Lindungi Laut dari Ancaman Kepunahan dan Perubahan Iklim



Bagi yang suka diving atau snorkeling, keindahan air laut itu begitu mempesona. Dikelilingi dengan binatang ikan yang berwarna warni, ada yang berloreng bak zebra (putih dan hitam), ada yang berwarna cantik, orange. Ikan itu mengelilingi terumbu karang yang jadi pasokan makanan bagi berbagi jenis ikan. Hubungan simbiosis mutualisme terjadi antara tumbuhan dengan ikan yang ada. 

Laut yang kita kenal itu bukan sekedar dari ikan dan terumbu karang karena bumi kita terdiri lautan dan daratan. Luasnya lautan itu hampir 2/3 dari bumi. Jadi betapa luasnya laut yang dimiliki oleh manusia di bumi ini. Laut atau samudera yang kita kenal itu memiliki ekosistem laut.

Pengertian ekosistem laut adalah ekosistem perairan yang dominan dengan perairan yang kadar garam tinggi dan permukaannya sangat besar. Terdapat biota laut yang hidup dalam ekosistem ini. Baik hewan bersel tunggal invertebrate, mamalia, tumbuhan laut seperti terumbu karang dan ganggang.

Namun, sayangnya, beberapa tahun terakhir ini keindahan laut dengan biota ikannya itu hampir nyaris berkurang bahkan ada kerusakan terumbu karang yang rusak.

Lalu apa penyebab terjadinya kerusakan ekosistem terutama trumbu karang dan biota laut yang ada di dalamnya? 

  1. Banyak wisatawan di daerah wisata laut yang menyukai diving dan snorkeling, tidak mengindahkan menjaga trumbu karang dan biota laut. 
  2. Wisatawan yang membludak terutama saat peak season membawa sampah dan membuangnya sembarangan, ada yang dibuang ke laut.
  3. Jumlah speed boat yang banyak  membawa wisatawan itu menimbulkan suara bising dan polusi udara maupun laut. Saat pengemudi speed boat membawa wisatawan ke destinasi wisata, mereka berhenti dan tidak mematikan mesin, ada pendingin mesin yang perlu diisi dengan air laut tapi di sisi lain juga membuang isi bahan bakar di laut karena tidak dimatikan mesinnya. 
dokumen pribadi


Menurut Prof Muhammad Zainur, Guru Besar Kelautan Universitas Diponegoro, mengungkapkan objek wisata itu terdiri dari perairan nusantara (laut Jawa ) dan perairan samudera.

Perairan Nusantara yang lebih dikenal dengan objek wisata hutan mangrove dulu sebelum terjadi pandemi, banyak wisatawan domestik datang untuk mancing, menanam tanaman sebagai sarana untuk makanan biota laut. 

Sekarang saat pandemi, hal itu meningkat lebih tajam. Saat pandemi, kegiatan manusia dan wisata bahari, laut berhenti total. Tidak ada wisatawan, tidak ada speed boat yang mengantar wisatawan, semua itu membuat ekosistem laut bertumbuh baik terutama terumbu karang. Juga ditemukan hiu yang sering mampir di tempat pantai bermain sampai ke darat. 

Bahkan, polusi udara dari bahan bakar yang dikeluarkan oleh speed boat pun tidak ada membuat udara bersih dari polusi. 

Dampak negatif dan positif dari kondisi pandemi terhadap laut dan penggerak wisata:

Dampak negatif pandemi membuat perubahan dari segi sosial dan ekonomi bagi penggerak wisata di daerah wisata. Para nelayan yang sudah jadi pemandu wisata dan mendirikan “home stay” terpaksa harus kembali bertani di rumah atau di ladang tempat lainnya.

Selain itu para mamak (Raja Ampat,Papua) diajarkan untuk lebih kreatif memodifikasi barang-barang kerajinan. Dampak positifnya nelayan selain berladang , juga mancing di beberapa tempat yang diperbolehkan dan hasil lautnya jauh berlimpah. 

Sebelum pandemi, kegiatan untuk merehabilitasi hutan mangrove sering terganggu dengan banyaknya pengunjung. Sekarang lebih bisa dilakukan tanpa gangguan. Seperti diketahui bahwa ketika terjadi pandemi, banyak perusahaan yang terpaksa stop berproduksi karena tidak ada permintaan, artinya sampah atau limbah produksi pun otomatis berkurang dibuang ke laut . 

