Kerentanan dan Perubahan Pola Penghormatan Anak Mengganggu Kegelisahanku

Kegelisahan Orang tua
freepik.com


Berita yang saya baca, sangat menggugah dan menggelisahkan hati. Hari Sabtu, tanggal 13 Juli 2024, di Jonggol ditemukan jenazah sepasang suami-istri yang telah senior, Hans dan Rita. Tidak diketahui dimana keberadaan ketiga anaknya. 

Bahkan, ketika saat penguburan dilakukan, kehadiran ketiga putranya tidak muncul sama sekali. Sungguh suatu kejanggalan sekaligus kemirisan yang saya rasakan kenapa ketiga anaknya tak mengetahui kondisi orang tuanya sampai meninggal. Apakah selama itu tidak ada komunikasi antara anak dengan orang tua? Menyedihkan sekali penguburan orang tua tanpa kehadiran anak-anaknya yang notabene berada di Indonesia. 

Kegelisahan orang tua yang hidup makin rentan Sebagai orang tua, saya tentu berharap bahwa saya tetapi hidup sehat hingga usia rentan. Namun, tidak dipungkiri saat mendengar berita yang menyedihkan, membuat saya segera  berefleksi .

Semakin memasuki usia rentan, saya makin cemas dan gelisah ketika anak saya satu-satunya tidak lagi memberikan perhatian dan perhatian yang layak. Kegelisahan ini muncul dengan berbagai alasan, termasuk rasa takut akan kesepian atau kekhawatiran tentang kesehatan saya di masa depan. 

Kedekatan saya dengan anak secara emosional tidak begitu dekat. Selama membesarkan anak, saya adalah seorang ibu yang selalu bersikap agar anak cepat mandiri dan tidak manja. Bukan berarti tidak mencintainya, tetapi saya memupuk kedewasaan sejak dia sudah tamat di SMA. Dia harus tinggalkan tanah air dan belajar cukup jauh. 

 Dengan kemandirian, saya mengingatkan dia agar persepsi melelpaskan dia bukan untuk keuntungan saya atau jangan pernah anggap saya tidak mencintainya. Justru karena saya mencintainya, saya harapkan dia bisa mandiri baik dalam “lifeskill “ maupun studinya. 

Tetapi setelah anak kembali, saya melihat sikap anak yang mandiri itu agak menjauh baik secara mengobrol dan membahagiakan orang tua. 

Sebenarnya salah satu cara yang efektif bagi anak untuk membahagiakan orang tua adalah meluangkan waktu untuk mengobrol. Mengobrolnya justru jika ada keperluan dari pihak anak. Ketika saya memerlukan esuatu, dia merasa terganggu karena tidak ada waktu sedang bekerja. Mengobrol dengan orang tua sungguh salah satu cara membahagiakan orang tua dan memberikan kesempatan kepada kami untuk membagikan pengalaman hidup kami. Hal ini menjadi momen keluarga yang sangat berharga dan memperkuat ikatan emosional antara anak dan orang tua. 

Bentuk penghargaan kepada orang tua yang lain adalah menghargai pandangan dan pendapat orang tua dengan rasa hormat dan kepedulian. Meskipun cara pandang kami berbeda dengan cara pandang anak milenial. Tetapi kami akan merasa bahagia jika pendapat kami dihargai. 


Membelikan makanan kesukaan orang tua adalah cara kecil tetapi sangat berarti untuk menunjukkan perhatian. Ketika anak membawa makanan orang tua, alangkah bahagianya orang tua yang butuh cinta kasih anak di masa tuanya. 

Tak kalah pentingnya jika anak dalam kesibukan kerja kantornya, dapat menelpon atau sekedar mengirimkan kabar lewat Whatsapplication. Hal ini pasti membantu orang tua bahwa kami tidak terlupakan. Sebuah berita singkat dari anak sudah merupkan rasa kedekatan dan dukungan emosinal bagi kami. 

