Perjalanan hidup saya cukup unik. Setelah jomblo hampir 34 tahun, barulah saya bertemu dengan orang yang cocok dan akhirnya menikah. Sebelum menikah saya tak pernah berpikir tentang memiliki anak, justru sebaliknya saya hanya berpikir apa yang harus saya persiapkan apabila saya hidup jomblo.
dokumen pribadi |
Begitu hamil di usia yang cukup senja (35 tahun), barulah saya kerepotan untuk belajar soal kehamilan, dan parenting . Bagi saya belajar untuk jadi orang tua itu tidak pernah ada sekolahnya. Pilihannya ,lebih baik belajar dari buku-buku yang penuh dengan teori dan praktek pengalaman dari berbagai orang yang pernah mengalaminya.
Popmama.com |
Mulai mengumpulkan buku-buku dan majalah tentang jenis pola asuh atau parenting yang ideal. Beberapa buku yang masih saya ingat adalah “Dr. Spock’s Baby and Child Care”, “Disiplin Positif” oleh Sahabat Keluarga, “Membantu Anak Percaya “oleh Sahabat Keluarga.
dokumen pribadi |
Memang saya sempat membandingkan buku yang saya baca dengan pengalaman saya mendapatkan parenting dari ibu sendiri. Gaya parenting ibu saya itu gabungan antara gaya authoritarian dan authoritatif kaku. Akhirnya, saya memutuskan untuk punya gaya parenting sendiri, tidak terpaku dengan gaya parenting ibu saya yang saya anggap kurang baik.
Selesai membaca buku tentang parenting, saya harus memilih salah satunya diantara pola asuh demokratis, otoriter, permisif, untuk saya terapkan dalam parenting untuk anak saya.
Ada 4 Gaya Pengasuhan yang Saya Baca:
1.Gaya Pengasuhan Authoritarian:
prodigy math.com |
Seorang authoritian, meminta, mengontrol, menolak, tidak responsif, gaya orang tua mendesak anak untuk mengikuti petunjuknya bahkan harus mengormati usaha orang tua. Terlalu kaku untuk diberlakukan kepada anak saya, tidak ada komunikasi timbal balik. Umumnya gaya ini dikaitkan dengan anak yang kurang kompeten sosialnya dan kurang inisiatif dan ketrampilan komunikasi yang lemah.
2. Gaya Pengasuhan Authoritative:
dreamtime.com |
Perlakuan orang tua yang meminta dan mengontrol, menerima dan responsif. Gaya ini mendorong anak menjadi independen, tapi masih menempatkan batasan dan control terhadap perbuatan anak. Orang tua tetap hangat pada pemeliharaan pada anaknya, hasilnya adalah kompetensi sosial termasuk pencapaian hasil dan percaya diri pada anak.
3. Gaya Pengasuhan Neglectful:
Perlakuan orang tua negelectful yang tidak meminta dan tidak mengontrol, menolak dan tidak responsif. Orang tua sama sekali tidak terlibat dalam kehidupan anak. Hasilnya anak tidak kompeten sosial, bahkan kontrol diri dan rendah penghargaan dirinya.
4. Gaya Pengasuhan Indulgent:
prodigy.math.com |
Perlakuan orang tua indulgent yang tidak meminta dan tidak mengontrol, menerima dan responsif. Orang tua terlibat tinggi pada kehidupan anak, tapi kontrolnya terhadap anak sangat rendah. Hasilnya anak tidak punya kompetensi sosial, khususnya kurang kontrol diri dan rasa hormat pada orang lain.
Setelah mengetahui ke-4 jenis pengasuhan itu, saya memutuskan untuk memilih parenting authoritative sebagai parenting saya kepada anak.
Saya memperhatikan kebutuhan dasar anak, mencintai dan kasih saya meskipun saya seorang “working mom”. Bekerja, ke luar dari rumah jam 6.00 , pulang ke rumah hingga jam 18.00-19.00 tiba di rumah hampir pukul 20.00.
Menyempatkan diri untuk mengasuh anak sebelum dia tertidur walaupun kondisi badan cape dan mengantuk. Membacakan buku cerita anak bergambar, bertanya kegiatannya sehari-hari, bertanya emosi yang dia dapatkan hari itu, senangkah atau sedihkah.
