Ironi Perundungan di Lingkungan Pendidikan Indonesia, Apakah Ada Solusi yang Mantap?

data bullying
source:  Image by gpointstudio on Freepik



Perundungan, atau bullying, telah menjadi masalah serius di Indonesia, terutama di kalangan pelajar, mahasiswa. Fenomena ini tidak hanya mengganggu kesehatan mental korban, tetapi juga mempengaruhi lingkungan sosial dan pendidikan. 

Pendidikan karakter siswa harus diperkuat dan menimalkan dan menghapuskan sistem feodal, senioritas dan “persyaratan bullying untuk masuk kelompok tertentu”.

Data Bullying

Berdasarkan penelitian, banyak faktor yang menyebabkan perundungan, termasuk perbedaan fisik, status sosial, atau bahkan prestasi akademik. 

Data bullying
Sumber:  databox.com



Sesuai dengan databoks yang dilansir 20 Februari 2024, tercatat bahwa proporsi kasus perundungan di Sekolah Indonesia berdasarkan Jenjang pada tahun 2023 adalah sebagai berikut: 
SD/sederajat : 30
SMP/sederajat: 50 
SMA/Sederajat: 10 
SMK/sederajat : 10 

Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI), terdapat 30 kasus bullying di sekolah sepanjang 2023, angka ini menunjukkan peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya 21 kasus.
Data Bullying
databox.com



Sementara menurut databox, di tingkat Universitas Diponegoro jumlah aduan bullying sebesar 1500 kasus. Setelah terverifikasi dan dicek kebenarannya , jumlah aduan yang benar-benar bullying ada 542 kasus  atau 36% . 

Salah satu dari korban bullying adalah Dokter Aulia yang merupakan mahasiswi PPDS anestesi Universitas o(Undip) yang diduga bunuh diri akibat perundungan. 

Dampak perundungan:

Dampak dari perundungan sangatlah merugikan korban.  Korban sering mengalami dampak psikologis, seperti kecemasan, depresi, dan rendahnya rasa percaya diri. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa perundungan dapat menyebabkan gangguan mental jangka panjang, termasuk PTSD (Post-Traumatic Stress Disorder). 

Selain itu, korban sering kali mengalami kesulitan akademik, karena mereka tidak dapat berkonsentrasi dan merasa tertekan. 

Dalam kasus yang ekstrem, perundungan dapat menyebabkan tindakan bunuh diri, menciptakan rasa duka yang mendalam bagi keluarga dan komunitas.

 Pengalaman Pribadi


Saya juga pernah mengalami perundungan dalam bentuk verbal. Ketika kami dari kelompok Persekutuan doa , dibagi dalam kelompok. Masing-masing kelompok anggotanya berempat. Salah seorang dari anggota  kelompok saya tidak menyukai cara berdoa saya yang dianggap berbeda dengan dirinya dan orang lain. 

Lalu saya dilaporkan kepada ketua Persekutuan. Ketua persekutuan yang kurang bijak pun mengatakan bahwa saya lebih baik mengganti cara berdoa saya jika masih mau menjadi anggota. Sungguh bullying yang dianggap ringan oleh pelaku tapi berat sekali bagi saya yang terkena. Saya seperti dihempas dan diseret untuk ke luar dari kelompok karena perbedaan yang sebenarnya dapat diselesaikan dengan baik . 

 Tujuan utama stop bullying

Tujuan utama kita adalah menciptakan lingkungan yang aman dan inklusif. Salah satu langkah yang bisa diambil adalah mengedukasi semua pihak—mulai dari siswa, guru, hingga orang tua—tentang bahaya perundungan. 

Program-program sosialisasi dan workshop tentang empati dan toleransi dapat dilakukan di sekolah-sekolah untuk menumbuhkan kesadaran akan pentingnya menghargai perbedaan.

Selain itu, membentuk sistem dukungan bagi korban juga sangat penting. Sekolah dapat menyediakan layanan konseling agar siswa yang mengalami perundungan merasa didengar dan mendapatkan bantuan. 

Melibatkan siswa dalam kegiatan positif, seperti organisasi sosial atau kelompok minat, juga dapat membantu mereka membangun rasa percaya diri dan menjauh dari perilaku perundungan.

 Solusi stop bullying dengan pendekatan etnografis


Salah satu pendekatan yang bisa diambil adalah dengan menggunakan metode etnografis. Pendekatan ini mengutamakan pemahaman mendalam tentang budaya dan kebiasaan masyarakat setempat. Dengan melakukan observasi langsung dan wawancara dengan para pelajar, guru, dan orang tua, kita bisa menggali akar permasalahan perundungan di suatu komunitas. Ini memungkinkan kita untuk memahami dinamika sosial yang mendasarinya dan menemukan solusi yang lebih tepat.

Sebagai penutup, maraknya perundungan di Indonesia adalah masalah yang membutuhkan perhatian serius. Dengan pendekatan etnografis dan kerjasama semua pihak, kita dapat menemukan solusi yang tepat untuk menghentikan perundungan dan menciptakan lingkungan yang lebih baik bagi generasi mendatang. Mari kita bersama-sama berkomitmen untuk menghentikan perundungan dan mendukung sesama. 

Artikel ini adalah  latihan komunitas LFI supported by BRI.

Tidak ada komentar

Pesan adalah rangkaian kata yang membangun dan mengkritik sesuai dengan konteksnya. Tidak mengirimkan spam!

Total Tayangan Halaman