Mengunjungi kami saat week-end karena anak masih tinggal bersama kami adalah bagian yang menyenanggkan dan menciptakan kenangan indah. Apalagi jika kami dapat kesempatan bersama untuk bersama menikmati waktu berkualitas secara bersama-sama. 
Juga memberikan kesempatan mengalihkan perhatian dari rutinas sehari-hari dan merayakan kebahagiaan. 

Selain itu , baiklah di era kini tak mungkin meminta anak untuk menghormati orang tua atas keputusan dan pilihannya. Jangan memaksakan kehendakmu karena persepsi kami sebagai orang tua pasti sangat berbeda  dirimu sebagai anak milenial,  ada jurang perbedaan yang tajam

Dengan melakukan cara-cara di atas, saya berharap anak tidak hanya bantu mengurangi kegelisahan orang tua, tetapi juga memperkuat hubungan relasi. Kebaikan dan perhatian kecil memiliki dampak besar dalam memberikan kebahagiaan dan rasa aman bagi orang tua yang usianya makin rentan.


Karyawan Zaman Now Cenderung Career Cushion Saat Mereka Masih Aktif Bekerja

Career Cushion
sumber:  
https://www.freepik.com/free-photo/man-office-outfit-rejoices-while-working-laptop-amid-falling-sheets-paper-guy-glasses-poses-with


Saya pernah bekerja dari tahun 1978 hingga tahun 2009, bekerja di 3 perusahaan dengan jangka waktu paling lama di perusahaan terakhir yaitu selama 28 tahun, sampai pensiun. 

Tapi kondisi dan suasana kerja serta karir kerja saat ini jauh berbeda dengan era saya bekerja. Perbedaan inilah yang membuat saya gelisah karena saya selalu mengingat bahwa menapak karir di era saya lebih mudah dan nyaman, tidak perlu jadi "kutu loncat" ketimbang di era kini. 

Awal berkarir, tentu saya sedang mencari atau mengexplorasi tempat kerja yang paling tepat untuk karir. Saat pertama kali kerja sebagai part-timer hanya 3 bulan karena saya kerja sambil sekolah. Kemudian berganti perusahaan , saya cukup betah sekitar 3 tahun. Ketika saya melihat saya tak punya peluang untuk meningkatkan karir, barulah saya lompat ke perusahaan lain. 

Di perusahaan terakhir inilah saya membangun karir. Meskipun karir saya tidak “moncer” tapi saya anggap impian karir saya di perusahaan ini cukup. Di perusahaan ini saya mendapatkan ilmu dan keterampilan dari pelatihan atau training setiap tahun. Saya bekerja di perusahaan terakhir ini , hampir 28 tahun. 

Sering teman saya yang sudah ke luar dari perusahaan, bertanya: “Mengapa betah dan apa yang saya cari?” . Jawaban singkat saya butuh kemapanan dan apresiasi saja.

 Nach, ketika saya melihat teman-teman anak saya yang masuk kategori milenial maupun gen X, saya kaget sekali karena mereka dalam setahun bisa pindah kerja , 2 atau 3 perusahaan. Apalagi jika kena PHK. 

Mencari karir di saat ini perlu cara Career cushion. Tidak ada yang aman untuk menetap dan berkarir di suatu perusahaan dalam jangka waktu lama.


Dalam lingkungan kerja yang semakin kompetitif, fenomena career cushion—di mana karyawan berusaha mengamankan posisi mereka dengan cara yang tidak selalu transparan—semakin sering terlihat.

Budaya kerja yang tidak sehat sering kali menjadi latar belakang munculnya perilaku ini. Ketika karyawan merasa tidak puas dengan pekerjaan mereka dan merasa keamanan kerja mereka tidak terjamin, mereka cenderung mencari cara untuk melindungi karier mereka dengan membangun 'bantal karier' atau career cushion

Salah  satu penyebab utama career cushion adalah kepuasan kerja yang rendah. Karyawan yang merasa tidak dihargai, tidak puas dengan tugas mereka, atau merasa tidak ada peluang berkembang, seringkali merasa perlu untuk mencari alternatif lain. 

