Percayakah Anda bahwa perjalanan hidup saya yang awalnya tidak peduli dengan sampah, sekarang berubah total, komitmen untuk percaya bahwa sampah adalah bagian hidup saya yang tidak dapat dilepaskan. Sampah perlu saya olah dengan baik agar kesehatan lingkungan, bumi (air, udara, tanah) tetap subur.
Suatu ketika aku sedang ikut outing kantor di suatu tempat yang sering disebut dengan Pulau Dewata di Indonesia yaitu Pulau Bali.
Pulau Bali bukan hanya sekedar untuk pariwisata, tapi juga untuk ekowisata.
|
Pantai Sanur. Sumber: kumparan
|
Ketika aku tiba di pantai yang tersohor di seantero dunia, Pantai Sanur dekat dengan Denpasar, kunikmati keindahan birunya laut, sambil menunggu instruksi outbound dari instruktur, saya melewati pepohonan terlihatlah seonggok sampah plastik sisa minuman dan makanan yang dibiarkan tanpa dibuang di tempat pembuangan sampah.
Tidak kurang dari 50 meter dari tempat itu di pinggiran pantai, banyak sampah-sampah plastik dan sisa makanan yang bertebaran, kotor sekali! Bingung melihat kondisi pantai yang hilang keindahannya karena menjadi sumber sampah, bau menyengat dan mengganggu turis yang sedang menikmati.
Sampah jika dibiarkan tanpa dikelola dengan baik bukan hanya mengganggu kesehatan tapi juga akan merusak lingkungan atau ekologi maupun iklim bahkan membahayakan keselamatan manusia sendiri. Sampah itu merusak tanah, air bahkan udara yang ada di sekitarnya dan akhirnya secara global.
Begitu pulang ke rumah, ingatanku terus melayang kepada “sampah" yang ada di Pulau Dewata.
Rupanya konsep dan paradigma saya selama ini tentang “sampah” adalah sisa makanan atau sisa material yang tak bermanfaat dan harus dibuang dan tak peduli untuk diolah atau dipilah.
Aku pernah membaca bahwa orang di zaman dulu pun melakukan hal yang sederhana untuk membuang sampah. Mereka mengumpulkan sampah yang jumlahnya masih sedikit itu, menggali tanah sangat dalam, membuat lubang dan akhirnya menguburnya.
Jika di zaman dulu, jumlah warganya masih sedikit sehingga volume sampah pun masih sedikit sehingga cara menguburkan itu dianggap masih memadai.
Namun, di zaman modern ini mengubur sampah dan membakar sampah dianggap tidak efektif lagi. Hal ini justru menimbulkan masalah lain yaitu menimbulkan penyakit pernafasan karena asap pembakaran, juga penguburan akan membuat banyak serangga yang menggangu kesehatan.
Tiap hari aku bergelut dengan sisa-sisa makanan, minuman, kemasan baik itu dari makanan maupun dari kemasan plastik pencuci makanan, pakaian, bahan yang membahayakan (hazardous chemicals) seperti kaleng kosong dari aerosol, spray, sampah elektronik.
Awalnya, aku bingung mulai dari mana , bagaimana memilahnya.
Selama ini aku memang gampang sekali membuang sampah dalam 1 kantong plastik hitam yang disediakan oleh petugas sampah, lalu diangkut sekaligus , masa pengangkutan tiga kali dalam seminggu oleh truk sampah.
Petugas sampah RT mengumpulkan semua sampah dari tiap keluarga di beberapa tempat lalu dia mengangkut memasukkan ke dalam truk. Truk membawa sampah itu ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) .
Sayang, seribu sayang, di TPA pastinya nasib sampah yang kami kirim itu masih bercampur aduk antara organik dan anorganik. Jumlah atau volume sampah yang diterima di TPA itu tiap harinya makin menggunung.
|
TPA Leuwigajah. Sumber: greenpeace
|
Bayangkan satu bulan berapa sampah yang menggunung di TPA.
