Harapan Besar agar Puasa Kembali Normal Tahun Depan



Ketika pandemi Covid 19 merebak di Indonesia di bulan Maret 2020, saya masih berharap jika pada bulan April 2020 saat memasuki Ramadan 2020 covid19 telah mereda. Bahkan, ada sebagian teman saya yang menginginkan agar memasuki Lebaran, sudah tidak ada Covid 19 artinya sudah berakhir.

Namun, harapan tinggal harapan. Realitas berbicara lain. Justru memasuki bulan Ramadan, covid 19 di Indonesia sedang merebak ke daerah dibawa oleh para pemudik dari daerah zona merah .

Akhirnya, saya haya bisa berharap bahwa tahun ini bisa melakukan Ramadan seperti tahun lalu tanpa kekhawatiran dan kepanikan atau gangguan pikiran negatif dengan adanya virus Covid-19.

Berharap Penjual Takjil bisa laris manis : 
Megapolitan.com


Saya sebagai non-muslim, paling senang mengamati para penjual takjil di sore hari jelang buka puasa. Di depan rumah saya ada tempat parker dari ruko yang tidak terpakai pada sore hari. Para penjual dadakan Takjil membawa meja untuk menggelar makanan gorengan mulai dari gorengan martabak, resoles, pisang goreng, ketela goreng, sampai kolak, aneka minuman buah.

Begitu jam menunjukan 15.00, langsung pedagang sudah siap sedia untuk menyiapkan dagangan menunggu pembeli yang datang. Tak lama kemudian, pembeli yang berada di sekitar tempat saya ini, langsung berdatangan membeli.

Salah satu pedagang yang saya kenal dengan baik, dia selalu menjual kue-kue yang enak, kue lemper dan kue talam yang saya sukai . Serasa ikut puasa, saya suka ikut membeli beberapa kuenya. Puas jika sudah beli dan ikut seperti orang yang puasa.

Tapi di hari pertama dan kedua puasa, saya melongok ke tempat yang sama. Ternyata pedagang yang saya sukai itu tak berjualan. Hanya sedikit sekali yang berdagang kali ini. Entah kenapa perasaan saya begitu galau.

Juga ketika saya tanya: “Dimana si Mang A?” Jawaban dari teman yang ada di situ: “Wah mudik Bu!” Rasanya ngga pernah dia mudik, kenapa dia sekarang mudik. Pertanyaan ini jadi semakin tak bisa saya temukan jawabannya.

Salat Tawarih Bisa Normal:
SuaraMerdeka.com


Di tahun lalu semuanya berjalan lancar , sehari sebelum Ramadan , semua umat Muslim bisa melakukan Tawarih di Mesjid. Lalu, mereka dapat melakukan salat tiap Jumat di mesjid karena tahun ini awal Ramadan dimulai hari Jumat. Sayangnya, tahun ini awal Ramadan pun mereka harus salat di rumah saja.

Suasana salat di rumah tentu berbeda dengan salat di masjid. Namun, demi menjaga kesehatan dan keselamatan kita bersama dari Covid-19, Dewan Mbesjid Indonesia telah meminta kepada pengurus Mesjid untuk menghimbau umatnya bersalat di rumah saja selama Ramadan.

Hal ini sejalan atau selaras dengan Himbauan yang dikeluarkan oleh MUI agar semua jemat salat di rumah selama bulan Ramadan.

Memaknai salat di rumah:

Begitu kagetnya saya melihat ada kumpulan ibu-ibu di suatu masjid di Pare-Pare, lalu beberapa ibu justru melompat pagar untuk bisa masuk dalam masjid untuk salat Tawarih. Padahal salah satu jema’at adalah penderita Covid-19. Saya tak bisa bayangkan bagaimana ibu-ibu ini membuat risiko yang sangat besar tentang keselamatan dan kesehatan dirinya dan keluarganya dalam pandemic Covid 19 yang sangat mudah penyebarannya.

Pemerintah sudah mengimbau dan melarang untuk tidak beribadah di ruang ibadah, lebih baik di rumah . SEmua ini tentunya untuk kebaikan kita semua demi memutus rantai penyebaran covid. Bahkan ditenkan bahwa ibadah itu hanya sunah, sedangkan keselamatan diri itu adalah wajib. Allah pun akan mengetahui maksud baik dari semua ibadah yang dilakukan dari rumah. Dari rumah, amal ibadah pun akan diterima, asalkan kita sungguh-sungguh melakukannya seperti dalam masjid.

Tidak ada komentar

Pesan adalah rangkaian kata yang membangun dan mengkritik sesuai dengan konteksnya. Tidak mengirimkan spam!

Total Tayangan Halaman