Kurangnya jaminan keamanan kerja memperburuk situasi ini. Ketika ada ketidakpastian mengenai masa depan perusahaan atau posisi mereka, karyawan merasa terdorong untuk mengamankan masa depan mereka dengan cara yang mungkin tidak selalu etis.

Untuk mengatasi masalah ini, penting untuk membangun budaya kerja yang sehat. Perusahaan harus menyediakan jaminan keamanan kerja yang lebih baik dan memastikan bahwa karyawan merasa dihargai dan puas dengan pekerjaan mereka. 

Selain itu, karyawan dapat mengambil langkah proaktif dengan membangun jaringan profesional yang kuat dan terus meningkatkan keterampilan mereka. Dengan cara ini, mereka tidak hanya mempersiapkan diri untuk kemungkinan pergeseran karier tetapi juga meningkatkan nilai mereka di pasar kerja. 

Melamar pekerjaan baru adalah langkah lain yang dapat diambil oleh karyawan untuk mengurangi ketergantungan mereka pada pekerjaan yang tidak memuaskan. Dengan melakukan ini, mereka dapat menemukan lingkungan kerja yang lebih sesuai dengan aspirasi dan kebutuhan mereka, serta mengurangi kecenderungan untuk career cushion.

Penting untuk diingat bahwa mengatasi masalah career cushion memerlukan usaha dari kedua belah pihak—baik karyawan maupun perusahaan. Dengan pendekatan yang proaktif dan kultur kerja yang lebih baik, kita dapat mengurangi ketergantungan pada career cushion dan menciptakan lingkungan kerja yang lebih positif dan produktif. 


Viral KDRT, Suami Lembut Penampilan, Tapi Beringas Terhadap Istri

KDRT, Suami Lembut Penampilan
Sumber: Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak.



Viral, beredar sebuah video , seorang istri yang sedang mengalami Kekerasan Rumah Tangga (KDRT) oleh suaminya. Suaminya ini seorang pemuka agama, pengacara, dosen yang tinggal di Sidoarjo. 

Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) merupakan isu serius yang seringkali mendapatkan sorotan publik, terutama ketika kasus-kasusnya viral di media sosial. Meskipun pelaku bisa tampil lembut dan menyenangkan di luar rumah, perilaku ini seringkali berbeda saat di rumah. 

Artikel ini akan membahas beberapa aspek penting mengenai KDRT, termasuk faktor penyebab, jenis, dampak, dan solusi untuk masalah ini. 

Apa Itu KDRT?


KDRT adalah tindakan kekerasan yang dilakukan oleh salah satu anggota keluarga terhadap anggota lainnya. Kekerasan ini bisa berupa fisik, verbal, psikologis, atau seksual. KDRT tidak hanya mencakup tindakan fisik seperti memukul atau mencekik, tetapi juga perilaku yang merendahkan atau mengintimidasi korban.

Faktor Penyebab KDRT


Berbagai faktor dapat memicu terjadinya KDRT. Salah satu penyebab utamanya adalah ketidakseimbangan kekuasaan dalam hubungan. Ketika salah satu pihak merasa memiliki kekuasaan lebih besar, mereka mungkin menggunakan kekuasaan tersebut untuk mengendalikan dan menyakiti pasangannya.

Faktor lain termasuk stres ekonomi, pola asuh yang buruk di masa kecil, dan ketidakmampuan mengelola emosi. 

Jenis-Jenis KDRT KDRT dapat dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu: 


1. Kekerasan Fisik: Memukul, menendang, atau tindakan fisik lainnya yang menyebabkan cedera. 

2. Kekerasan Verbal: Menghina, merendahkan, atau mengancam secara verbal. 

3. Kekerasan Psikologis: Manipulasi emosional, isolasi sosial, dan pengendalian yang membuat korban merasa tidak berharga.