Sampah di TPA itu bukan sampah yang sehat, bau udara yang membusuk, sampah yang berubah jadi gas. Tidak mengherankan di TPA Leuwigajah pada 21 Feburari 2005 terjadilah peristiwa mengerikan, dimana longsoran sampah yang menggunung itu mampu menewaskan 143 jiwa termasuk 71 desa di Kampung Cilimus dan Kampung Gunung Aki terkubur hidup.
Menurut EPA’s (Environmental Protection Agency of United States), Waste Management di Indonesia perlu mengingatkan kepada semua warga agar sadar betapa pentingnya mitigasi kegiatan pengelolaan sampah sehingga peristiwa TPA yang menewaskan orang itu tidak terjadi lagi.
Waste4Change harus dimulai dari diri sendiri bukan dari orang lain. Ternyata mengubah kebiasaan pengelolaan sampah atau Personal Waste Management di Indonesia itu tak semudah membalikkan tangan. Ada budaya yang terkait maupun biaya ekonomi yang dianggap beban itu sangat besar pengaruhnya.
Namun setiap masalah harus ada solusinya, dimulai dari kita sendiri. Bak gayung bersambut, saya pun punya pengalaman istimewa dalam belajar memilah sampah.
Satu hari saya mendapat kesempatan untuk mengikuti webinar bertajuk “Zero Waste Cities”, yang diadakan oleh Yayasan Pengelolaan Biosains dan Bioteknologi (YPBB) kota Bandung, Bersama dengan USAID .
Dipaparkan bahwa Waste4Change dimulai dari memilah sampah dari rumah masing-masing untuk mengurangi jumlah sampah di TPA.
Pilah sampah sangat mudah dari organik dan anorganik.
Untuk sampah organik diharapkan untuk mengolah sendiri menjadi kompos, sisanya residu dimasukkan ke tong sampah organik, sedangkan yang anorganik akan dimasukkan ke tong sampah anorganik. Kedua tong sampah itu dikumpulkan oleh petugas sampah dikumpulkan sesuai kategorinya, yaitu organik dan anorganik.
Jelas sekali sampah organik yang diangkut oleh petugas sampah jumlah sudah berkurang banyak karena sebagian dibuat kompos oleh petugas sampah. Sementara sampah anorganik dikumpulkan dan dibawa ke bank sampah untuk didaur ulang.
|
Sumber: dokumen pribaid
|
Saya pun segera pratek di rumah,memilah sampah menjadi dua. Untuk sampah organik diolah dulu dan sisanya dibuang, sedangkan sampah anorganik pun yang dipisahkan seringkali diambil oleh pemulung, artinya volume sampah berkurang banyak.
Bagaimana jika Anda tidak suka memilah sampah?
Ada Sebagian besar keluarga yang belum menerapkan pemilahan sampah, punya masalah dengan pemilahan.
Mereka tak sanggup memilah sampah sesuai dengan jenisnya karena dianggap belum punya waktu , belum punya resources (orang atau petugas yang mengolah sampah), belum bisa melakukan karena tidak ada yang mengkoordinasi pengolahan sampah pribadi di tempat kita tinggal.
Sampah adalah tanggung jawab kita semua, makanan, minuman atau apa pun yang kita konsumsi dan menjadi materi yang tidak bermanfaat lagi itu perlu dikelola dengan baik.
Kabar baiknya bagi mereka yang tak punya waktu lagi untuk pengelolaan sampah pribadi, sekarang ini ada waste4Change yang menjadi andalan untuk perubahan hidup cara pengeloaan sampah demi lingkungan yang sehat dan aman
Mengenal Waste4change
Sebuah diskusi antara PT. Greeneration Indonesia dan Ecobali (PT.Bumi lestari Bali) melahirkan ide untuk membentuk Waste4Change. Pendirinya M.Bijaksana Junerosani, lulusan Institute Teknologi Bandung, Founder of Waste4Change, memiliki visi yang luas terhadap lingkungan terutama sampah.
Jasa pengelolaan sampah terbaik dan terlengkap dengan teknologi ini telah merambah bisnisnya di Jabotabek, Bandung, Semarang, Surabaya, Sidoarjo dan Medan (7 kota).
