"Beri Aku Cerita yang Tak Biasa", Sang Elang Menerbangkan Adikarya Setinggi-tingginya Menebarkan Virus Literasi


Beri Aku Cerita yang Tak Biasa
dokpri-canva.com


Pernahkah Anda membaca buku prosa berlatar belakang budaya? Saat ini prosa baru dalam bentuk cerpen, novel itu sudah begitu menjamur, tetapi belum menemukan prosa berlatar belakang budaya yang mumpuni.  

Adanya kebutuhan untuk kembali membahanakan cerpen yang berlatar belakang budaya. Tidak mudah bagi seorang penulis untuk menceritakan budaya dalam kehidupan sehari-hari. Namun, dengan semangat untuk tetap melestarikan budaya Indonesia yang beraneka ragam, membuat 28 penulis yang bergabung dalam Ibu-Ibu Doyan Nulis (IIDN)telah berhasil meluncurkan buku berjudul “Beri Aku Cerita yang Tak Biasa”. 

Peluncuran Buku ini telah diadakan pada tanggal 21 Agustus 2022 di Perpustakaan Nasional Indonesia. Sambutan dan testimoni dan semangat luar biasa dari pihak Pemerintah maupun sebagian Penulis Nuswantara dan komunitas/pegiat literasi maupun budaya. 

Keunikan dari buku “Beri Aku Cerita Tak Biasa” adalah menceritakan kebudayaan Nusantara dengan gaya narasi kekinian. Alur ceritanya ringan mengenai kisah kejadian sehari-hari tentang latar belakang budaya.

Sebenarnya ada tiga buku karya Elang Nuswantara yaitu, “Sang Mistikus Kasih” , karya Elang Merah, menuangkan kalimat sakti “semesta tak pernah meminta. Lalu “Pesan yang Belum Sampai” karya Elang Putih, kalimat pemikat “Semesta mempunya cara membalas kasih sayang kita kepadanya. Terakhir “Beri Aku Cerita yang Tak Biasa” , karya Elang Biru dengan kalimat penggugahnya “bukan hanya sekadar, namun harus berujar dan berpijar”. 

Untuk  membahanakan dan memperkenalkan Buku Antologi “Beri Aku Cerita yang Tak Biasa” kepada anggota IIDN yang lainnya, diadakanlah Webinar “Menerbangkan Adikarya Nuswantara dalam Bingkai Cerita yang Tak Biasa”. 

Webinar ini diadakan pada hari Jumat, tanggal 7 Oktober melalui zoom online . Dua nara sumber yang sangat kompeten sebagai mentor buku, yaitu Widyanti Yuliandari, Blogger, Writing Mentor, Ketua Umum IIDN. Nara sumber berikutnya, Kirana Kejora, Writerpreneur dan Pendiri Elang Nuswantara. 

Diawali dengan pembukaan oleh MC, diikuti dengan menyanyi lagu Indonesia Raya. Hening dan suasana khidmat melantunkan lagu Indonesia Raya oleh semua peserta webinar. 



Setelah itu , kami melihat dan mendengarkan video monolog dari “Beri Aku Cerita yang Tak Biasa” mulai dari pemrosesan hingga terbitnya. 

Mengenal Lebih dalam Ibu Widyanti Yuliandari



Siapa tak mengenal Ibu Widyanti Yuliandari? Beliau seorang writing mentor, Ketua Umum IIDN. Sebagai ketua IIDN, beliau telah berhasil mendidik para penulis pemula yang tergabung dalam IIDN untuk berbagi cerita sarat dengan literasi budaya. 

Dalam kapasitasnya sebagai salah satu penulis buku “Beri Aku Cerita yang Tak Biasa”, Mbak Wid (nama panggilan dari Widyanti Yuliandari) menceritakan dengan gamblang bahwa awalnya menulis fiksi baginya adalah tantangan yang sangat sulit. Dengan terbitnya buku “Beri Aku Cerita yang Tak Biasa”, Mbak Wid ingin menjaga, mensyukuri dan merasakan kegembiran melalui webinar ini. 


Bayangkan, Mbak Wid sebagai seorang Sarjana Teknik Lingkungan dengan gaya berpikir logika dan sekarang dihadapkan untuk menulis suatu cerita fiksi. Kesulitan merubah mindset ini yang dihadapi baik oleh Mbak Wid sehingga Mbak Wid berhasil menyelesaikan satu naskah yang berjudul “Tanean lanjhang Menuju Wageningen”. 

Sebuah tradisi budaya Madura yang sangat diterapkan kepada perempuan Madura . Tanean adalah perumahan tradisional Perempuan Madura yang tangguh untuk mempertahankan kehormatan keluarga dengan teguh.

Nach Mbak Wid memiliki perjuangan untuk berproses untuk menghasilkan naskah yang berujung sangat bagus Lalu, Mbak Wid juga menegaskan perbedaan antara Mitos fiksi dan Fiksi.