Bahkan satu hari saya menemukan anak saya mukanya sedih sekali. Dia ngambek tidak mau masuk sekolah di play group. Saya bingung, bertanya kepada anak, kenapa dia tidak mau sekolah. Dia diam saja. Saya tak melanjutkan bertanya karena saya tau dia type introvert.
Saya datang ke sekolahnya, bertanya kepada gurunya, apa yang terjadi dengan anak saya.
Guru bercerita bahwa anak saya itu “ngompol” di celana di kelas. Lalu dia menegur anak saya, “Jika kamu sudah merasa mau kencing, ayo cepat ke kamar mandi, jangan kencing di celana dan di kelas”.
Saya tidak menyalahkan guru cara dia berkomunikasi. Tapi secara pedagogik, dia belum kenal siapa anak saya. Anak saya merasa bersalah atas teguran itu.
Dia menganggap gurunya jahat, dia hanya “ngompol” saja sudah dimarahin. Dia tidak dapat mengemukakan emosinya, tapi dia mogok sekolah sebagai balasannya.
Akhirnya saya memahami dan mengajaknya untuk tetap berani ke sekolah, saya memberikan pengertian bahwa guru tidak mengerti kalau anak saya itu tidak berani bicara dengan guru. Saya tekankan bahwa di sekolah itu banyak karakter yang harus dia kenal dan pelajari.
Gaya Parenting yang tepat adalah hal yang sangat penting dan esensial dalam pembentukan karakter anak. Ada interaksi antara saya dan anak. Saya dapat menanamkan karakter dasar untuk pengembangan karakater di masa depan.
Pengalaman dari teman-teman senior yang merasa “kewalahan” menghadapi anak remajanya yang berontak , padahal anaknya saat kecil berhati lembut dan penurut. Hal ini terjadi karena dia menerapkan parenting yang salah.
Jika saya bersikat demokrasi terhadap anak , anak tidak akan agresif tinggi. Sebaliknya,bagi orangtua yang permisif, terlalu keras maka agresif anak makin meningkat. Bagi anak remaja usia 12-18 tahun, yang sedang dalam pencarian jati dirinya, parenting sangat menentukan. Pendekatan pengasuhan yang tepat adalah inti persoalannya.
Sejak anak saya kecil, saya menanamkan karakter dari nilai-nilai dasar yang harus dimiliki anak. Contohnya disiplin diri, percaya diri, mandiri, Ketiganya jadi modal hidup (softskills) bagi masa depan anak. Apalagi dia anak tunggal yang harus mandiri tanpa menggantungkan diri kepada siapa pun.
Perkembangan Karakter Disiplin Positif
Konsep mengajarkan disiplin kepada anak untuk melakukan kebaikannya bukan agar anak jadi pribadi loyo, pasif dan penurut. Tentu kebutuhan dasar anak harus penuhi terlebih dulu sehingga anak dapat menjalani rutinas dengan baik.
Komunikasi yang efektif saat mengimplementasikan disiplin. Bukan sekedar menyuruh anak untuk disiplin, bukan juga sekedar untuk menggurui anak, tapi memberikan wacana kepada anak bahwa disiplin itu kunci utama untuk sukses.
Contohnya anak dimarahi oleh guru karena lupa membuat PR.
Alih-alih memarahi anak dengan kata-kata : “Kamu selalu lupa! Rasain!”
Berikan contoh teladan diri dengan cerita , dulu mamah juga sering lupa . Agar tidak dimarahin guru, sehabis sekolah melihat catatan apa ada PR, langsung dikerjakan.
Cara menumbuhkan disiplin kepada anak:
- Menghindari pemberian hadiah supaya anak berperilaku disiplin.
- Mendamping anak bukan pada saat sukses, tetapi juga pada saat sulit.
- Berikan pujian tepat yang dijadikan alat disiplin untuk pengalaman belajar.
Perkembangan Karakater Percaya Diri
Penting sekali untuk membentuk sikap percaya diri pada anak sejak dini. Pengertian percaya diri adalah yakin bahwa dirinya mampu melakukan sesuatu, merasa aman dan nyaman atas dirinya.
Bagaimana membentuk percaya diri pada anak?
- Bersosialisasi atau menjalin pertemanan: Tidak hanya berteman dengan orang tertentu saja, tapi juga dengan siapa saja. Sayangnya, ini sangat sulit bagi anak saya, karena dia seorang introvert. Tapi saya selalu minta dia agar berusaha melakukannya.