4. Kekerasan Seksual: Pemaksaan aktivitas seksual tanpa persetujuan. 

Dampak KDRT 


Dampak KDRT sangat luas dan merugikan, baik secara fisik maupun psikologis. Korban sering mengalami trauma, stres, dan gangguan kesehatan mental seperti depresi dan kecemasan. KDRT juga dapat berdampak pada hubungan sosial korban dan mengganggu kualitas hidup mereka secara keseluruhan. 

Perkawinan Dini Sebabkan KDRT?


 Perkawinan dini seringkali meningkatkan risiko KDRT. Anak-anak yang menikah pada usia muda cenderung belum siap secara emosional dan finansial untuk menjalani kehidupan rumah tangga, yang bisa menyebabkan ketidakseimbangan kekuasaan dan ketidakstabilan dalam hubungan.

 Alasan Perempuan Rentan Terhadap Kekerasan 


Perempuan seringkali menjadi korban KDRT karena berbagai alasan, termasuk ketergantungan ekonomi, norma sosial yang menempatkan perempuan dalam posisi yang lebih lemah, dan ketidakmampuan untuk melawan akibat tekanan sosial. Keterbatasan akses ke sumber daya dan perlindungan hukum juga membuat perempuan lebih rentan.

 Apa Dampak Psikologis Korban KDRT? 


Dampak psikologis bagi korban KDRT bisa sangat parah. Mereka mungkin mengalami gangguan stres pasca-trauma (PTSD), rasa rendah diri, dan kehilangan rasa percaya diri. Efek ini dapat mempengaruhi kesehatan mental mereka dalam jangka panjang dan mengganggu kemampuan mereka untuk berfungsi secara normal dalam kehidupan sehari-hari.

 Solusi KDRT Bisa Berubah? 


Untuk mengatasi KDRT, dibutuhkan usaha bersama dari berbagai pihak. Edukasi tentang hubungan sehat, peningkatan kesadaran, dan dukungan hukum yang kuat adalah langkah-langkah penting dalam memerangi KDRT. 

Korban juga perlu mendapatkan akses ke layanan dukungan seperti konseling dan perlindungan hukum untuk membantu mereka keluar dari situasi kekerasan. 

Dalam mengatasi masalah KDRT, penting untuk memahami bahwa perubahan bisa terjadi jika ada komitmen dan dukungan dari masyarakat, lembaga, dan individu. Dengan langkah-langkah yang tepat, kita bisa bekerja menuju masyarakat yang bebas dari kekerasan dalam rumah tangga. 


Kiat Manfaatkan Pesangon Jadi Penghasilan Setelah PHK

Kiat Memanfaatkan pesangon
kompas.com


“Cari kerja sulit, apalagi jumlah PHK makin banyak, membuat kesempatan kerja baik di sektor industri maun non industri, makin tertutup”, keluh seorang milenial. 

Data di Juli 2024 jumlah Pemutusan Hubungan Kerja di sektor industri pengolahan (garmen dan tekstil, alas kaki), jumlahnya mencapai 22.356 orang. Di samping itu di non industri pengolahan mencapai 20.507 orang . 

PHK (Pemutusan Hubungan Kerja) di Jakarta, atau di mana pun, seringkali menjadi momok yang menakutkan bagi pekerja. Salah satu bentuk perlindungan bagi pekerja yang terkena PHK adalah uang pesangon 

Namun, bagaimana cara terbaik memanfaatkan pesangon ini agar tidak habis begitu saja? Ketika menerima uang pesangon yang terlihat jumlahnya cukup besar misalnya untuk seorang data analyst dengan masa kerja 4 tahun dari suatu perusahaan start-up ketika terjadi PHK, dia menerima Rp.160 juta. Dia menganggap menerima uang pesangon itu sangat besar. Tapi dia tak menyadari di hari-hari berikutnya setelah PHK, apakah dia bisa menghidupi keluarganya hanya dengan uang pesangon? Berapa lama uang pesangon mengkover  kehidupan jika tidak ada pemasukan sama sekali. 

