shutterstock.com |
Ketika manusia sudah di tempat titik nadir, ada yang merasa sangat depresi karena tidak mengetahi apa yang harus diperbuatnya seolah semua jalan kelihatan buntu. Tidak melihat titik terang dari permasalahan yang dihadapi.
Ketika manusia sudah di tempat titik nadir, ada yang merasa lebih baik menyendiri . Menyendiri atau menyembunyikan diri dari lingkungan sosial, keluarga . Seolah kesunyian itu dapat menghibur dirinya untuk kontemplasi yang sangat lama.
Ketika manusia sudah berada di titik nadir, ada yang hibernasi. Menurut kamus KBBI, hibernasi adalah keadaan istirahat atau tidur pada binatang selama musim dingin. Lalu bagaimana dengan kondisi manusia?
Manusia yang coba menyembunyikan masalah dengan tidur berkepanjangan. Apakah masalah selesai dengan tidur? Setelah bangun manusia masih menghadapi masalahnya.
Ketika manusia sudah berada di titik nadir, ada yang melampiaskannya dengan makanan, berbelanja sepuas-puasanya. Belanja dan makan sepuas-puasnya itu bukanlah solusi tepat untuk masalah berat. Semakin makan banyak atau belanja banyak, justru timbul masalah lain . Berat badan bertambah dan uang habis tanpa tujuannya.
Tinggalkan kebiasan diri untuk melampiaskan titik nadir dengan cara di atas itu. Titik nadir atau titik nol bukan dijadikan alasan untuk berdiam diri , mengurung diri , meratap kesedihan akan nasib yang tidak berpihak kepadanya. Tetapi bangkitlah dari titik nol sebagai landasan atau fondasi .
Fondasi itu perlu dibangun dengan menentukan langkah-langkah yang sangat praktis sebagai berikut ini:
ACTION:
Menerima kenyataan apa yang terjadi pada diri kita. Misalnya kebakaran rumah dan meludeskan semua harta benda, kehilangan pekerjaan karena kantor bangkrut, ayah dan ibu bercerai dan anak-anak tidak bisa bersekolah karena ibu tidak bekerja, Ayah yang tidak bekerja dan tidak bertanggung jawab sehingga anak tidak bisa bersekolah.
Semua kejadian itu bisa saja terjadi kepada kita tanpa direncanakan. Apabila terjadi maka kita harus menerima kenyataan dengan lapang dada. Jangan “denial” atau tidak mau menerima kenyataan. Tidak perlu mempertanyakan siapa yang salah. Jangan justru mengatakan “Ach aku baik-baik saja. Tidak ada yang terjadi dengan keluargaku. Membohongi diri sendiri itu dapat membuat sakit dalam diri kita sendiri.
BANTUAN:
Seseorang yang berada dalam titik nadir , perlu mengomunikasikan masalahnya dengan siapa saja yang dianggapnya dekat. Misalnya dengan teman dekat, orangtua, atau dengan ahli seperti psikolog . Setiap permasalahan selalu ada jalan keluarnya. Analogi yang dapat dicontoh adalah sebuah gembok itu pasti ada kuncinya. Ketika kita punya kunci itu maka masalah yang dihadapi tentu ada solusinya.
FOKUS PADA MASA DEPAN:
Masalah yang lalu itu harus sudah dikubur . Sekarang saatnya fokus pada masa depan yang harus kita songsong dengan harapan . Selama masih ada harapan, maka masih ada perubahan hidup yang dapat dicapai. Harapan akan menimbulkan kekuatan untuk melakukan hal-hal baru. Jangan fokus pada masalah lalu, tetap fokus pada masa depan.
LAKUKAN PERUBAHAN:
Ada action plan yang perlu diperbuat. Buatlah langkah nyata dalam bentuk pikiran, perasaan dan tindakan nyata. Setiap langkah dipenuhi dengan sikap yang positif dan berjiwa besar bahwa saya akan lakukan dengan sekuat tenaga . Tanpa perubahan tidak ada hasil yang kita peroleh, kita akan berada di tahap nol terus.
DEKATKAN DIRI KEPADA TUHAN:
Setiap usaha atau rencana manusia selalu didoakan kepada Tuhan. Hanya Tuhan saja yang mengabulkan doa-doa kita . Ada pepatah yang sangat terkenal “ORAT et LABORA” , bekerja dan berdoalah.
Mempercayakan diri atas rencana kepada Tuhan karena DIAlah pencipta kita. Semua usaha yang diridhoi oleh Tuhan, pasti akan berhasil.
Bagaimana membangkitkan psikis kita?
Hikmah dari suatu titik nadir adalah kita tetap berharga di mata Tuhan. Seberapa hancur kita , apabila orang lain atau teman, sahabat, meninggalkan kita karena perubahan sosial ekonomi dari orang kaya jadi miskin, kita tetap berharga di depan mata Tuhan.
Kehancuran bukan akhir segalanya, tetapi awal dari pembaharuan yang indah.
Lihat contohnya, sebuah pensil yang indah. Fungsinya sangat bermanfaat bagi manusia, selain menulis juga menggambar.
Tapi hidup berubah total, pensil itu hancur, remuk menjadi dua.
Lalu kita masukkan pensil itu ke dalam serutan dimana ada gerakan yang keras dalam serutan. Gerakan keras itu memproses dengan sangat keras agar pensil itu berputar dan bertransformasi menjadi barang yang berguna , bahkan jauh lebih bermanfaat dari sebelumnya.
Ketika pensil diangkat dari serutan, ternyata dia jadi pensil yang berbeda rupa. Dia memang jadi dua tapi kedua sisinya tajam , bagus dan mampu untuk dimanfaatkan di kedua sisi itu.
Begitulah analogi ini membuat mereka yang merasa terbuang, tersingkirkan, tetaplah percaya bahwa kehancuran itu bukan segalanya, tapi pembaharuan yang indah untuk bisa dimanfaatkan untuk kebahagiaan dirimu dan oranglain.
Tidak ada komentar
Pesan adalah rangkaian kata yang membangun dan mengkritik sesuai dengan konteksnya. Tidak mengirimkan spam!