi warga. Dulunya mereka belum paham Konsep 3R (Reduce, Reuse dan Recycle). 

 Dalam edukasinya oleh Remaja Bank Sampah Astra, mengajarkan kepada warga bagaimana sampah dipilah sesuai dengan jenisnya, organik dan anorganik. 

KBA Pinang
Pelatihan daur ulang galon.  Sumber: KBA Pinang



 Untuk sampah basah atau organik (sayur-sayuran, buah-buahan) , mereka memasukkan ke dalam tong dan membiarkannya selama beberapa hari sehingga berubah menjadi kompos. Kompos itu dapat mereka gunakan untuk pupuk tanaman yang berada di pekarangan rumah, atau rumah pembibitan. 

 Untuk sampah kering atau anorganik, mereka akan mendaur ulang galon air mineral jadi pot bunga dan tutup emer plastic untuk jadi hiasan. Kertas dan karton digunakan untuk daur ulang membungkus atau menyerahkan ke Bank Sampah. Semua kegiatan dari pemilahan hingga pengolahan sampah dilaporkan ke aplikasi Bank Sampah dari Dinas Lingkungan Hidup Kota Tangerang. Hasil Tabungan ini dapat digunakan untuk kebutuhan keluarga.

  • Menggunakan pupuk organik 
KBA Pinang
Penggunaan pupuk organik.  Sumber; KBA Pinang


Dari beberapa pusat tanaman dan benih, Warga RW 06/Pinang selalu gunakan pupuk organik hasil olahan dari para warga sendiri. Selain hemat, juga mereka dapat menghasilkan sayur dan buah-buahan yang berkualitas tinggi. Pupuk juga digunakan untuk tempat pembibitan Kebun Cempaka. 

  • Menggunakan energi terbarukan
KBA Pinang
Penggunaan solar cell untuk lampu jalan.  Sumber: KBA Pinang


Hemat energi adalah salah satu usaha untuk selalu mematikan lampu atau listrik yang tidak dipakai. Selain itu mereka juga punya cara jitu dalam penggunaan solar cell untuk lampu penerangan jalan . 9 unit lampu jalan sudah gunakan energi solar cell. 

  • Menambah vegetasi atau tanaman
KBA Pinang
Menanam tanaman di pekerangan. Sumber: KBA Pinang


Saya kagum dengan kegiatan warga dalam penghijauan di pekarangan rumahnya. Meskipun halaman rumah untuk menanam tidak besar, tapi usaha untuk menghijaukan lingkungan jadi asri, dengan banyaknya pot-pot bunga dan tanaman hijau di pot. Aneka sayuran ditanam di Kebun Cempaka. Untuk tanaman lebih besar ada di hutan Kota Pinang seluas 3000 m2 menjadi tempat yang teduh sekaligus tempat mempertahankan tutupan vegetasi. 

3.Sarana Pengendalian Banjir 


Mengendalikan banjir tak selamanya mudah, tapi harus punya cara yang taktis dan tepat. Warga RW 06/Pinang telah mempunya strategi untuk pengendaliannya yaitu:

  •  Sistem Polder/Pompa air 
KBA Pinang
Sistem pompa air.  Sumber: KBA Pinang


Persiapan untuk banjir dengan 9 unit pompa air.. Para petugasnya adalah warga sendiri. Ada rincian tugas dan kewajiban dalam persiapan pompa air itu termasuk cek alat-alatnya yang harus dalam kondisi baik saat akan digunakan. 

  • Tanggul banjir Kali Angke
KBA Pinang
Tanggul banjir kali Angke. Sumber: KBA Pinang


 Bekerja sama dengan Pemerintah Kota (Pemkot) Tangerang, mulai melakukan persiapan pelaksanaan normalisasi Kawasan Daerah Aliran Sungai Kali Angke.Meminimalisir risiko banjir ketika hujan tinggi dan deras. 

