Beli Kit Antigen, Bukan Solusi untuk Kemudahan test Antigen

Kit Antigen



Sejak Pandemi Omicron muncul dan berlangsung hingga saat ini. Orang tidak setakut seperti yang sebelumnya Pandemi Covid Delta. 

Seolah dalam benak orang yang terpapar mereka tidak akan menderita seberat seperti varian delta. Hal ini mungkin sering didengungkan oleh para praktisi Kesehatan bahwa penularan omicron lebih cepat dari delta tapi dari segi beratnya tidak seberat Delta.

Ketika puncak omicron pada pertengahan Februari, terpaksa mereka yang terpapar atau terinfeksi, terpaksa harus check antigen atau PCR. 

Apabila sekeluarga terpapar, terpasa mereka semua harus ikut PCR atau antigen, kepentingan untuk cek PCR atau antigen makin besar volumenya seiring dengan banyak yang terpapar.Bayangin uang untuk test antigen sekeluarga yang anggotanya total 5 orang bisa bayar Rp.450.000 untuk antigen dan Rp.1.500.000 untuk PCR.

Belum lagi ribet untuk datang ke laboratorium , antri, tunggu dan hasilnya. Lalu orang-orang berbondong-bondong mencari dan membeli alat kit antigen.

 Mereka berpikir apabila ada keperluan untuk pengecekan kekhawatiran terpapar Covid atau tidak, tak perlu lagi ke Lab.Alasannya selain lebih murah punya alat sendiri tapi juga lebih cepat untuk mengetahui positif atau negative. 

Patut diingat bahwa test kit yang dibeli sendiri menurut Keputusan Menteri Kesehatan No.446 tahun 2021 tentang Penggunaan Rapid Diagnostic Test Antigen dalam Corona Virus Disease 2019 menyebut pengambilan pemeriksaan spesipen Rapid Diagnostic Test Antigen (RDT -AG) tidak bisa dikerjakan oleh sembarang orang. 

Selain itu untuk memenuhi jaminan kualitas dan keamanan test antigen yang digunakan harus mencakup kriteria yang mencakup:

 Memenuhi rekomendasi Emergency Used Listing (EUL) WHO 
Memenuhi rekonemdasi Emergey Used Authorization (EUA) US-FDA 
MEmenuhi rekomemadasi European Medicine Agency (EMA) 
Produk RDT-Ag harus memiliki sensitivitas lebih dari atau sama dengan 80 persen dan spesifitas lebih dari atau sama dengan 97 persen dievaluasi pada fase akut berdasarkan evaluasi oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan. 

Meskipun keempat itu secara mendasar digunakan sebagai alat pemeriksaan kromotografi cepat dan kualitatif antigen di nasofaring manusia. 

 Namun, seorang dokter spesialis penyakit dalam memberikan peringatan kepada kita semua bahwa alat yang dibeli itu perlu divalidasi oleh Kementrian Kesehatan sebelum dipakai. 

Hampir tiap tiga bulan sekali alat itu tetap harus perlu validasi terbaru. Apabila ada yang kerusakan sedikit akan mempengaruhi hasilnya. Bagi pemilik yang membeli test kit itu perlu memastikan siapa yang akan mengecek antigen di nasofaring. 


Orang yang mengecek pun harus punya keahlian untuk mencolok alat ke nasofaring. 

 Ada tata cara yang tepat untuk memasukkan alat ke nasofaring di hidung, ada yang tidak boleh hanya di bagian depan saja, perlu sampai ke dalam, ada yang harus di bagian belakang.

Apabila orang yang mengecek itu tidak tepat, maka hasilnya pun tidak tepat. Bisa tidak ditemukan virusnya, sehingga dianggap negative . Diperlukan keahlian dari orang yang mengetest antigen untuk membaca hasilnya.

Jika dia tidak mengetahui diagnosa dan asal memberikan diagnosa, akan membahayakan sekali. Membeli kit antigen itu bukan solusi tepat untuk mengetahui hasil antigen karena alasan di atas:

 1. Alat yang perlu divalidasi tiap tiga bulan
 2. Orang yang melakukan test harus orang yang ahli, bukan sembarangan. 
3. Apabila hasilnya negative belum tentu negative karena ketepatan test itu jadi andalannya. 
4. Apakah orang yang mengetest bisa membaca diagnosa?


Semoga dengan penjelasan di atas, kita perlu hati-hati sebelum membeli kit antigen.

Tidak ada komentar

Pesan adalah rangkaian kata yang membangun dan mengkritik sesuai dengan konteksnya. Tidak mengirimkan spam!

Total Tayangan Halaman