Para tim bekerja dengan menggunakan teknologi untuk semua penelitian berbagai residu seperti styrofoam, kantong plastic, tata kelola sampah dan memecahkan masalah sampah.
Waste4Change jadi motor penggerak untuk melakukan perubahan terhadap sampah baik itu pribadi maupun perusahaan (kawasan pariwisata, perbelanjaan, Gedung,hotel, kantor) dengan armada lengkap sesuai kapasitasnya seperti arm roll (5 ton), bak motor (700 kg) , pick up (1,5 ton), light truck (2,5 ton), dump truck (16 ton).
Bagi kita sebagai pribadi bisa memanfaatkan ilmu yang difasilitas oleh Waste4Change tentang recyle atau daur ulang sampah anorganik, sehingga kita bisa bertanggung jawab agar sampah itu tidak berakhir di TPA atau laut.
Apa saja yang didaur ulang? Contohnya : Kertas, plastik, metal, kaca, minyak jelantah.
Pendaftarannya bisa dilakukan melalui form yang disediakan.
Keuntungan gunakan pelayanan Waste4Change:
|
Sumber: https://waste4change.com
|
Layanan Produk Pribadi
Suatu fasilitas dari Waste4Change untuk mengolah dan mendaur ulang sampah organik kita. Juga melayani pemesanan perlengkapan dan peralatan pengomposan serta kompos siap pakai.
Bagi teman-teman yang belum pernah melakukan pengkomposan
sampah organik, Waste4Change menyediakan peralatan, sehingga pengomposan dapat
dilakukan di rumah. Alat dan nilai material yang disediakan oleh Waste4Change
akan menghasilkan kompos secara aerobic (dengan bantuan oksigen) menggunakan
Composting Bag Waste4Change .
Alternatif lainnya Anda dapat belajar mengelola
sampah organik menggunakan Black Soldier Files (BSF) dan mendaftarkan pelatian di BSF Learning Center.
Caranya tinggal mengisi nama pemesanan di data, tinggal memilih dari produk yang ditawarkan:
- Kompos bag Rp.75,000/per satuan
- 2 Bag starter (2 set Compost bag dan 2 compost starter packs) Rp.75.000.
- Black Soler Files (BSF) untuk makanan ternak, seperti ayam, ikan Rp.7,500/kg
- Prapupaes (Rp.15,000/kg minimum 5kg)
- Love Cage (Rp.450,000/per cage
- BSF Eggs : Rp.15,000/gram (minum 5 gram)
- BSF Starter Kits : Rp.65,000/set (include 500 pupae with 1 set of eggie
Pengiriman Sampah ke Waste4Change untuk Daur Ulang
- PILAH : Memilah Sampah kita dan jenis sampah yang dikirimkan hanya inargonik
- ISI FORM: Menemukan tujuan kirim, lengkapi data diri, alamat dan menyimpan alamat untuk memudahkan pengiriman.
- KEMAS: Mengemas sampah anorganik di dalam kotak/kardus, sematkan label atau tulis kode unik yang didapat pada kardus .
- KIRIM: Kirimkan sampah anorganik anda gunakan jasa Ekspedisi ke fasilitas daur ulang Waste4Change.
- DAUR ULANG: Sampah akan diteirma, dicatat dan didaur ulang secara optimal
General Personal Waste Management:
Jika kita tidak mau melakukan decomposting sendiri, maka kita dapat meminta jasa Waste4Change untuk melakukan daur ulang. Jenis sampah Anorganik seperti: Karton,kertas, kardus, non kertas (plastic, kaca,logam,sachet, karet, tekstil).
Alur Pengelolaan Sampah:
Dalam rangka pengelolaan sampah yang efisien agar volume berkurang di TPA, sampah anorganik itu harus dipilah dari rumah.