Usaha keras warga RW 06 /Pinang untuk ikut lomba Proklim di KLHK membuahkan hasil dengan menjadi Pemenang Utama Sertifikat Proklim Utama Nasional . Usaha selanjutnya adalah persiapan pengajuan Sertifikat Proklim Lestari (Sertifikat tertinggi)ke Dinas LH Tangerang.

 Hidup dalam lingkungan rawan banjir telah mengubah tekad untuk aksi mitigasi dan adaptasi sehingga berhasil mampu menghadapinya. Moto warga RW 06/Griya “Banjir bukan lawan, tetapi bencana harus diantisipasi dan dimitigasi”.

#kabarbaiksatuindonesia


Perempuan Jadi Garda Terdepan di Ruang Digital

Komdigi, perempuan jadi garda terdepan
freepik.com



Perempuan muda itu bernama Susi (bukan nama sebenarnya). Susi adalah istri keponakanku yang punya latar belakang pendidikan sebagai guru SD Kristen yang terkenal kedisiplinannya. 

 Sebagai seorang guru yang aktif dan dedikatif dia juga memiliki tanggung jawab besar terhadap kedua putranya , sebut saja namanya Andri (bukan nama sebenarnya) dan Krisna (bukan nama sebenarnya). 

 Andri usia empat tahun, sedangkan Krisna delapan tahun. Kedua anak lelakinya memang punya karakter yang berbeda, Andri pendiam, tetapi suka sekali dengan dunia teknologi, sedangkan Krisna sangat aktif dan selalu senang dunia olahraga dan tertarik dengan dunia seni. Ketika masih kecil kedua anak ini sering ditinggalkan oleh ibunya karena kesibukan tugas mengajar dari pagi hingga sore hari. 

Saat ditinggal oleh kedua orangtuanya, mereka berdua hanya ditemani oleh seorang pembantu saja. Sejak kecil kedua anak sudah dibekali dengan gadget karena alasan untuk komunikasi yang efektif sehingga kedua anak itu dapat dimonitor dimana dan sedang apa. 

 Sayangnya, Susi yang sibuk mengajar itu tak punya kesadaran tentang pentingnya literasi digital. Dia berpikir praktis bahwa gadget itu sangat efisien untuk komunikasi dan tak pernah terpikir apa akibatnya jika digunakan tanpa literasi digital. 

 Masalah kesehatan mata 


 Suatu hari selesai mengajar, Susi kaget mendapatkan laporan dari pembantu bahwa Andri matanya berair dan kabur, tidak jelas melihat orang atau benda-benda di sekitarnya.

 Selain itu Andri menderita gangguan punggung leher. Pembantu menyerahkan sepucuk surat “cinta” dari guru yang ditujukan kepada Susi selaku orangtua. Begitu surat cinta dibuka, Susi kaget sekali membacanya karena guru mengatakan bahwa Andri tidak dapat mengerjakan tugas PR dengan baik , akhir-akhir ini kurang memahami pelajaran saat di sekolah, dan prestasi belajarnya menurun. Perilakunya juga sering kasar dan sering cepat marah dan emosional terhadap temannya. Begitu selesai membaca, Susi menahan nafas dalam-dalam dan akhirnya dia mencoba menenangkan diri. 

Setelah itu dia mulai mengetok kamar Andri. Dijumpainya Andri sedang bermain gadget , dan terlihatlah bahwa permainan game itu sangat menyita waktu dan membuatnya kecanduan. Susi dengan suara yang sedikit berwibawa, “Andri, apa yang sedang kamu kerjakan?”. Dengan tenang Andri mengatakan, “Aku sedang bermain game!”. Lalu Susi bertanya lanjut: “Berapa lama kamu main game?” “Nggak lama kok, hanya 3-4 jam saja!”, katanya Santai. Begitu mendengar kata-kata tidak lama, Susi segera memotong dengan tegas, dengarkan mamah yah, mulai saat ini, penggunaan gadget hanya untuk komunikasi dengan mamah apabila ada masalah dengan penjemputan dan pengantaran sekolah. Saat kamu di rumah, tidak boleh lagi menggunakan gadget. Hanya pada hari Sabtu dan Minggu , kamu gunakan boleh 2 -3 jam saja. 