Tetapi buangan sampah rumah tangga tetap dalam jumlah sama sehingga menimbulkan bahan organik dan di sisi lain sebagai stimulator reproduksi dan pertumbuhan biota laut. Pertumbuhan biota laut umumnya terjadi pada bulan Januari-Mei . Hal ini menimbulkan dampak positif hasil ikan dalam kuantitas maupun kualitas lebih tinggi. 

Pertumbuhan biota tumbuhan lebih banyak ditemukan di pinggir pantai. Secara ekologis , dapat dikatakan kondisi laut lebih baik ketimbang sebelum pandemi. Terlihat di sini bahwa kerusakan-kerusakan yang dulu terjadi sebelum pandemi dipulihkan dengan berkurangnya limbah industri karena tidak ada aktivitas dari pabrik yang biasanya membuang limbahnya ke laut. Beban laut yang rutin yang biasanya berat lebih ringan dan kualitas perairan pun lebih baik.

Ancaman Perubahan Iklim Terhadap laut:

Dalam konperensi UN One Ocean Conference,isu penting yang dibahas dan diserukan untuk negara peserta agar memantau perlindungan laut, penangkapan ikan yang memperhatikan lingkungan, polusi laut, perubahan iklim yang berdampak kepada laut.

Perubahan iklim yang terlihat sangat nyata di beberapa tempat di Indonesia seperti di Demak, Semarang dengan timbulnya rob dan banjir di Pekalongan. Hal ini disebabkan dua hal yaitu La Nino dan El nino yaitu gejala menunjukkan adanya perubahan pada iklim bumi. 

La Nina adalah peristiwa turunnya suhu permukaan air laut di Samudera Pasifik di bawah suhu rata sekitarnya. Ketika mata air dari kutub dibawa ke daerah tropis lebih besar. Mata air yang datang ke daratan itu jatuh di daratan . Apabila daratan punya sistem drainase baik tidak masalah. Tetapi sebaliknya jika tidak bagi, maka mengakibatkan jebolnya mata air itu ke laut dan langsung menuju ke darat dan akhirnya ke pemukimanan

Ditengarai ada penyebab karena banyaknya industri yang berdiri di pinggir sungai karena mereka berpikir mudah membuang sampah. Lalu, air tanah yang diexplore oleh industri dalam jumlah besar , masuk air laut yang asin. Keasinan itu membuat tanah kondisi jenuh sehingga intrusi tanah berubah, permukaan air laut naik, intrusi tanah membuat struktur tanah turun. 

Menyedihkan ketika muka air laut dan suhu air laut itu berubah dan menjorok ke pantai di permukaan laut dan mampu menenggelamkan 3 desa di Demak yang jaraknya 2.6 km dari pantai.
Jadi lahan yang dulunya pertanian dan perumbahan berubah jadi empang dan genangan air laut. 


Aku Peduli Lingkungan: 

Beberapa tahun yang lalu, saya pernah mengunjungi Pulau Pramuka, di Kepulauan Seribu. Kegiatan kami di sana untuk meninjau tempat pembuangan sampah terbesar,sebanyak 21 ton per hari di Indonesia. Hampir setiap musim hujan warga kepulauan Pramuka, terpaksa merasakan banjir yang disebabkan dari pembuangan sampah yang dari sungai-sungai menuju ke laut dan akhirnya terbawa ke pulau Pramuka.
Mongabay.co.id

Tentu semua warga Pramuka tidak mau terus menerus diselimuti ketakutan dan terbiasa dengan kehidupan sampah. Dari aksi seorang warga bernama Ibu Mahariah dipilih untuk menjadi Ketua Sentra Penyuluhan Kehutanan Pedesaan (SPKP).

 Tugas utamanya untuk memulihkan kualitas lengkungan, dan mata pencaharian alternative warga (hilangnya pencarian sebagai nelayan karena semuanya penuh sampah) dan edukasi lingkungan. Mahariah mengedukasi anak-anak SD, SMP untuk memahami bahwa sampah itu harus dikelola dengan baik. Sampah plastik dibawa pas mengaji untuk ditukar dengan tempat pensil.

Mengurangi sampah yang ada di TPS dengan cara mengolah sampah organik dijadikan kompos. Tidak boleh minum air mineral sekali pakai, dianjurkan untuk gunakan “tumbler”. Juga dianjurkan untuk menanam tanaman hijau untuk konsumsi karena di Kepulauan Pramuka sulit untuk mendapatkan sayur, dan mahal harganya.

