"Internet XL 4G LTE" Make Sharing for Caring


Dunia digital telah merambah ke semua sektor termasuk dunia blogging. Seorang perempuan yang punya passion sebagai blogger tak pelak ikut arus terjun ke dunia per bloggingan. Blogging bagi saya sebagai ajang untuk sharing.  Salah satu sharing   saya sebagai blogger adalah menuliskan reportase seorang yang inspiratif dan inovatif  namun  terbatas kemampuan pemasarannya karena kendala teknologi (tak punya internet).

Perkembangan dunia digital begitu pesatnya apalagi dengan penggunaan internet 4G LTE, saya mampu menghasilkan tulisan reportase tentang Bapak Achsin.    Tulisan itu menjadi viral dalam hitungan beberapa hari setelah posting dipublish, dan  mampu menginspirasi sebuah stasiun TV untuk menjadikan Bapak Achsin sebagai nara sumber inspiratif. 


Pernahkah membayangkan Anda jalan-jalan bersama teman-teman dengan menenteng sebuah tas kesayangan yang terbuat dari pelepah pisang. Bayangan awal pelepah pisang adalah sesuatu yang sepantasnya dibuang tak berguna dan sama sekali jauh dari keunikan.

Namun, jangan salah lebih dahulu. Di tangan seorang bernama Achsin Mudoffar, pelepah pisang yang kelihatannya tak berguna dan tak bermanfaat sama sekali disulap menjadi sebuah tas. Kerajinan dan kreativitasnya ini dimulainya dari pengamatannya sekian banyak pelepah pisang yang tidak terpakai itu dibuang dengan percuma.

Bahkan pelepah pisang di depan rumahnya itu sering ditebang agar tidak mengganggu pemandangan. Ternyata setelah beberapa hari ditebang, pelepah itu tumbuh lagi dengan subur. Melihat suburnya pelepah pisang itu tapi tidak dimanfaatkan sama sekali, maka Bapak Achsin, mulai berpikir untuk mengolah pelepah pisang untuk menjadi sebuah tas yang mempunyai nilai jual.

 Achsin Musoffar, pria kelahiran Lamongan, 3 Mei 1949 memulai dan merintis usahanya pembuatan pelepah pisang menjadi tas pelepah pisang sejak tahun 1995. Awalnya dia tak tertarik dengan pengolahan pelepah pisang menjadi tas karena banyak hambatan yang dihadapinya pada saat merintis usaha itu. 

Masalah dari tenaga kerja, pembelajaran, pelatihan produksi sampai kepada melatih pasar (test market). Proses pembuatan pelepah pisang menjadi bahan baku pembuatan tas atau dompet tidak rumit, tetapi juga tidak mudah. Hanya jenis pelepah dari Pisang Batu, Pisang Raja Serah, dan Pisang Mas yang dapat diolah. 

Pelepah pisang itu terdiri dari dua lapis atau dua keping. Dua lapis itu adalah kulit luar dan kulit dalam. Prosesnya tidak rumit karena pembuatannya diawali penjemuran pelepah pisang secara keseluruan (seluruh lapisan mulai dari lapisan satu hingga lapisan kelima). Lama penjemuran selama lima hari. Tujuan dari penjemuran agar warna pisang yang berwarna hijau dan penuh air itu akan menjadi kering sama sekali karena kadar air pelepah pisang berkurang. Juga warna teksturnya berubah dari warna hijau menjadi warna cream.

 Ketika menguliti lapisan pelepah pisang itu mudah, harus dijaga kelembabannya. Cara agar kelembabannya terjaga, dengan mengelap handuk yang diberikan air. Serat-serat dari pelapis itu akan terbuka sedikit demi sedikit, mulai dari 4 cm hingga selanjutnya mengikuti dari panjangnya lapisan itu. Perlu ketelatenan, kesabaran, dalam pembukaan lapisan itu, jangan sampai robek, dan fungsinya tetap lembut. 

Proses selanjutnya membuat pola. Pola tas, atau dompet itu berbentuk kotak sesuai dengan ukuran tas dan dompet yang diinginkan. Untuk ukuran yang tanggung, ukuran dasar 7.6 x 2.8 cm dan ukuran penegak 7.5. x 7.5 cm lalu lapisan pelepah itu dipotong mengikuti pola. Selanjutnya dilapisi kertas karton menggunakan bahan perekat lem agar produk itu dapat bertahan lama. Terakhir dibuatkan puring untuk dijahit dan dipasang resleting. 

Satu tas biasanya membutuhkan antara 10-15 kelopak pelepah pisang. Seni menempel itu dimanfaatkan untuk tata warna. 