 Andri mau protes dan tidak suka dengan statemen itu. Dalam hati Andri, dia tak setuju dengan pembatasan penggunaan gadget karena dia melihat semua temannya juga sama seperti dirinya. Namun, Susi dengan tegas mengatakan bahwa gadget itu hanya alat bantu komunikasi dan untuk belajar yang positif , nanti setelah kamu kelas dua SD kamu boleh belajar coding. Sekarang kamu harus berjanji kepada mamah tidak akan melakukan main game di luar hari Sabtu dan minggu lagi . Dengan lirih, Andri menjawab: “OK, aku berjanji mah!”. 

 Belajar literasi digital 


Menyadari kesalahan yang agak terlambat, Susi mulai mengambil tindakan untuk belajar soal literasi digital. Selama ini dia menganggap mengontrol kegiatan anak hanya melalui pembantunya saja. Susi berharap bahwa bukan hanya dia yang belajar literasi digital tetapi anak juga perlu edukasi literasi digital melalui dirinya. 


Akhirnya Susi berhasil mendaftar sebuah lokakarya tentang literasi digital berjudul “Literasi Digital untuk Berdayakan Perempuan”. 

 Dalam lokakarya yang singkat itu dia melihat banyak perempuan terutama ibu-ibu usia muda tidak peduli dengan literasi digital. Lokakarya itu untuk mengantisipasi kerentanan atau ancaman di dunia maya. 

 Mereka hanya mengenal internet untuk digunakan di ponsel untuk berselancar mencari sumber informasi di berbagai media sosial. Banyaknya dan banjirnya informasi di media sosial itu tak selalu benar bahkan sering kali negatif dan jauh dari kebenaran atau yang disebut dengan hoax. Ada juga perempuan yang menganggap bahwa literasi digital hanya diperuntukkan lelaki saja. Padahal, ketimpangan gender itu tak berlaku bagi literasi digital. 

 Ada empat pilar literasi digital yang perlu dikembangkan yaitu Keterampilan Digital (Digital skills) Budaya Digital (Digital Culture), Etika Digital (Digital Ethics) dan Keamanan Digital (Digital Safety).

 1.Keterampilan Digital (Digital Skills) 


Kemampuan setiap individu untuk menggunakan perangkat dan aplikasi digital, termasuk kemampuan untuk mencari, mengevaluasi, dan menciptakan informasi menggunakan teknologi digital, melakukan belanja online dan menggunakan media sosial. 

 2.Budaya Digital (Digital Culture) 


Pentingnya memahami dan menerapkan bagaimana caranya berkomunikasi di ruang digital. Ini mencakup bagaimana berperilaku, berkomunikasi , dan berinteraksi secara positif dan bertanggung jawab. 

 3.Etika Digital (Digital Ethics) 


Kesadaran akan pentingnya berperilaku etis dalam menggunakan teknologi digital. Hal ini mencakup prinsip-prinsip seperti tidak menyebarkan berita bohong, tidak melakukan perundungan dunia maya, serta menghormati privasi orang lain. 

 4.Keamanan Digital (Digital Safety) 


Kemampuan untuk melindungi diri dari ancaman dan risiko yang mungkin terjadi di dunia digital, seperti penipuan online, phishing, malware, dan pelanggaran data pribadi. Ini mencakup pemahaman cara menjaga keamanan akun, perangkat dan informasi pribadi. 

 Literasi Digital untuk Anak Dini 


Setelah paham literasi digital, Susi tak berhenti belajar. Susi selalu melengkapi dirinya bukan sekedar literasi digital untuk diri sendiri tapi juga untuk kedua putranya yang sedang tumbuh kembang menjadi anak remaja. 

Menurut para ahli, banyak anak yang kecanduan main gadget karena terlalu lama screen time. Prinsipnya anak usia dini 2-5 tahun hanya diperbolehkan main gadget satu jam saja.

 Untuk menghindari kecanduan, Google meluncurkan program “Tangkas Berinternet: Jaga Keamanan dan Privasi Keluarga”. 