- Melihat diri secara positif: Anak dapat melihat kelebihan dan kekuarangan pada dirinya. Siap menghadapi tantangan: hidup penuh dengan persaingan keras, anak harus diajarkan bagaimana dia hadapi tantangan yang tak mudah. Jangan mudah menyerah.
- Tidak memberikan cemoohan atau julukan negatif. Saya tak pernah memberikan julukan kepada anak seperti “Cebol”, “Si Kurus” atau “Si Hitam”
Perkembangan Karakter Mandiri
Berikan sikap mandiri kepada anak agar dia mampu melakukan apa yang jadi tanggung jawabnya.
- Memberikan peran kepada anak: Setiap anak punya kemampuan, keunggulan dan kelemahan yang berbeda. Sebagai seorang ibu , saya perlu mengindentifikasi apa kemampuan dan keunggulannya. Memberikan peran terhadap keunggulannya. Contoh sederhana, dia suka mencuci piring, maka berikan tugas cuci piring .
- Mengajar anak untuk memotivasi dirinya. Melakukan sesuatu sesuai dengan kemampuan dan didorong oleh keinganannya sendiri bahkan selalu ingin melakukan terbaik. Bukan motivasi yang didorong dari luar dirinya (karena ingin dapat hadiah), tetapi karena dia memang ingin yang terbaik.
Setelah anak saya melewati masa golden years (0-5 tahun), saya sebagai orang tua melangkah lebih siap untuk parenting remaja, langkah berikutnya. Dasar parenting sudah diberikan, bibit telah disemaikan, tinggal menumbuhkan dan melanjutkan di jenjang remaja.
Sumber referensi:
- Dr. Spock's Baby and Child Care
- Disiplin Positif oleh Sahabat Keluarga
- Membantu Anak Percaya oleh Sahabat Keluarga
Bener banget Ibu, jaman dulu belajar parenting pun dari buku2 dan perkaataan orang tua yang turun temurun aku lakukan. Positifnya aku ambil dan negatifnya aku jauhin. Seiring perkembangan jaman, makin banyak pelajaran dan gaya parenting yaa.
BalasHapusAku pun banyak belajar dari sekitar, prakteknya yang utama yaa. Sekarang lagi menikmati bagaimana parenting buat anak remaja menjelang dewasa.
Ah, jadi ortu ga pernah ada ujungnya buat belajar teruus.
Aku sih kayanya tipe yang authoritative deh, karena ada hal-hal yang aku terapkan dari apa yang gak aku dapatkan di masa kecil juga mba hihi, semoga anak-anak kita anak-anak hebat calon pemimpin di masa depan yaa
BalasHapusTernyata banyak sekali macam-macam gaya mendidik anak dengan baik, mendidik anak itu butuh usaha yg kuat dan memberi pelajaran kepada anak dengan baik
BalasHapusHalo kak Ina,
BalasHapusgak sedikit memang gaya parenting kita menurun dari orangtua kita dulu seperti apa. kadang malah alam bawah sadar kita yang begitu karena udah jadi habit. tapi kalau udah menemukan hal yang tidak baik dari parenting ortu kita waktu dulu,m mencari tau dan berilmu adalah pilihan yang tepat. benar apa adanya istilah, anak - anak kita harus lebih baik dari kita. maksudnya bukan hanya soal pilihan karir tapi juga pilihan gaya parenting, karena ini modal dasar pembentukan masa depan mereka.
Walaupun saat ini masih single, tapi ini bisa jadi bekal ku dan juga informasi yang tepat buat aku bagikan ke kakak ku dalam mendidik anak2 nya ( keponakan2 ku ). Terimakasih Bu Ina atas informasi nya :)
BalasHapusSayapun terlambat menikah Mbak
BalasHapusBaru menikah di usia 30 tahun
Sayangnya ngga semerdeka Mbak Ina dalam menerapkan parenting
Karena diinstruksikan suami harus nurutin kakak ipar yang punya gaya parenting berbeda 😢😢😢
Terima kasih infonya sangat bermanfaat,sampai saat inipun saya masih terus belajar jadi orang tua :)
BalasHapusWah, ternyata banyak sekali gaya parenting itu ya. Memang harus melihat situasi dan kondisi, tapi setidaknya sekarang banyak referensi gaya parenting yang kita bisa baca. tapi sebaik-baiknya guru parenting adalah anak kita sendiri, karena merekalah yang "mengajari" Kita sehari-hari sebagai orang tua
BalasHapusKalau daku simpulkan, Nggak selamanya memberikan hadiah itu bagus ya, karena takutnya membuat anak-anak jadi tidak disiplin.