- Diangkut: oleh mitra angkut dalam keadaan terpilah
- Dipilah ulang oleh Mitra Olah
- Diolah oleh Mitra Daur ulang (sekitar 80-90% total sampah)
- ResiduDikirim ke titik transfer TPS yang disediakan oleh pemerintah daerah
- Sampah Risidu dibawah ke TPA resmi kota (sekitar 10-20% dari total sampah)
Harga layanan
disesuaikan dengan kebutuhan Anda sebagai konsumen. Ada 2 jenis layanan berdasarkan intensitas pengangkutan dan jangka waktu yaitu 1 minggu sekali atau 2 minggu sekali.
Masing-masing ada paketnya.
1 Minggu Sekali: paket mulai dari 3 bulan hingga 12 bulan dari harga Rp.590.000 hingga Rp.2.060.000 (sudah termasuk PPN).
2 Minggu sekali: mulai dari 3 bulan hingga 12 bulan, dari harga Rp.255.000 hingga Rp.1.035.000 (sudah termasuk PPN).
Konsultasi melalui layanan Solid Waste Management Research, bertujuan agar pengelolaan sampah dapat dilakukan dengan analisis yang terperinci, mengindentifikasi program dan sistem yang paling tepat untuk provinsi, bangunan, institusi dan tempat komersial lainnya.
Nach, sekarang saya sudah bisa bertanggung jawab terhadap sampahku. Bila Anda tertarik, ada pilihan baik untuk pengomposan sendiri maupun minta bantuan dari Waste4Change untuk membantu buang sampah anorganik kita agar bumi kita sehat, lestari atau sustainable dari segi kesehatan, maupun keamanan.
Duh sedih bacanya soal darurat sampah ini. Memanglah paling efektif kalau dimenej dari hulu , yaitu Kita semua para penghasil sampah harian secara kontinu
BalasHapusDulu aku juga gak peduli dg cara memilah milih sampah, sekarang krn semakin banyak informasi yg seperti ini, jadi sedikit2 mulai paham, apa yg seharusnya kulakukan dlm mengelola sampah di rumah. Walo kadang masih suka lupa juga hehe
BalasHapusPilah sampah memang harus diterapkan semua wilayah. Edukasi dan sosialisasi buat warga juga petugasnya, sehingga konsep pilah sampah bisa terwujud nyata
BalasHapusSebisa mungkin sampah yang bisa didaur ulang, kita coba daur ulang. Semisal gelas kopi untuk menyimpan pena dan pensil
BalasHapusSampah memang sangat bikin meresahkan jika tidak ditangani dengan baik, banyak sekali sampah-sampah termasuk botol plastik, styroofoam, dan plastik bekas makanan berceceran di mana-mana. Sayang banget sih kalau misalkan nemu bekas botol yang masih terlihat bagus dibuang begitu saja :(
BalasHapusKalau bicara sampah memang ngga ada habisnya ya Bu.
BalasHapusUdah paling benar pengurangan sampah itu dimulai dari diri sendiri. Kalau baca-baca cara pengambilan sampah di Jepang, semuanya harus dipilah ddulu baru si petugasnya mau ngambil dari depan rumah warga. Kita udah ketinggalan jauh. Semuanya serba ditumpuk, dituang, dibungkus bersamaan. Semoga kita bisa mengikuti jejak negara2 yang penerapan olahan sampahnya sudah sangat bagus
Sepakat kalau sebetulnya kita bisa mulai dari diri sendiri dulu ya mba. Upaya ini bagus sekali dan smoga makin banyak yang ngeh dan melakukannya
BalasHapusAku belajar untuk memilah sampah saat bekerja di perusahaan yg peduli akan lingkungan. Itu berpengaruh banget sama kebiasaan aku sekarang
BalasHapuswah senangnya ada solusi pengolahan sampah
BalasHapusselama ini kan sering bingung, sesudah dipilah trus sampahnya dikemanain?
Memang harus dimulai dari individunya dulu ya, mbak. Harusnya pemerintah mulai tegas, mewajibkan warganya memilah sampah dulu agar bisa dimanfaatkan sesuai dengan jenisnya. Kayak di negara maju, kebanyakan mereka ketat banget soal pemilahan sampah ini.
