The Power of Video


The Power of Video



Ayo siapa yang pernah menghitung berapa video yang dilihat dalam sehari. Mungkin ada yang seru, menghabiskan waktunya untuk nonton video.  Banjir video sangat mudah dilihat di pelbagai aplikasi/platfomr mulai dari facebook,twitter, Instagram, tiktok ,reel sampai youtube dan lain-lainnya.

Banjir video membuat orang seharian ‘stalking” mengamati dari satu video ke video yang lainnya.

Tidak hanya melihat video, orang pun mulai gandrung untuk membuat video.  Salah satu motivasi membuat video adalah   sebagai youtuber. Penghasilan youtuber yang sangat fantastis membuat orang ramai-ramai jadi youtuber.

Namun, sayangnya orang yang membuat video sendiri, kontennya tidak memenuhi syarat baik dari segi  estetika maupun etika.  Yuk saya ajak lihat di tiktok dan reel. Konten yang serign diunggah oleh pembuat video adalah goyang-goyang tubuh tanpa makna, lalu kegiatan yang tanpa makna, makan bersama, anak yang baru bisa berjalan, menangis, dan lain-lainnya.

Tanpa literasi digital yang memadai, video konten sering menyimpang dari segi etika dan estetika Mereka yang membuat video tak punya konsep khusus. Isi konten video itu tak punya tujuan atau tema khusus. Apa saja yang ditemui bahkan, anak yang sedang makan, anak sedang bermain, anak sedang berenang, anak sedang tidur. 

Bahkan bukan sekedar keluarga saja, tapi juga peristiwa yang mendadak ditemui di tengah jalan, sedang makan di luar, atau sedang piknik di luar kota. Ada yang unik, aneh, inspiratif tetapi ada yang kurang beretika. 

Dalam upload video dari pribadi-pribadi , umumnya tidak punya tujuan khusus kecuali mereka yang sedang punya misi untuk mendapatkan keuntungan ekonomi untuk menguber jadi youtuber. Kegemaran membuat video itu jadi bagian lifestyle atau kehidupan setiap orang. 

Tanpa riset sekedar untuk “existence" jadi bagian lifestyle. Saking mudahnya mengupload, video yang mudah viral itu , bisa dalam hitungan menit memiliki dampak. 

 Dampaknya tentu bisa positif maupun negatif.

Video yang Positif


Salah satu video yang diupload oleh seorang yang bernama Silampari, mengupload video dengan konten seorang kakek,Mbah Madisnan, berusia 81 tahun. Mbah Madisnan, warga Lubuk Sari, Muaran Enim melihat jalan yang sangat rusak di sepanjang rumahnya. Rusak jalan yang berlubang dan bisa membahayakan pengendara jalan. 

Tanpa pamrih, dia ingin berbuat baik dia memperbaiki jalan yang rusak ddengan kondisi seadanya yaitu kerikil dan tanah.

Ia selalu berbuat baik untuk terus kebaikan orang lain jadi falsafah hidupnya. Konten yang positif ini menggugah hati bagi penonton dan memiliki nilai positif yang bisa ditiru oleh anak muda atau siapa pun yang menonton video ini. 

Video yang Negatif 


Saya tidak screen shot dari sebuah video yang dianggap negatif. Seorang pramusaji, pria, dari sebuah resto tanpa minta izin kepada pemilik resto telah meletakkan gadget dengan menghidupkan video di toilet perempuan. 

Seorang tamu perempuan yang masuk ke toilet, dan hendak masuk ke toilet, sangat curiga ada suatu alat yang diarahkan kepada dirinya.

 Lalu, dia mengambil gadget yang videonya masih dalam keadaan “on”. Tamu tentu segera melaporkan kepada manajemen resto . 

Ketika pelaku ditanya berapa lama hal itu telah dilakukan, dia menjawab sudah hampir 10 bulan. Motivasinya tidak dijawab oleh pelaku.

Video Jadi Alat Visualisasi yang ampuh


 Mengupload video itu bagaikan pedang bermata dua. Jika konten video positif maka akan bermanfaat bagi orang lain. 

 Sebaliknya jika konten video negative, contoh yang tidak baik dengan mudah ditiru oleh orang lain. Lebih bahaya lagi, apabila konten yang mencemarkan nama baik orang lain, menghasut, dan melawan UU ITE maka dengan mudah pelaku akan ditangkat dan dihukum sesuai dengan hukum .

Segala etika yang berkaitan dengan legal /hukum harus dipelajari dengan baik. Contohnya orang yang upload orang lain, tidak diperkenankan dan dianggap melanggar hukum ITE 

Orang yang merekam suatu performance dari konser, dan mengupload di akun pribadi di youtube, juga dianggap melanggar hukum. 

 Ada 3 pelanggaran yang sanksinya melanggar hak cipta sekaligus. Rekaman ke ranah public menimbulkan konsekuensi. Hak reproduksi menjadi bagian dari hak cipta. Pengunggah youtube bertanggung jawab atas video yang dipublish, apalagi hasil rekaman menghasilkan pundi-pundi uang dari monetizing 

Urusan etika, para netizen yang upload video suatu peristiwa korban kecelakaan entah itu korban kebakaran atau kecelakaan lalu lintas, tidak perlu memperlihatkan video kondisi korban secara langsung (misalnya ada yang terbakar hangus, atau dalam kondisi yang menyedihkan). Video yang dibuat harus menyamarkan korban demi etika moral dan kemanusiaan.

Tidak ada komentar

Pesan adalah rangkaian kata yang membangun dan mengkritik sesuai dengan konteksnya. Tidak mengirimkan spam!

Total Tayangan Halaman