Mitos Fiksi 


1. Penulis Fiksi harus bisa menghayal 
2.Penulis fiksi harus ditulis oleh orang yang berbakat 
3.Jenis tulisan fiksi sangat gampang dibuat/ditulis. 

Fiksi


1.Membaca fiksi harus riset dari berbagai karya fiksi dari penulis yang baik. 
2. Seorang Penulis fiksi harus melepaskan ekspektasi dari dirinya sendiri. Dia harus menggunakan setting yang mudah dimengerti oleh pembaca dengan menggunakan media foto, video, rekam suara.
3.Jangan lupa untuk meminta bantuan kepada Sang Maha Kuasa untuk membantu menyelesaikan proses. 

Mengenal Lebih dalam Ibu Kirana Kejora 



Siapa tidak mengenal Ibu Kirana Kejora? Beliau adalah seorang writerpreneur, dan pendiri Elang Nuswantara Topik yang dibicarakan oleh Ibu Kirana adalah tentang Menerbangkan Adikarya Nuswantara dalam Bingkai Cerita yang Tak Biasa. 

Siapa yang harus menjaga warisan budaya kita yang begitu beragam dari Sabang sampai Merauke. Jika bukan kita semua sebagai penulis. Penulis yang dikaruniai dengan kecerdasan dan kepekaan tentang budaya dan lingkungan.

Pendiri Elang Nuswantara ini bertujuan bagi pegiat literasi yang berminat dan peduli terhadap budaya dan kearifan lokal seperti kuliner, alam . 

Karya Elang Biru kali ini bertemakan budaya mengandung fiksi atau bukan fakta . Namun semua cerita dalam buku “Beri Aku Cerita Tak Biasa” bukan sekedar cerpen biasa. Sebagai seorang pengampu penyusunan buku, Ibu Kirana itu memberikan pengarahan kepada penulis bagaimana proses panjang yang harus dilaluinya dengan totalitas untuk mengangkat keunikan suatu budaya yang menarik menjadi sebuah adikarya . 

Semua penulisan itu harus didasarkan riset yang sangat detail dan melalui data yang valid. Beberapa cerita itu harus dituangkan dalam kalimat yang mengandung 4 unsur yaitu, masuk akal dan riset, cerpen unsur suspense (yang membuat pembaca tertarik terus membaca), kejutan atau roman dan terakhir ada drama keluarga, religius, juga diselingi dengan suatu satir.

Unsur-unsur itu dikembangkan dengan baik agar cerita itu dapat menyampaikan pesan yang sesuai dengan keinginan penulisnya. Contohnya penulis yang ingin menulis tentang upacara Pasola di Nusa Tenggara Timur. Untuk mengungkapkan Pasola , penulis sebaiknya tidak menulis definisi Pasola. Namun, menceritakan bagaimana ritual untuk menghormati kepercayaan Marapu pada musim tanam padi tetap diselenggarakan. Kepercayaan yang sangat mempengaruhi kehidupan masyarakat ini tak pernah dilupakan meskipun adat ini sungguh memakan waktu dan cara yang sangat tidak praktis. 

Ibu Kirana juga menekankan bahwa penggunaan diksi adikarya itu penting sekali untuk mendorong orang makin ingin membaca. Meskipun penulis Elang Baru masih pemula, namun, perjalanan untuk menerbangkan Adikarya Nuswantara, ini harus dilanjutkan terus agar semua orang bisa mengenali dan membacanya.

Buku yang harus dibeli “Beri Aku Cerita Tak Biasa”



Buku ini bukan buku biasa, tawaran untuk membeli buku dengan 28 karya penulis yang tergabung dalam Pasukan Elang Biru berjudul “Beri Aku Cerita yang tak Biasa”, memiliki kata yang sangat memikat hati untuk seluruh pembaca karena di dalam penuh dengan pengertian “Cinta bukan sekedar, namun harus berujar dan berpijar”. 

 
Harapan kita buku ini bisa membahana dan menerbangkan ke seluruh pelosok Indonesia sehingga kita semua makin mencintai dan melestarikan budaya Indonesia lewat literasi buku.

3 komentar

  1. Saya senang sekali bisa ikutan zoominar ini
    Juga berkesempatan membaca bukunya
    Memang sebuah cerita yang tak biasa
    Prosa budaya yang disajikan secara menarik

    BalasHapus
  2. Peluncuran buku beri aku cinta yang tak biasa ini sangat keren banget ya kak di tengah-tengah merebaknya novel bergenre negara lain ini malah menggebrak budaya Kita sendiri... Kereen

    BalasHapus
  3. Saya percaya bahwa membuat karya fiksi itu tidak mudah. Karena meskipun ia hasil dari sebuah imajinasi penulis. Tapi membutuhkan riset yang tidak kalah banyak. Karya fiksi maupun non fiksi pasti mengandung kerja keras yang luar biasa dari penulisnya.

    BalasHapus

Pesan adalah rangkaian kata yang membangun dan mengkritik sesuai dengan konteksnya. Tidak mengirimkan spam!

Total Tayangan Halaman