 Langkah “Tangkas Berinternet” adalah sebagai berikut:


 1.Harus Cerdas : Artinya cerdas dalam memilih komunikasi mana yang baik , mana yang buruk bagi posting mereka. Ibu akan memandu komunikasi mana yang boleh diungkapkan dan mana yang tidak boleh. Tujuannya agar anak lebih paham menggunakan internet. 

 2.Bersikap Cermat: Artinya anak diajarkan agar tidak cepat tertipu dan selalu bersikap hati-hati dalam menjalankan pertemanan di dunia maya. Tugas dari ibu adalah ikut memperhatikan siapa teman anaknya, termasuk yang tidak dikenalnya. Ibu juga mendampingi anak memberikan arahan bahwa dunia online tidak sesuai dengan dunia nyata. Mereka harus waspada dunia maya. 

 3.Tangguh Berinternet: Artinya anak dapat menjaga privasi mereka dan informasi yang berharga tetap dijaga. Jangan menyampaikan akun dan password mereka kepada orang lain yang bertujuan tidak baik. Tujuannya agar akun mereka tidak mudah diretas. 

 4.Jadilah Bijak: Selalu mengingatkan kepada anak bahwa menggunakan internet itu harus bijak karena rekam jejak selalu terekam dan tidak bisa dihapus sama sekali. Sebagai orang tua pun kita memberikan pendampingan dan contoh. 

 5. Berani berinternet: Selalu berkomunikasi terbuka dengan anak dan ajak berdiskusi. Mereka tidak boleh takut bertanya tentang apa yang sedang dicarinya di internet. 

Prinsip dasar saat mendampingi anak dalam mengunggah aplikasi atau media online: 


1.Orang tua selalu melek literasi digital waktu berselancar di dunia maya. 

2.Orang tua selalu pegang kendali akses atau akun anak untuk internet. Memegang kendali dengan cara menggunakan family link atau safe search untuk memantau aktivitasnya sehingga tidak masuk ke dalam dampak negatif.

3.Mengunduh aplikasi ramah anak, misalnya Youtube Kids, tetapi orang tua harus tetap kendali agar tetap aman dan terkendali. 

 Susi sekarang sudah lebih siap menghadapi gempuran media sosial dan segala bentuk aplikasi untuk anak-anaknya. Dia bahkan telah punya cara jitu untuk mengarahkan Andri yang suka belajar Coding, untuk pembuatan game . Andri berhasil jadi juara dalam pembuatan coding suatu game. Internet bagaikan pisau bermata dua, Susi sebagai orang tua bisa memilih yang menguntungkan saja. Berinternet secara “smart” dan jadikan internet untuk mendapatkan keuntungan bukan kerugian baik bagi pribadi maupun bagi keluarga.
 
komdigi



Sumber referensi: 
  • Perempuan Jadi Garda Depan Perlindungan Anak di Ruang Digital: https://www.komdigi.go.id/berita/siaran-pers/detail/perempuan-jadi-garda-depan-perlindungan-anak-di-ruang-digital 
  • Kartini Digital : Perempuan Indonesia Harus Jadi Penggerak Inovasi:https://www.komdigi.go.id/berita/siaran-pers/detail/kartini-digital-perempuan-indonesia-harus-jadi-penggerak-inovasi

Surga dari Matahari Pagi Bromo


Bromo
Bromo, dok-pri



Empat puluh tahun yang lalu, Aku bermimpi untuk menyaksikan surga dari matahari pagi Bromo. Ketika orang yang sudah berjanji mau mengantarkan diriku ternyata mengkansel janji itu. Mimpi itu tak pernah padam setelah sekian puluh tahun.

Realisasi mimpi itu telah kutepati pada tanggal 5 Agustus yang lalu. Sebagai seorang senior, rasa keraguan mampukah melewati medan yang tak mudah , mampukah aku tak tidur dan harus berjalan kaki (aku punya kelemahan tak kuat jika tak cukup tidur malam). 

