Aman Berkendara Motor , Selamat Pulang ke Rumah

otozone.blogspot.com

Suara ayam berkokok di desa Cepiring menandakan subuh menjelang pagi. Nurningsih atau yang dipanggil teman-temannya “Nuri” bergegas bangun. Dia harus secepatnya berangkat karena dia harus berjalan kaki . Jarak tempuh dari rumahnya menuju ke sekolah sangat jauh sekitar 10 km. Hari ini ayahnya tak bisa mengantarkan dirinya karena sakit. Biasanya tiap pagi ayahnya mengantarkannya dengan sepeda ke sekolah sekalian berangkat bekerja.

Ketika Nuri sedang berjalan kaki menuju sekolah, tiba-tiba dari belakang terdengar suara motor menghampiri dirinya. Kaget karena ada sebuah sepeda motor mendekatinya. Dia segera minggir nyaris hampir masuk selokan. 
“Hei Nuri, ini aku Wati, kok kaget sich!”
 “O, aku pikir siapa? kata Nuri dengan lega.
Wati teman sekelas Nuri. Mereka berdua duduk di kelas VIII di Sekolah Negeri Cepiring. 

“Yuk, cepatan naik motorku!” kata Wati. 
“Aku, aku...baru sekali ini naik motor. Dimana helmnya?” tanya Nuri
 “Tak usahlah. Kan jaraknya dekat”, jawab Wati. “Kenapa kamu sendiri tak pakai helm? tanya Nuri
 “Buat apa helm, cuma merepotkan saja!” jawab Wati. 
“Apakah kamu sudah punya SIM?” tanya Nuri. 
“SIM, ach apaan itu? tanya Wati 
“Loh, punya motor kok tidak punya SIM. SIM itu Surat Izin Mengemudi. Wah repot, gimana nanti jika ada polisi merazia kita? Jawab Nuri. 
“Beres, dah! Jangan takut, ayahku kan juga polisi, tidak ada yang berani merazia anak polisi”, kata Wati.

 “Dug”, hatinya berdegup kencang begitu mendengar kata-kata Wati. Nuri jadi kaget dan tak percaya apa benar anak polisi tak boleh dan tak bisa ditangkap biar pun tak memiliki SIM dan tak pernah pakai helm ketika mengendarai motor. Hatinya penuh tanya dan teka-teki. 

*   *  *  *  *

Teng....teng...teng...teng.. jam pelajaran telah usai. Tanda bahwa anak-anak sekolah dapat pulang. Bergegas semuanya berlari ingin cepat pulang karena awan gelap dan kelabu menunjukkan hujan segera akan turun. 

Nuri lupa membawa jas hujannya. Tapi dia ingat masih ada payung kecil yang selalu diselipkan dalam tas sekolahnya oleh ibunya. Menyiapkan payung, dia berjalan dengan ayunan kaki yang sangat cepat sekali. Seperti dikejar anjing, dia tak mau kehujanan di tengah jalan.

Rupanya hujan tak mau menunggu dirinya sampai di rumah. Baru beberapa kilometer dia berjalan, hujan keras pun jatuh menyiram bumi termasuk dirinya. Hampir semua tubuhnya basah, kecuali kepalanya yang terlindung oleh payung. Tapi di tengah jalan yang pekat itu, dia melihat sebuah motor kencang menderu tanpa lampu dan pengendaranya tanpa helm. Dari postur tubuhnya, dia ingat itu pasti Wati. “Wah, jika aku diajak ikut oleh Wati, pasti aku tidak kehujanan seperti ini. Bahkan cepat sampai di rumah. Sesal dan kesal dalam hatinya!”. 

Sesampai di rumah, ibunya sudah menantinya. “Cepat tanggalkan pakaian basahmu, supaya tak masuk angin”, ujar ibunya. “Ya, bu”, katanya tenang. “Di mana ayah?” tanyanya. “Itu sedang mengerjakan pesanan pahatan batu”, kata ibunya. Nuri mendekati ayahnya yang sedang bekerja.
 “Pak, aku boleh bertanya?” tanya Nuri ditengah keheningan suara palu yang berdenting-denting. 
 “Ya”, jawabnya singkat!” 
“Pak, apakah aku boleh naik sepeda motor? Aku kok kepingin sekali naik motor supaya aku tidak kehujanan dan terlambat ke sekolah” tanya Nuri. Ayahnya beringsut menggeserkan badan dan mengernyitkan dahinya. Ditatapnya Nuri yang kelihatan sedang menggigil kedinginan.

 “Nak, kamu baru berusia 13 tahun, untuk mendapatkan SIM C harus berusia 16 tahun. Sekarang belum bisa , nak!”
 “Tapi kenapa Wati diperbolehkan naik motor” sela Nuri. 
 “Itu bukan hal yang baik. Ayahnya dan ibunya akan bertanggung jawab jika terjadi apa-apa dengan Wati”. 