Pengalaman seseorang yang baru saja terkena PHK, dia langsung ingin menjadi pengusaha. Menggunakan uang pesangon sebatai modal awal. Namun, sayang, dia tak punya skill dan pengalaman kerja mandiri sehingga usahanya gagal dan akhirnya uang pesangon pun hilang.

 Berikut beberapa tips yang bisa membantu Anda mengelola pesangon dengan bijak, agar bisa menjadi sumber penghasilan, bahkan setelah masa PHK. 

1. Menyusun Prioritas Keuangan 


Langkah pertama setelah menerima pesangon adalah menyusun prioritas keuangan. Tentukan mana yang harus segera dibayar, seperti hutang atau tagihan penting. Jangan langsung menggunakan semua pesangon untuk keperluan konsumtif. Prioritas pertama adalah memastikan kebutuhan dasar Anda dan keluarga tetap terpenuhi. 

2. Pertimbangkan Dana Darurat atau Pesangon


Setelah PHK, banyak yang bertanya-tanya, apakah sebaiknya menggunakan dana darurat atau pesangon terlebih dahulu? Idealnya, dana darurat digunakan untuk kebutuhan mendesak sementara pesangon sebaiknya diinvestasikan atau digunakan sebagai modal usaha. Dengan begitu, pesangon bisa berfungsi sebagai sumber penghasilan tambahan.

3. Manfaatkan Pesangon Sebagai Passive Income 


Salah satu cara cerdas memanfaatkan pesangon adalah dengan menginvestasikannya untuk mendapatkan passive income. Investasi ini menjadi passive income ketika Anda belum mendapat pekerjaan baru. Meski ada risiko, dengan perencanaan yang baik, investasi ini dapat memberikan penghasilan tambahan tanpa harus bekerja secara aktif. 

Baca juga:  Viral KDRT, Suami Lembut Penampilan, Tapi Beringas Istri

4. Jangan Bergantung Sepenuhnya pada Pesangon 


Pesangon memang bisa menjadi penyelamat finansial setelah PHK, namun penting untuk tidak bergantung sepenuhnya pada dana tersebut. Mulailah mencari sumber penghasilan lain, baik itu dari pekerjaan baru, usaha sampingan, atau investasi. Dengan begitu, jika pesangon habis, Anda tetap memiliki sumber penghasilan lain yang bisa diandalkan. 

5.Kelola Pesangon dengan Bijak di Bank 


Menyimpan pesangon di bank adalah langkah aman, namun penting untuk mengetahui produk perbankan mana yang bisa memberikan manfaat lebih. 

Pertimbangkan untuk menyimpan sebagian pesangon di deposito berjangka atau rekening tabungan dengan bunga yang kompetitif. 

 Selain itu, bisa juga mempertimbangkan untuk membuka rekening investasi di Bank yang memungkinkan uang Anda berkembang. Pilihan investasi seperti deposito berjangka di bank, reksa dana, atau properti bisa menjadi alternatif. Anda bisa memilih beberapa prduk investasi yang sesuai dengan profil Anda.

Contohnya ada beberapa produk ivnestasi di Bank Rakyat Indonesia, seperti Reksa Dana, ORI,SR, Sukuk, SBR, Obligasi, Pasar Sekunder . 

Mudah dan cepat, aman dalam berinvestasi di platform BRI yang dapat segera Anda lakukan.

 6. Rencana Ke Depan: Pelatihan dan Pengembangan Diri 


Selain mengelola pesangon untuk kebutuhan harian, sisihkan sebagian untuk pengembangan diri. Mengikuti pelatihan atau kursus keterampilan baru bisa membuka peluang karir yang lebih baik di masa depan. 

Dengan meningkatkan skill, Anda bisa menjadi lebih kompetitif di pasar kerja dan mendapatkan pekerjaan baru yang lebih baik. 