Lintasan keraguan itu terjawab sudah dengan tekad yang cukup tinggi. Berbagai rintangan seperti tidak ikut rombongan yang dari Malang karena pasti kondisi fisik dengan para anak muda beda sekali. 

Jadi aku berangkat dengan keluarga kecil hari Senin tanggal 4 Agustus dari Malang ke Lereng Bromo Hotel siang harinya. Hal ini merupakan antisipasi ngantuk para supir yang aku baca sering kecebur jurang di Bromo. Hingga dekat hotel, kabut tebal sudah menggelayut, wah repot ini. Aku mohon kepada supir untuk berhati-hati karena jalan meskipun sudah bagus tapi lika liku dan menanjak serta sempit membuat hati ciut.

Akhirnya jam 14:45 , kami tiba di Lereng Bromo Hotel. Disambut dengan baik oleh resepsionis, lalu kami diberikan kesempatan untuk “tea time” dengan kudapan ringan. Tak terasa kami pengin istirahat puku 22:00, tapi mata belum kunjung mengantuk. Akhirnya baru pukul 12:30 mulai tidur. Namun, bunyi alarm 2:30 membangunkan diriku. Bergegas kami menyiapkan diri untuk naik jeep menuju perbukitan . 

 Awalnya aku janjian pukul 4 dengan pengemudi Jeep. Namun, pengemudi bilang ngga bisa bu, antriannya panjang, nanti kita tidak dapat tempat! Pengemudi jeep wisata itu ternyata seorang agak tua . Tapi terlihat gesit melewati jeep yang sudah sliweran ditengah mala mini. Sesudah bayar tiket di Taman Nasional Bromo, saya mulai sadar begitu banyaknya jeep dan motor yang semuanya sudah berbaris memasuki area Bromo. 

Saya pikir hari Senin bulan Agustus akan lebih sepi karena bukan hari libur, tapi kenyataan berbeda. Jeep sudah dapat tempat parkir di depan warung. Kami diminta jalan kaki, katanya tidak jauh tapi cukup tinggi naiknya. 

 Tidak lama kemudian ada beberapa tukang ojek yang datang menawari untuk naik ojek ke tempat lain yang view jauh lebih bagus. Sayang, harganya mahal, tiap orang minta Rp.150,000 untuk pulang pergi. Jadi akhirnya saya naik tangga itu dengan perlahan-lahan, mungkin ada 100 tangga. 

 Selagi semua orang masih nongkrong di tempat warung, kami sudah pilih tempat yang strategis untuk foto. Menunggu hampir dua setengah jam, mulailah matahari dengan sinarnya berwarna kuning keemas an muncul di ufuk timur. Saya mengabadikannya. Juga saya sangat kagum dengan Gunung Batok yang diselimuti dengan awan memutih bagaikan salju. BErdecak kagum saya melihat keindahan alam nan bagus. 

Begitu selesai melihat, sekitar jam 6.00 kami turun dari Bukit Penanjakan. Kami istirahat sebentar di warung minum the hangat dengan roti pengisi perut. Melanjutkan perjalanan menuju savana , jalan yang sangat ambrul adul, dikocok-kocok. Perut sangat mules jika tak diisi . Kabut gelap menggelayut, hebatnya pengemudi sangat handal dalam mengarungi jalan . Sesampai di bukit Savana, saya turun dan ternyata kabut gelap pekat masih terus menggelayut. Suami minta dilanjutkan saja. Lalu, kami menuju kawah Bromo. 

Taman Edelweiss



Sesampai di kawah ini ternyata kondisi juga sama, masih gelap gulita oleh kabut. Kami meneruskan saja perjalanan menuju ke Taman Edelweiss. Sebuah taman yang penuh dengan bunga-bunga, namun pemandangan di kanan kiri dengan pepohonan tinggi dan udara dingin sangat indah dan biasanya taman ini digunakan untuk tempat nongkrong karena ada tempat café. Selesai dari Taman Edelweiss, kami langsung ke Hotel Lereng Bromo. Setelah check-out kami kembali ke Malang.



Total Tayangan Halaman