The Art of Listening

art of listening



Pembinaan Perlawatan yang dilakukan secara onsite pada hari Sabtu tnggal 20 Mei 2022 Nara sumber Fransiska Fortuna A.S. ST.MM (Strategy & HR Consultant) sangat  handal dan mumpuni dalam memberikan pembekalan secara praktis kepada kami Tim Perlawatan GKI Pondok Indah. 

 “Every good conversation starts with good listening “artinya setiap pembicaraan dimulai dengan cara mendengarkan dengan baik. 

 Mendengarkan baik memiliki elemen komunikasi yang aktif: 


1.Verbal (38%) melalui intonasi.
2.Non verbal (7%) melalui body language, gaya bahasa. 
3.Para language (55%) melalui senyuman dan intonasi yang dilihat dari hati (nurani). 

Sebagai seorang pribadi, pelawat perlu mengenal apa gaya sosial kita? Dalam satu kuadran gaya sosial ada 4 gaya sosial.

Kuadran gaya sosial


1. Dominance: Komunikator yang cenderung menguasai pembicaraan 
2. Influencer : komunikator yang cenderung terbuka , berinteraski dan pendengar yang aktif, empati,sensitive 
3. Compliance : komunikator yang cenderung punya daya analytical dalam setiap ucapan, tindakannya.

4. Relater: Komunikator yang punya kecenderungan tidak suka dengan konflik dan selalu menerima
 apa adanya tapi juga sulit menolak semua tanggung jawab yang belum tentu dia kuasai. 

 Saat  kami sebagai para pelawat sudah mengenal siapkah kami sesuai dengan gaya sosialnya, tugas kami sebagai pelawat apakah kami bisa mengenal /memahami orang yang kami lawat sesuai dengan gaya sosialnya. 

 Tentu pengenalan gaya sosial diri sendiri dalam waktu singkat tidak mungkin karena perlu adanya asesmen dan adanya faktor mood atau situasi.

Tetapi setelah menggali dari orang terdekatnya misalnya anaknya, suster atau pembantu, kita segera dapat mengenal gaya sosial orang yang akan kita lawat. Hal ini penting sekali agar kita bisa mengexplore dan mengenal lebih dalam serta pendekatan kita kepada orang yang kita lawat jauh lebih mudah ketimbang kita tak mengenal sama sekali.

Mengenal lebih dalam ketika orang itu menceritakan kekecewaannya, kekesalannya, kesedihannya, diam dirinya karena dia sedang tidak "on the mood" untuk bercerita. 

 Apa yang ingin kita sampaikan kepada orang yang kita lawat bukan sekedar kata-kata saja, tetapi kata-kata yang dapat dipahami maknanya.  Tidak perlu kata-kata yang berlebihan atau panjang atau sifatnya  judging.

 Fokus kepada apa yang disampaikan pada saat melawat:



1. Hadir : artinya fisik, jiwa kita mendengarkan apa yang dikatakan oleh orang yang dilawat bukan sekedar datang tapi main handphone 

2.Menerima: kita tidak boleh punya persepsi sendiri tentang apa yang kita inginkan untuk orang yang dilawat, tetapi kita menerima keadaan, kepribadian dari orang yang dilawat 

3.Mengeluarkan bahasa tubuh: jika kita sedang melawat sebaiknya tidak memperlihatkan bahasa tubuh yang menyatakan kita seorang yang sombong (dari duduknya yang menopang dagu), matanya yang tidak terarah kepada orang yang dilawat

 4.Merespond : setiap keluhan dan complain atau apa pun dari orang yang dilawat , perlu kita respond dengan baik bukan dengan kata-kata yang menggurui atau dengan firman-firman, membuat diri orang yang dilawat menjadi nyaman kepada kita

 5. Support: Berikan bantuan atau doakan dia apabila dia butuh sesuatu yang dianggapnya sulit dilakukan sendiri. 

 Intent, motivasi dari orang yang melawat harus diawali dan didasari oleh kasih. Tanpa kasih, kita tidak mungkin melawat dengan baik. Dengan kasih kita tidak mengharapkan imbalan atau ekspetaksi yang berlebihan atau kekecewaatn. 

Semuanya harus didasarkan dengan kasih Allah yang telah memberikan kita kemampuan untuk melawat sesuai dengan kebutuhan orang yang dilawat bukan kebutuhan kita. 




Tidak ada komentar

Pesan adalah rangkaian kata yang membangun dan mengkritik sesuai dengan konteksnya. Tidak mengirimkan spam!

Total Tayangan Halaman