7. Konsultasi dengan Ahli Keuangan 


Jika merasa bingung atau ragu dalam mengelola pesangon, konsultasikan dengan ahli keuangan. Mereka bisa memberikan saran berdasarkan kondisi keuangan Anda, sehingga pesangon yang Anda terima dapat dimanfaatkan dengan optimal untuk jangka panjang. 

Kesimpulan 


Menghadapi PHK memang tidak mudah, namun dengan pengelolaan pesangon yang tepat, Anda bisa tetap memiliki penghasilan bahkan setelah kehilangan pekerjaan. Susun rencana keuangan, manfaatkan pesangon untuk investasi atau pengembangan diri, dan jangan lupa mencari sumber penghasilan lain. Dengan perencanaan yang matang, pesangon bisa menjadi bekal berharga untuk masa depan yang lebih baik.


Dokumen yang Harus Diurus Setelah Kematian Seseorang

dokumen kematian
freepic



Kematian adalah hal yang tidak bisa diprediksi dan seringkali datang secara mendadak, seperti akibat kecelakaan, kebakaran, atau penyakit mendadak. 

Dalam situasi tersebut, penting untuk mengurus berbagai dokumen yang terkait dengan kematian. 

Berikut adalah daftar dokumen yang perlu diurus dan langkah-langkah yang harus diambil: 

1. Surat Keterangan Kematian (Formulir F-2.29/Surat Kematian) 


Dokumen ini diperlukan baik untuk orang yang meninggal di rumah, rumah sakit, atau dalam waktu yang telah berlalu. Proses pengurusannya meliputi:

 1. Mendapatkan surat pengantar dari RT setempat. 
2. Surat pengantar dari RT harus ditandatangani oleh ketua RW. 
3. Menyediakan berkas sesuai persyaratan dari kelurahan serta surat kematian. 
4. Mengajukan berkas ke pihak kecamatan untuk ditandatangani. 
5. Mengajukan berkas ke Disdukcapil untuk proses lebih lanjut. 

2. Akta Kematian 


Akta kematian harus diurus di Dukcapil setempat dengan melengkapi dokumen-dokumen berikut: 
1. Surat Keterangan Kematian asli. 
2. KTP dan KK asli almarhum. 
3. KTP asli pasangan almarhum (jika pasangan masih hidup). 
4. Pelapor harus merupakan ahli waris langsung, berusia minimal 21 tahun, dan sudah menikah atau dikuasakan. 
5. KTP dan KK pelapor. 

3. Penghentian BPJS Kesehatan 


Penghentian BPJS Kesehatan dapat dilakukan secara online melalui Mobile JKN dengan langkah-langkah berikut: 

1. Siapkan dokumen seperti surat keterangan meninggal dunia, KTP atau identitas JKN dari peserta yang meninggal, dan KK. 
2. Unggah dokumen-dokumen tersebut dalam bentuk softcopy melalui layanan Pandawa. 
3. Kirim pesan WhatsApp ke nomor 08118165165 pada jam kerja untuk mendapatkan link pengajuan. 4. Klik link tersebut, pilih jenis pengajuan, dan ikuti petunjuk untuk mengunggah dokumen yang diminta. Setelah proses selesai, status kepesertaan JKN akan nonaktif dan tagihan iuran akan berhenti.


 4. Penghapusan NPWP 


Untuk menghapus NPWP seseorang yang telah meninggal dan tidak meninggalkan warisan, berdasarkan Pasal 34 ayat (8) PER-04/PJ/2020, siapkan dua dokumen berikut: 

1. Surat Keterangan Kematian atau dokumen serupa dari instansi berwenang.
2. Surat Pernyataan dari wakil wajib pajak yang menyatakan bahwa almarhum tidak meninggalkan warisan. 
3. Isi formulir permohonan penghapusan NPWP. Dengan mengikuti langkah-langkah di atas, proses administrasi setelah kematian dapat dilakukan dengan lebih lancar dan teratur.

Total Tayangan Halaman