Surga Desa Sayur Sukamakmur dan Nepal van Java

Sukamakmur

Sukamakmur

Sukamakmur


Tahun 2023 adalah tahun anugerah bagi saya . Mengapa disebut tahun anugerah? Anugerah karena saya diberikan kesempatan oleh Tuhan yang Maha Kuasa untuk bisa menikmati keindahan alam di salah satu spot wisata di tempat yang nan tinggi.

Bayangkan, dari kerja hingga pensiun, saya berpikir saya tak punya nyali baik dari segi jaraknya maupun jarak tempuhnya untuk bisa dapat menginjak tempat-tempat yang saya pikir sangat menarik, terindah dan punya nilai istimewa bagi saya. 

Tempat itu adalah Vienna dan Desa Sukamakmur Magelang. Viena adalah sebuah kota di Eropa yang saya kagumi karena historis music, terutama saya sangat fans dengan film “Sould of Music”. 

Ternyata Tuhan memberikan waktu dan kesempatan saya bisar berkunjung ke Vienna, Salzburg dan Hallstatd di bulan Juli 2023 selama 7 hari dengan perjuangan pegulatan batin dan usaha untuk visa yang sulitnya luar biasa. Desa Sukamakmur Magelang, entah mengapa hati saya begitu jatuh cinta pandangan pertama untuk bisa melihat kondisi lapangan Desa Sukamakmur yang hanya saya lihat lewat foto saja. 

Berbagai cara untuk mengajak teman baik teman dekat maupun teman yang senang berkunjung, tapi usaha gagal. Alasan teman mengatakan sudah ada acara masing-masing . Akhirnya saya merasa gagal rencana untuk ke Desa Sukamakmur. 

Tapi tanpa disangka di pertengahan bulan, saya mengajak kepada suami dan anak, apakah mau ke sana? Mereka menjawab dengan positif. Walaupun pada hari H, perut saya ternyata tidak sehat , saya merasakan kegembiraan yang meluap. 

Di tengah perjalanan dari Jakarta ke kota Semrarang dengan kereta api Agro Muria, berangkat tepat waktu sekitar jam 7 . Di tengah perjalanan yang kami lewati, saya melihat sawah-sawah mongering kerontang. Sedih rasanya ketika melihat hasil jernih payah petani untuk mendapatkan beras, gagal total. Kering tanpa air, tanaman padi itu membuat tak bisa hasilkan gabah. 

Kekeringan itu tak bisa dibantu karena tak ada embung atau tempat air yang bisa mengaliri sawah berkhektar-hektar. Rasanya saya tak nyaman melihat kekeringan yang menimpa sawah-sawah . Kegagalan petani hanya karena masalah air itu seharusnya bisa diantisipasi jauh hari. Begitu tiba di Semarang, panasnya luar biasa 39 C. 

 Kami mencari mobil yang menjemput. AKhirnya supir bisa ditemukan. Jarak tempuh Semarang -Magelang 2 l/2 jam. Dengan panas Terik mobil yang kurang terasa AC, akhirnya kami tiba di Magelang. 

ke Grand Arthos, kami langsung mandi karena peluh keringat sudah bagaikan mandiri. Akhirnya kami mengontak travel yang jemput kami besok untuk ke Sukamakmur. Malam yang seharusnya untuk istirahat, tidak dapat saya lakukan. 

Dua orang yang terkasih justru sakit, yang satu menderita sakit astma yang satu tidak bisa tidur. Akhirnya saya memaksakan diri untuk tidur beberapa jam. Esoknya pukul 6.00 saya dan anak saya sudah dijemput mobil yang siap berangkat.

 PErjalanan dari Magelang ke Desa Sukamakmur ternyata dimulai dengan mobil yang menanjak terus. BUkan sekedar menanjak, tapi terus berkelok-kelok bahkan menyempit. Pada satu titik, pernah kami harus berhenti hampir 30 menit karena menunggu sebuah truk yang mengangkut pupuk ayam. Seolah truk itu kehilangan energinya, lalu siapa yang bisa mendorong. Sulit menunggu kemampuan truk itu dapat dilalui. Ketika sampai di tempat parkir untuk mobil, kami harus bernegosiasi dengan tukang ojek. 

Untuk biaya ke dua tempat yaitu Sukamakmur dan Nepal van Java, masing masing ojek mengenakan tarif sebesar Rp.85.000 Hal ini belum termasuk parkir di tiap tempat yaitu Rp.10.000 Akhirnya, saya yang ngeri berboncengan dengan ojek dengan kecepatan lumayan tapi naik tanjakan yang tajam, kelok-kelok dan sangat sempit, rasanya kengerian terus menghampir.

 Beruntung cuaca pagi itu sangat cerah dan terang. Saya merasa bersyukur ditengah ketakutan saat naik gojek, saya minta kepada tukang gojek untuk bisa mengendarai secara aman . 


Tujuan pertama , Desa Sayur Sukamakmur. Saya tidak menemukan petani , entah dimana mereka. Tapi hanya satu atau dua ibu-ibu yang membersihkan sayur kentang yang kering. 

 “Bagaimana dengan panen kali ini, bu?” sapa saya. “Kurang baik, bahkan kualitasnya tidak sesuai harapan”, jawabnya. Wah ikut sedih saya. Saya menikmati keindahan alam di kaki Gunugn Sindoro, tanaman dan sayuran yang saya lihat tidak begitu segar. Hanya sekeliling keindahan alam itu memukau diri saya . 

Tersihir bersihnya udara. Membidik keindahan alam yang sungguh merupakan lukisan dari sebuah gunung dan sawah terhampar di atasnya. Lanjutkan perjalanan ke Nepal van Java tidak begitu lama sekitar 20 menit, jalannya menurun terus. Saya juga harus kencangkan pegangan saya. Di suatu tempat , kami berhenti, kami harus bayar uang Rp.10.000 per orang untuk naik tangga yang dibuat permanen. Tinggi sekali. Sesampai di atasnya, pandangan kami sungguh indah, hamparan rumah-rumah warna warni bagaikan kembaran Nepal van Java.

 Di sini kami bisa melihat banyak kehidupan orang desa baik yang berjualan, anak-anak ke sekolah, bahkan ada yang bekerja di suatu rumah. Tiap rumah menghadap kea rah yang sama tapi lokasinya sangat tinggi dari daratan. Selesai sudah pengalaman yang sangat memukau yang saya impikan.


Sukamakmur

Sukamakmur

Nepal van Java

Tidak ada komentar

Pesan adalah rangkaian kata yang membangun dan mengkritik sesuai dengan konteksnya. Tidak mengirimkan spam!

Total Tayangan Halaman