Jika Sakit Berobat ke Dokter bukan Berobat ke Google

Berobat Bukan ke Google Tapi Berobat ke Dokter

 Tren dari warga atau masyarakat yang menjadi orang yang pandai mencari dokter di online . Berobat ke google bukan ke dokter jadi salah satu pilihan termudah.
 
Alasan saya  tertarik dengan topik ini datangnya  dari sebuah flyer yang bunyinya sebagai berikut ini: 
 
Legal Problem > Lawyer 
Build a house > Architect 
Fix your car > Mechanic 
Health Proble > Internet >neighbourhood>Miroculous drinks/ointments >TV/Newspapaer Doctor 
 
Pergeseran paradigma Membaca flyer di atas saya sempat tergelitik bagaimana orang menyelesaikan masalah yang dihadapi dalam hidupnya. 
 
Contohnya ketika kita sedang menghadapi permasalahan legal, terlibat dalam sengketa hukum dengan mitra bisnis, tentunya kita mencari pengacara yang kompeten mendampingi kita saat berhadapan dengan hukum di pengadilan. 
 
Untuk perencanaan pembangunan sebuah rumah yang sesuai dengan kemampuan dan impian kita, maka kita datang kepada seorang arsitek untuk merancangnya. 
 
untuk masalah mobil, kita ke bengkel untuk memperbaikinya. Entah itu mekanik dari bengkel atau langganan kita.
 
 Namun ketika kita mengalami sakit, kita  berpikir bahwa sakit kita hanya sakit ringan. Langsung kita berpikir , ach ini tidak perlu ke dokter, cukup bertanya kepada google atau mencari informasi di internet dulu. Apalagi, di zaman era digital sekarang ini, ketika semua informasi dengan mudah dicari dan cepat didapatkan, orang lebih tertarik untuk mencari solusi dengan mengakses internet.
 
 Fenomena yang saya temukan dengan bebeapa orang merasa yang sakitnya ringan , bukan lagi datang ke dokter secara langsung. Tetapi dia akan mencari informasi jika saya memiliki gejala A,B, C, apakah penyakitnya? 
 
Setelah mendiagnosa sendiri, dia akan bertanya kepada teman-temannya di whatsapplication , jika saya punya penyakit A, kira-kira obatnya apa. Semua teman dengan segudang pengalaman, langsung memberikan opini tentang obat untuk penyakit A. 
 
Berbagai sharing dari teman-teman tentang obat yang dikonsumi baik itu obat tradisional ,obat generik dan berbagai vitamin penunjang ikut dipromosikan. Lalu, jika kita tak sembuh, pergilah kita mencari obat yang menurut kita sesuai dengan janji-janji iklan baik itu di TV. 
 
Tanpa pengetahuan yang cukup bahwa obat yang tidak cocok itu sebenarnya banyak side effect atau kontradiksi apalagi jika obat tidak digunakan dengan tepat. Apabila sakit makin parah, barulah pasien datang ke dokter. 
 
Dokter pasti bertanya sejak kapan penyakitnya timbul? Jika kita berbohong, dokter juga tidak bisa mendiagnosa dengan tepat. Namun, tanda atau gejala yang memburuk membuat pengobatan makin mahal dan lebih rumit untuk dipulihkan. 
 
Teknologi membantu berkonsultasi dengan dokter Sepandai apa pun kita, jika kita bukan ahli Kesehatan, atau dokter, sebaiknya tidak berasumsi bisa mengobati sendiri . Mengobati sendiri itu bukan cara yang baik. Berputar-putar mencari informasi yang menyesatkan akan membuat penyakit lebih parah. Oleh karena itu, diperlukan paradigma yang tepat atas masalah Kesehatan, solusinya adalah dokter. 
 
Sekarang di zaman era digital, bisa kok datang berkonsultasi secara online dengan pelayanan telemedicine atau telemedis. Jika sebelumnya kita harus datang ke dokter dengan datang langsung dan antri pendaftaran, tetapi pengobatan lewat telemedis, kita tak perlu melakukan datang ke dokter. 
 
Kita cukup dengna tatap muka. Tatap muka antara pasien dan dokter dilakukan untuk mengetahui apa keluhan pasien dan mendiagnosa dan memberikan obat melalui telemedicine. Semuanya serba cepat dan mudah dengan menggunakan video atau chat yang disediakan dalam suatu aplikasi di gadget kita. 
 
Namun, perlu dipertimbangkan bahwa ada kelemahan juga untuk melakukan telemedis ini . Beberapa kelemahan yang sering ditemukan adalah jika suara atau jaringan dari telemedis kita tidak baik. Sehingga ketidak jelasan suara itu akan membuat kesulitan dokter untuk mendiagnosa dengan baik.
 
Jika dilakukan dengan chat, bisa menimbulkan salah paham , antara apa yang ditanya dan jawaban tidak sinkron. Juga waktu yang sangat singkat untuk melakukan telemedis, membuat pasien harus cepat-cepat bicara dan justru lupa factor penting keluhan yang sedang dialaminya. 
 
 

Berikut adalah tips untuk menyiapkan telemedisin: 

 
  1. Tetapi jadwal yang tepat Setiap konsultasi dengan dokter melalui telemedisine selalu ada perjanjian . Perjanjian itu harus tepat waktu dan tidak bisa dirubah semau pasien. Ketika kita tidak tepat, dokter pun akan tidak hadir lagi. Untuk bisa tepat waktu, kita harus menyimpan reminder dan catatan pengingat agar tidak terlewat. 
  2. Mencatat keluhan Waktu yang singkat untuk berkonsultasi membuat kita harus mencatat apa yang akan kita keluhkan tentang penyakit kita derita. Catatan itu dibuat sebelumekita berkonsultasi. Tentu tidak perlu panjang lebar. Singkat, padat dan sistematis saat kita bicara dengan dokter.
  3. Fokus saat sedang bertemu dengan dokter melalui telemedis, diusahakan untuk tetap focus dalam pembicaraaan dengan dokter. Diharapkan tidak ada distraksi yang membuat kita lupa apa yang sedang dibicarakan bahkan ada pembicaraan lain dalam diskusi dengna dokter. 
  4. Mencatat Apabila kita diberitahukan oleh dokter diagnose apa yang sedang kita derita, sebaiknya catat dengan teliti dan sedikit memahami apa penyakit apa yang sedang diderita. Juga obat yang akan dibeirkan, berapa dosisnya dan berapa lama kita harus konsumsi.  
  5. Tahap selanjutnya Ada kelemahan dalam pengobatan telemedis , tidak bisa memeriksa tensi, tekanan darah, gejala yang terlihat secara nyata pada tubuh pasien, jika butuh pengobatan seperti suntikan, infus. Apabila hal ini dubutuhkan, pastikan pasien cepat menemui dokter yang berpraktek di rumah sakit atau klinik. Waktu berobat yang cepat dan tepat jadi hal yang penting dalam proses penyembuhan seseorang.

Tidak ada komentar

Pesan adalah rangkaian kata yang membangun dan mengkritik sesuai dengan konteksnya. Tidak mengirimkan spam!

Total Tayangan Halaman