Marketing |
Seruan Presiden agar warga bekerja, beraktivitas dan berdoa di rumah telah diberikan. Akhirnya, pemberlakukan bekerja di rumah bagi karyawan pun diimplementasikan oleh sebagian manajemen perusahaan untuk mencegah penyebaran virus Covid-19.
Terus terang, hampir 28 tahun bekerja di kantor, saya baru mengalami adanya perintah untuk bekerja di rumah. Jadi bagi saya tak bisa membayangkan bagaimana sulitnya orang yang bekerja diharuskan bekerja di rumah. Konotasi “bekerja” sering dianggap bekerja apabila kita berada di suatu tempat baik itu kantor atau working space. Ada suasana “bekerja” yang membuat motivasi bekerja itu terbangun.
Namun, sejak adanya “disruptive” , banyak perusahaan asing seperti IBM yang telah memberlakukan untuk bekerja di rumah bagi sebagian software engineer. Memungkinkan untuk bekerja rumah karena computer yang kita bawa rumah itu sudah compatible dengan semua pekerjaan . Adanya google hard drive, google platform membuat pekerjaan diselesaikan di rumah.
Sebagai pekerja yang pekerjaan utamanya bukan berkaitan dengan teknologi atau lebih kepada manusia, tentu sangat sulit sekali . Misalnya sebagai tenaga marketing yang berhubungan dengan klien, tentu sulit bekerja di rumah. Banyak penyesuaian yang harus dilakukan.
Bekerja di rumah memang tidak selalu menguntungkan bagi pelakunya .
Terutama mereka yang terbiasa membangun konsep bekerja itu ada kolaborasi, target dan proyek based yang tak harus terus menerus berkomunikasi tak henti-hentinya.
Kondisi saat ini ternyata mengharuskan mereka yang tak suka bekerja di rumah, tetap harus melakukan di rumah. Ketika mereka di rumah, paradigm bekerja di rumah itu harus menerapkan beberapa hal yang sebelumnya tak pernah dialaminya.
1.Disiplin waktu dan pakaian:
Di hari pertama kerja di rumah, anak saya bangun pagi. Langsung mandi dan ganti pakaian sesuai dengan pakaian kerja. Pada jam kerja yang biasanya ada di kantor yaitu jam 8.30, dia sudah siap di depan computer dan berusaha untuk konsentrasi sampai jam istirahat.
Jadi dia tetap produktif dengan bangun pagi dan kerja sesuai jadwal.
Dia tidak memakai daster datau pakaian rumah. Kesannya jika mengenakan pakaian rumah, dia mengatakan penginnya rileks dan tiduran. Maklum meja kerjanya sangat dekat dengan tempat tidurnya. Jadi dia tak memilih baju yang mengasyikan, tetapi memilih yang formal supaya rasa “kantor” itu tetap ada.
Menurut studi penelitian dari Northwestern University, karyawan dengan profesi apa pun, akan mengerjakan tugas dengan baik ketika mengenakan pakaian yang cukup professional.
Nach, ketika penampilan kita tidak rapi selayaknya kerja di kantor, jika tiba-tiba harus melakukan “conference call” dengan teman-teman atau dengan atasan yang ingin mendapat progress pekerjaan kita, kita terpaksa tergopoh-gopoh harus ganti pakaian dan dandan.
Jangan bekerja di Kasur atau sofa:
Sangat mudah tergiur dengan bekerja sesuai dengan kehendak kita. Apalagi melihat sofa empuk, atau Kasur yang menggoda, tinggal bawa computer ke sofa/Kasur. Ternyata hal itu sangat mengurangi produktivitas kita, tiba-tiba kita jadi mengantuk dan mudah untuk merasa lebih rileks atau “berleha-leha”.
Sebaiknya, tempat yang baik adalah meja dan kursi seperti di kantor. Lokasi meja dan kursi sebaiknya dekat dengan jendela dimana cahaya terang dan ada AC yang cukup dingin, membuat produktivitas kita tetap terjaga dan tidak terdisrupsi oleh apa pun dan siapa pun.
2. Tutup pintu kamar atau tempat kerja:
Bagi mereka yang tinggal di rumah dengan istri, anak, tentu masih ada kemungkinan gangguan baik dari anak maupun istri. Sebelum bekerja di rumah, berikan penjelasan kepada anak-anak maupun istri bahwa mereka tidak boleh mengganggu saat kerja. Tunggu hingga istirahat, atau berikan waktu saat makan siang.
Disrupsi akan membuat semua jadwal kita terganggu bahkan mungkin kita diminta tolong untuk ke luar beli sesuatu. Hal ini tentunya tidak boleh dilakukan. Anggaplah orang yang kerja di rumah, orangnya ada di kantor.
3. Respons yang lambat:
Hambatan utama bagi setiap orang yang bekerja di rumah adalah komunikasi yang tidak cepat atau lambat. Ketika mengharapkan berkomunikasi dengan rekan atau klien tugas yang dikerjakan, lebih baik selalu kita mengupdate dengan memberikan kabar apa yang sedang apa yang sudah dikerjakan.
Perkembangan informasi ini sangat penting karena orang lain tidak dapat mengetahui sejauh mana progresnya. Kabar ini jadi panduan yang penting bagi atasan maupun klien.
Selalu bersikap proaktif dan responsive terhadap pekerjaan lebih terukur dan semua orang dalam tim akan merasa dihargai. Mereka semua juga merasa terkoneksi apabila satu sama lain tetap aktif berkomunikasi selayaknya kerja di kantor.
4.
Menjaga kesehatan:
Ketika bekerja di rumah, aktivitas untuk jalan-jalan dari rumah ke stasiun lalu ke kantor , lalu makan siang makan di kantin tidak ada lagi. Seringkali kita terpaku di tempat dan tidak mau berhenti sebelum pekerjaan selesai. Hal ini tentu membuat badan kita jadi penat, kaku dan menimbulkan sakit di kaki.
Siasati hal ini dengna berhenti dan jeda setiap 30 menit dari duduk dengan berdiri dan berjalan . Jika tidak, akan menimbulkan gangguan kesehatan. Selain jalan dan berdiri, bisa pergi ke toilet, atau melakukan peregangan berdiri dan duduk sehingga terjadi kekakuan.
5.
Membuat Batasan:
Bekerja di rumah, tidak mudah terutama mereka yang tidak punya disiplin tinggi dan tidak membuat batasan mana yang kerja dan mana yang personal.
Buat jadwal yang konsisten, tidak ada distraksi dari gangguan alur kerja yang sudah diatur.
Selalu mengukur pekerjaan harian dengan spesifik dan terukur. Mengawasi diri sendiri dalam mengakses internet . Jangan sampai tergiur untuk akses media sosial pribadi yang mungkin bisa mengambil waktu terlalu lama, apalagi ada hal yang menarik hati kita untuk mengalihkan perhatian dari pekerjaan.
Selamat fokus kepada Bekerja Mandiri di Rumah !
Tidak ada komentar
Pesan adalah rangkaian kata yang membangun dan mengkritik sesuai dengan konteksnya. Tidak mengirimkan spam!