![]() |
| smiley-couple-with-drinks-side-view |
Dalam dunia yang semakin berubah, banyak lansia yang menghadapi dilema besar—apakah hidup sendiri di rumah lebih baik atau memilih tinggal di tempat tinggal senior? Artikel ini membahas kelebihan dan kekurangan dari kedua pilihan tersebut untuk membantu lansia dan keluarga membuat keputusan yang tepat.
Topik ini mungkin kurang pas bagi generasi Z dan X karena pasti belum waktunya untuk memikirkan hidup seorang lansia . Usia masih belia, kenapa memikirkan urusan usia lansia.
Benar, jika Anda generasi X atau Z, masalah ini memang bukan untuk Anda sendiri tetapi untuk orang tua Anda yang sudah memasuki dunia lansia.
Saya dan seorang sahabat yang berada di Amerika Serika memang sudah memasuki kategori ini. Jadi kami berdiskusi intens untuk memikirkan masa depan kami. Meskipun kami juga memiliki anak, sahabat saya memiliki dua orang anak dan saya seorang anak, tetapi kami sebagai orang tua yang terbiasa hidup mandiri (berdua dengan suami) dan punya otonomi untuk bebas menentukan, ingin membahas lebih lanjut keputusan untuk hidup kami di usia makin lanjut.
Makin tinggi usia, apalagi memasuki usia 70 hingga 80 an tentu fisiknya tidak sekuat dulu ketika masih usia 60 an. Kelemahan fisik karena sahabat saya mulai terkena beberapa penyakit osteoporosis, gerd . Saya juga sudah punya koleksi penyakit tekanan darah tinggi, keloid , kolesterol tinggi.
Setahun sekali selalu check up , ada saja pertambahan penyakit yang dikoleksi dan harus minum obat sehingga kadang-kadang obat yang satu berefek terhadap penyakit yang sudah ada sebelumnya.
Kami berdiskusi tentang kebaikan dan keburukan apakah tetap hidup mandiri berdua atau mungkin sendiri jika salah seorang dari pasangan meninggal atau justru hidup di senior living.
Di senior living pasti ada kebaikan dan keburukannya.
Jadi diskusi kami mulai dari hidup mandiri.
Apa keuntungan dan kerugian hidup mandiri di rumah:
Keuntungannya hidup mandiri adalah berikut ini:
- Kemandirian penuh: memiliki kendali penuh atas jadwal harian, makanan, dan privasi tanpa batasan.
- Lingkungan familiar: Kenyamanan psikologis karena sudah berada di lingkungan rumah yang dikenal secara fisik dan emosional.
- Biaya operasional lebih rendah: Bagi emreka yang telah memiliki rumah sendiri (bukan sewa atau kontrak), biaya perawatan mungkin lebih murah.
- Dekat komunitas setempat: Mempertahankan kedekatan dengan tetangga, teman, tempat ibadah, atau toko lokal yang sudah dikenal.
Kerugian di rumah sendiri:
- Risiko isolasi sosial: Jika sudah tidak mampu pergi kemana-mana, pasti tidak dapat bersosialisasi dengan tetangga atau teman-teman yang jauh.
- Beban pemeiliharaan: Tanggung jawab penuh atas pemeliharaan rumah, kebun, dan pekerjaan rumah tangga , bisa sulit secara fisik.
- Risiko keamanan dan kesehatan: Potensi yang sangat krusial adalah jatuh . Ketika jatuh dan hidup sendidri tidak bisa kontak keadaan darurat medis dan bantuan instan.
- Akses bantuan tertunda. Kesulitan transportasi: Mengemudi sudah tidak mungkin lagi, lalu cari transportasi yang harus menggunakan ponsel dan aplikasi, apakah masih mampu untuk menggunakannya.
Sekarang kita bahas keuntungan dan kerugian hidup di Senior Living
Di Indonesia tempat Senior Living sangat bervariasi atau beragam, baik dari segi fasilitas, harga maupun persyaratannya.
Keuntungan tinggal di Senior Living:
- Keamanan dan bantuan 27/7: Staf dan sistem panggilan darurat sering tersedia dan memberikan ketengan pikiran bagi penghuni dan keluarga
- Sosialisasi terstruktur: Ada berbagai tawaran program dan kegiatan sosial yang dapat diakses oleh peserta baik di ruang makan komunal, di tempat ruang tertentu dan mengurangi kesepian.
- Bebas Repot pemeliharaan: Semua pemeliharaan, kebersihan, dan penyediaan makanan sudah ditangani oleh staf
- Akses layanan medis: Bantuan dengan manajemen pengobatan, transportasi dan janji ke dokter atau perawatan prbadi tersedia di tempat
Kerugian tinggal di Senior Living:
- Biaya tinggi: Kita harus bayar biaya bulanan sangat mahal dan bahkan yang tidak punya dana passive income terpaksa jual property atau Tabungan.
- Kehilangan kemandirian: Harus mengikuti peraturan, jadwal makan/tidur dan struktur komunitas dan otomatis kurangi otonomi pribadi.
- Lingkungan asing: Membutuhkan penyesuaian besar untuk pindah dari rumah seumur hidup ke lingkungan baru yang jauh lebih kecil.
- Perasaan stigma /penuaan: Beberapa orang merasa “lebih tua” atau “Sudah tua” atau terbebani secara emosional karena pindah ke fasilitas semacam ini.
Keputusan terbaik ada di tangan kita masing-masing berdasarkan kepada kondisi ksehatan fisik, finansial , keingina prbadi akan prviasi dan kebutuhan dukungan sosial dan medis.

Tidak ada komentar
Pesan adalah rangkaian kata yang membangun dan mengkritik sesuai dengan konteksnya. Tidak mengirimkan spam!