Anak-anak yang dididik oleh Mahariah ini sebagai penyambung lidah untuk disampaikan kepada orangtuanya. Mendidik anak lebih mudah ketimbang orangtua. Akhirnya, orangtua pun mau melakukan apa yang disarankan oleh anak-anaknya.

www.facebook/AquaLestari

Saya ikut dalam gerakan #BijakBerplastik Bersama  Aqua Lestari. Tak ada yang salah soal plastik karena ternyata selain manfaatnya banyak, juga telah disurvei oleh peneliti bahwa bahan dari pembuatan plastik itu ada yang ramah lingkungan dan tidak membuat rusak lingkungan.

Bahkan penggunaan plastik di Eropa jauh lebih besar ketimbang di Asia. Namun, penggunaan plastik di Eropa itu sudah menggunakan system circular economy sehingga tak menimbulkan keresahan atau masalah sampah plastik karena mereka telah mendaur ulang hampir 53% nya.
www.facebook.com/AquaLestari

Sementara di Asia belum melakukan hal itu . Hal ini terkendala dengan infrastruktur pembuangan plastik dan kesadaran dari sampah plastik. Di Asia masih gunakan sistem Linear Economy artinya plastik diproduksi, digunakan dan dibuang tanpa didaur ulang.

Hanya satu hal yang penting sekali disadari adalah pengelolaan sampah plastik menjadi masalah besar di Indonesia. Sampah plastik di Indonesia telah mencapai 3,2 juta ton . Berhubung sampah plastik ini tidak dikelola dengan baik maka sebanyak 0,48-1.29 juta ton telah mencemari laut .

Sampah plastik yang dikelola dengan daur ulang hanya 9% saja, sisanya hampir 91% dibuang begitu saja dan akhirnya mencemari laut, lingkungan hidup dan mengganggu kesehatan manusia karena polusi.

Bahkan, setiap tahunnya kemasan plastik kehilangan nilai ekonominya sebesar 95% setelah penggunaan pertama. Menyedihkan sekali bukan jika bumi tempat kita berpijak ini dipenuhi dengan sampah plastik dan polusi yang berkepanjangan itu akan mengakibatkan buruknya kesehatan manusia.

Saya peduli lingkungan dengan mengurangi penggunaan plastik dengan cara berikut ini:

  • Stop gunakan sedotan plastik: bentuk dan ukurannya tidak mungkin di recycle/daur ulang . Sebagai gantinya gunakan sedotan terbuat dari kayu atau “metal”.
  •  Gunakan tas ketika berbelanja untuk mengurangi penggunaan plastik. 
  •  Gunakan “tumbler” sebagai pengganti botol mineral kemasan plastik


  Pemulihan pariwisata dan laut setelah pandemi :
  • Hutan Mangrove dijadikan kawasan lindung yang tidak boleh diexploitasi oleh siapa pun .Pantai utara yang jadi tempat untuk pertumbuhan dan reproduksi ikan, harus steril dari kegiatan manusia sepanjang 4 km dan merupakan daerah atau kawasan yang dilindungi.
  • Mengontrol jumlah wisatawan yang datang. Jumlahnya harus terkendali dan tetap dibatasi hingga jumlah tertentu.
  •  Mengontrol alat-alat diver dan snorkeling dari wisatawan yang membahayakan biota laut tidak boleh digunakan.
  •  Mengontrol jumlah speed boat dan harus menjaga lingkungan untuk bahan bakarnya.
  •  Tidak boleh mancing di sembarang tempat, hanya di daerah tertentu saja. 
  • Kelompok kerja yang memantau : .himbauan kepada wisatawan : do and do not berwisata bahari 
  • Memantau kebisingan suara  dan memantau jumlah speedboat yang diperbolehkan masuk ke area wisata bahari
  •  Bekerja sama dengan pemerintah untuk memonitor speed boat yang jumlahnya tidak boleh lebih dari yang ditentukan terbatas.
Di Hari Lingkungan dan Luat Sedunia 2020, kita semua bertanggung jawab untuk menjaga kelestarian laut, demi keberlangsungan ekosistem di bumi.




 Sumber Referensi:

KBR bersama Gita Anathasta, Pengelola Kampung Wisata Arbonek, CEO Arborek , Prof Muhammad Zahuri, Guru Besar Kelautan Universitas Dipogoro

Tidak ada komentar

Pesan adalah rangkaian kata yang membangun dan mengkritik sesuai dengan konteksnya. Tidak mengirimkan spam!

Total Tayangan Halaman