Sekarang tas pelepah pisang telah jadi, elegan dan indah. Harganya pun terjangkau untuk kita yang biasanya beli tas bermerk. Ini khusus harga untuk lokal atau domestik bukan expor. “Harga tas tanpa assesori untuk ukuran sedang (KC) : Rp.50,000, untuk ukuran besar (Tanggung): Rp.75,000 dan ukuran besar sekali: Rp.100,000,” ujar Bapak Achsin. 

Hambatan:

 Produksi yang hanya mengandalkan kepada pemesanan dengan pembayaran secara konsinyasi. Begitu ada pemesanan, tenaga yang diberdayakan adalah pengrajin yang sudah dilatih oleh Bapk Achsin dari tiga kampung yaitu Pondok Pucung, Kampung Gesing, dan Kamung Rawa. Tidak memiliki karyawan, tetapi setiap orang yang punya talenta untuk membuat tas dilatihnya. 

Sayangnya mereka yang sudah dilatih itu sering tidak sabar menunggu sampai ada order datang. Ketika order datang, terpaksa Pak Achsin harus merekrut orang baru lagi. Pemasaran yang berdasarkan pembayaran konsinyasi membutuhkan modal dasar karena pembelinya adalah reseller seperti toko-toko besar yang membutuhkan waktu untuk membayar jika barang sudah laku. 

Pemasaran:

 Awalnya show room yang ada di rumahnya jadi tempat pemasaran pertama kalinya. Namun, sejak 1995, keberhasilan untuk memperluas pangsa pasar untuk produk tas pelepah pisang buatan Achsin mulai merambah ke pusat-pusat perbelanjaan ternama di Jakarta, antara lain, Sarinah Thamrin, Blok M Plaza, Pasaraya. Di Tangsel, dapat ditemukan di Plaza Bintaro Jaya, Lotte Mall Bintaro, dan WTC Matahari Mall Serpong. 

Expansi pemasaran ke luar negeri mulai dijajakinya. Seorang eksportir asal India yang bermukim di Bintaro secara berkala mengambil tas pelepah pisang untuk dipasarkan ke Jamaika dan Jepang. Dengan memasarkan tas pelepah pisang di pusat perbelanjaan, cara pembayaran dilakukan dengan sistem konsinyasi Tas dititipkan dulu, setelah laku baru dibayar oleh counter-counter dan importir.  
Setelah pihak importir atau pihak reseller mengetahui pangsa pasar yang pasti membelinya, mereka akan melakukan pembayaran secara tunai. 

Harapan:

 Pak Achsin sudah mengikuti UPPKS (Usaha Pengikatanan Pendapatan Keluarga Sejahtera yang diadakan oleh pemerintah Kabupadeng Tangsel. Beliau menjadi pemenang dari peserta UPPKS yang diikuti oleh seluruh pengrajin dari Kabupaten Tangsel, Tangerang Kota, Pandeglang, Lebak. Usaha berikutnya beliau akan ikut serta dalam Hari Keluarga Nasional yang akan diadakan setelah hari raya Raya dimana seluruh peserta dari Indonesia akan ikut hadir dan diharapkan beliau juga akan menjadi pemenang nasional. 

Keberhasilan usah pak Achsin dibuktikan dengan berhasilnya menyelesaikan pendidikan bagi kedua anaknya hingga ke jenjang perguruan tinggi. Harapan bagi Pak Achsin kedepannya ada pengusaha besar yang mau dan mampu bekerjasama dengan dirinya untuk membesarkan pembuatan tas dari pelepah pisang. 

Sukses jadi Duta dan keluarga: 

Dari niat untuk sekedar mencoba usaha, akhirnya meraih keberhasilan, dan bahkan berprestasi, membanggakan bagi Kota Tangsel. Predikat duta kerajinan tangan kota Tangsel. Dari Tangsel beliau dikirim untuk berbicara atau mengadakan pameran di Batam , Kepulauan Riau. Menjadi narasumber dalam kegiatan pelatihan yang diadakan Pemkot Tangsel, membantu masyarakat mau belajar dan produksi tas pelepah pisang. Memberdayakan lingkungan sekitar baik itu sumber alam maupun sumber tenaga kerjanya, merupakan faktor penting dalam penciptaan inovasi, kreativitas dari pelepah pisang menjadi tas.

 Dari mulai hal yang tak bermanfaat nilainya, jadi sesuatu yang bernilai untuk digunakan atau dimanfatkan sebagai pelengkap gaya berbusana wanita.


Tulisan ini diikut-sertakan dalam Lomba KEB BLogging Competition:
Sumber referensi:

 • Wawancara langsung dengan Bapak Achsin Mudoffar

Tidak ada komentar

Pesan adalah rangkaian kata yang membangun dan mengkritik sesuai dengan konteksnya. Tidak mengirimkan spam!

Total Tayangan Halaman