BalasHapusWah sedih bangetbliat tumpukan sampah plastik di pantai sanur :( semoga ya kesadaran jg buatbbuatvsampah dan mengelola sampahnya biar ga numpuk spt itu
BalasHapusWaste4change ini bisa menjadi solusi banget yah bu untuk lingkungan utama nya tentang pengelolaan sampah ini. Semoga dengan adanya waste4change permasalahan sampah bisa teratasi. Anw goodluck Bu Ina ;)
BalasHapusSemoga orang-orang makin banyak yang sadar ya betapa pentingnya mengelola sampah dengan baik.
BalasHapusImpian banget kalau pengelolaan sampah ini sudah bisa semaju negara yang sudah maju di bidang pengelolaan sampah ini seperti Korea misalnya. Peer negara kita sekarang tentang mental individunya nih mesti terus diedukasi.
BalasHapusDulu, beberapa tahun lalu, saya belum terpikirkan untuk memilah sampah. Buang ya buang saja. Hingga kini perlahan lahan saya menemukan berbagai informaso tentang bahaya sampah dan lain sebagainya. Maka saya pun memulainya dari rumah, semampunya, ya masih tahap pilah pisah, belum sampai ke pembuatan kompos.
BalasHapusSenangnya gerakan waste4change terus digalakkan dari bagian hulu yaitu rumah tangga.
Aq ikut dukung nih gerakan mengurangi sampah dari diri sendiri. Karena klo dari kita siapa lagi...
BalasHapusKegiatan memilih sampah berdasarkan jenisnya, harusnya sudah berjalan dengan baik diberbagai daerah ya Mba. Ini butuh kerjasama disemua lini masyarakat dan pemerintahan ya.
BalasHapusMiris banget kondisi sampah saat ini. Di tempatku sini kalau mau pakai barang yang ramah lingkungan masih dianggap kuno
BalasHapusMelakukan manajemen pengelolaan sampah memang penting banget pastinya yah. Saya pun sebelum paham hanya membuang sampah ke tempatnya tanpa memilah. Ternyata memang penting sekali melakukan pemilahan sampah sebelum dibuang ke tempatnya ya.
BalasHapusSampah ini selalu jadi permasalahan hingga saat ini. Untuk pengelolaannnya padahal bisa dari diri kita sendiri ya. Aku sendiri sampai sekarang lagi suka memilah sampah
BalasHapussekarang sudah ada lembaga yang memberikan jasa pengankutan sampah, apakah program ini kerjasama dengan pemerintah kah?
BalasHapusAku sejak 2020 rutin mengirimkan waste ke Waste4change. Merasa terbantu banget dengan kehadirannya :')
BalasHapusLAgi selalu belajar terus untuk memilah sampah Ibu, bener banget semuanya berawal dari kesadaran diri sendiri, menjadi ibu di rumah yang kadang banyak sampah dapur pastinya udah auto dipilah-pilah..
BalasHapusDuh, itu sampah di Pantai Sanur, bikin miris, jadi pengen bersihin.
Sedih ya di beberapa pantai di Bali emang suka banyak sampah skrg. Huft.. kyknya dmn2 sampah nih.. PR bgt buat kita semua. Rasanya semua org kudu lebih peduli dgn masalah sampah ini.
BalasHapusaduhhhh... ngeri ya kalau di pantai dan laut bisa banyak sampah numpuk kayak gitu. btw, untuk memilah sampah aku juga masih baru mulai nerapinnya bareng anak-anak di rumah.
BalasHapusGerakan peduli sampah ini emang harus dimulai dari lingkungan terkecil ya khususnya rumah tangga karena ini akan jadi contoh dan berdampak luas seperti pemilahan sampah rumah tangga kan jadi mengurangi volume sampah ke TPA
BalasHapusAku juga sudah mulai menerapkan memilah sampah, ternyata memang banyak manfaatnya dan bisa berguna untuk orang lain
BalasHapusWah terima kasih infonya ya, kebetulan aq jugĂ lagi mulai belajar menikah samapah
BalasHapus