BalasHapusNamun dengan memberikan pujian berdampak bagus untuk kepercayaan dirinya. Noted nih buat wawasan daku kedepannya
komunikasi dengan pengajar anak kita juga perlu ya, Bu. pemahaman pada anak juga bahwa respon setiap orang tu berbeda juga perlu ditekankan. karena kondisi luar juga lebih tidak terprediksi nantinya. saya sendiri sepertinya tipe orangtuanya agak otoriative agak bebas. hal baik yang diajarkan oleh orangtua yang baik2 saya ambil yang buruk saya tinggalkan juga.
BalasHapuswah baru tahu nama gaya pengasuhannya, kebetulan saya dan suami sudah menerapkan sebagian besar sebagai authoritative parent. Semoga bisa terus menerapkan sampai anak dewasa
BalasHapusBanyak sumber bacaan parenting yg menarik yaa, terima kasih infonya mbaa penting bgt bekal utk saya walau blm punya anak
BalasHapusSetiap keluarga di rumah tangga pasti ingin yang terbaik buat anaknya. Tapi kadang aku suka lihat gimana ortunya framing pola didik yang membuat anaknya jadi ga siap buat dunia luar.
BalasHapusSaya sempat galau waktu tetap bersikap lemah lembut ketika anak marah-marah dan nangis2. Karena lihat saudara mensikapi anak-anaknya dengan marah dan tegas, anaknya cepat nurut. Tapi saya dan suami terus evaluasi, apa perlu kami tegas dan keras juga, ternyata berdasarkan waktu anak saya jadi perlahan jadi lembut dan percaya diri. MasyaAllah... luar biasa ya ujiannya, menguji mental banget.
BalasHapusternyata ada banyak gaya parenting ya mba, dan dari yang ku baca, aku paling suka yang model Authoritative nih, merasa paling bagus gitu aku sih, semoga kelak kalau jadi orang tua bisa nerapin gaya parenting yang paling cocok buat anak
BalasHapusSetuju bu karakter anak emang harus diasah dan diajarkan sejak dini ya terlebih saat ini paparan gadget membuat anak jadi cepat meniru karakter orang lain. Untuk itu penting jika anak sudah punya landasan yang kuat
BalasHapusPara ibu milenials emang wajib bersyukur dgn perkembangan gaya parenting saat ini dan kemudah memperoleh informasi ya Bu, jujur suka sedih dgn gaya parenting jaman dlu membuat efek innerchild
BalasHapusAku melihat gaya parenting aku dan adikku yang bungsu jauh berbeda. ortuku banyak belajar nampaknya
BalasHapusWah aku tahu nih disiplin positif, Bu. Hehe bagus memahami. Akupun soal gaya parenting been bener adjust dengan suami. Menjadikan Gaya lain sebagai reference sajaa.
BalasHapusSoal memberi hadiah, cara mendidik ayahku dan aku sendiri hampir sama. Malah meniru cara mendidiknya. Ketika aku berhasil sesuatu akan dikasih hadiah, tapi kalau tidak tentu bisa berusaja untuk lebih baik. Tapi kebanyakan dalam hal pelajaran.
BalasHapusDari tulisan bu Ina ini jadi tahu tentang gaya parenting, jadi belajar juga aku.
gaya pengasuhan emang beda2 ya mbak semua tergantung yang cocok sama situasi kondisi dan hati orang tuanya yang mau diterapin parenting apa
BalasHapuskarena setiap orang punya karakter dan cara parenting sendiri. semangat kita
Parenting itu tentang nature and nurture ya. Tiap anak lahir dengan karakter masing-masing. Nah, gaya parenting sangat membantu mengembangkan potensi dari karakter tersebut menurutku
BalasHapusKunci sukses mendidik anak dengan berbagai gaya yang wajib dicoba.
BalasHapusTerima kasih, Bun..
Wah bermanfaat bgt infonya ;) bersyukur ya jd ibu jaman now yg punya banyak informasi buat ilmu parenting:)
BalasHapus