Belum selesai pembicaraan, tiba-tiba ada suara ketukan sangat keras di pintu: “Assalamualaikum. Pak Rachmat ada?” Suara yang menggelegar dan terdengar seperti rasa cemas. 
"Assalamu Alaika Warahmatullah!” kata ayah Nuri menyahut. 
“Pak, ayo cepat bantu saya, membawa Wati ke rumah sakit karena kecelakaan!”
 Dengan bergegas dan melompak, pak Rachmat segera ikut ke luar bersama ayah Wati dan pergi menuju ke rumah Wati.

* *  *  *  *

Malam telah larut ketika Pak Rachmat pulang ke rumah. Disambut oleh istri dan anaknya, Nuri. Mereka sangat ingin tahu kabar berita tentang Wati. Dengan tak sabar, Nuri bertanya kepada ayahnya: “Pak, bagaimana dengan kondisi Wati? Apa penyebab Wati kecelakaan?" Pertanyaan bertubi-tubi diajukan oleh Nuri kepada ayahnya. 
“Dia itu mengendarai motornya dengan sangat kencang. Padahal saat itu hujan keras, di depannya ada mobil, dia ingin cepat pulang ke rumah. Dia tidak dapat melihat pandangan dari depan. Dengan emosi keinginan cepat pulang, dia menyalip dari sebelah kiri trotoar. Tanpa melihat di depannya itu ada mobil yang sedang di parkir. Lalu, kecelakaan pun tak terelakkan, motornya menabrak mobil yang terparkir, Wati sendiri terpental sampai 2 kilometer, terseret ke seberang trotoar”, kata pak Rachmat.

 Nuri menjerit dan menutup mukanya. Dia tak bisa membayangkan bagaimana dirinya akan kecelakaan jika ia ikut bersama dengan Wati. Ngeri,takut, serta bergidik bagaimana kecelakaan bisa menimpa Wati. Paginya masih segar, sehat, siangnya sudah tergeletak sakit keras dan kritis. “Jadi sekarang bagaimana kondisi Wati?”tanya Nuri kepada ayahnya. “Masih di ICU, jika kondisi kritis bisa dilewati, yach dia selamat. Tapi jika tidak, yach harus merelakannya dia pergi”, kata ayahnya menahan nafas.

 Sambil menahan tangisnya, Nuri, langsung berlari masuk ke kamarnya. Masih dalam ingatannya yang segar, dia mengingatkan Wati untuk menggunakan helm. Rasa takut ketika dia membonceng Wati karena kecepatannya dalam berkendara tak memperhatikan keselamatan. Apalagi Wati merasa punya banyak nyawa, tak pernah melihat,menengok ke kanan-kiri saat akan menyeberang, membelok. 

Keinginannya untuk memiliki kendaraan bermotor sebelum waktu atau usia yang diizinkan, sekarang jadi sirna. Bahkan, dia merasa bersyukur dia mempunyai buku yang selalu mengingatkan tentang bagaimana berkendara dengan selamat dan aman. Nuri masuk ke dalam kamarnya. Dicarinya buku yang berjudul “Tips Berkendara Motor dengan selamat dan benar”.

 Inilah salah satu cuplikan dari buku itu “tips yang bermanfaat untuk berkendaran motor dengan benar dan aman”:
facebook.com
  • Jika sudah berada di jalan, jangan menurunkan kaki kanan bila berhenti. Jika dalam posisi macet yang menyebabkan pengendara motor menurunkan kaki, biasakan menggunakan kaki kiri. Bila menurunkan kaki kanan, maka resiko kaki kanan tersambar pengendara lain (motor dan mobil) cukup besar. Pasalnya posisi mendahului dalam lalu lintas di Indonesia berada di sebelah kanan.
  • Ketika hendak jalan, tengok arah belakang guna memastikan apakah ada orang atau sesuatu di belakang kita.
  • Posisi kedua tangan ketika memegang stang dibuat menyudut/menyiku, kedua tangan tidak dalam posisi tegang atau lurus. Dan posisi tubuh dalam keadaan rileks, tidak tegang atau kaku.
  • Menggunakan empat jari ketika mengerem (rem depan). Tidak dianjurkan menggunakan dua jari karena selain tidak maksimal, putaran mesin masih belum berhenti secara full.
  •  Jarak pengereman dengan objek di depan kita sesuai dengan laju kecepatan. Misalnya, dalam kecepatan 60 km/jam, maka idealnya pengereman sudah dilakukan 60 meter dari objek di depan kita.
  •  Kedua kaki kita sejajar dengan 'sayap' bagian luar sepeda motor (motor bebek), dan untuk jenis motor sport, maka kedua lutut kita harus menempel pada tangki.
  •  Jangan membawa barang melebihi daripada lebar stang.
  •  Ketika jatuh, sebaiknya motor dilepas, jangan dipegang. Ini untuk menghindari cedera yang lebih fatal akibat tertindih atau terbentur komponen-komponen motor. 

 Nuri telah tertidur dengan pulas.  Dia berdoa dan berharap jika suatu hari jika Wati sembuh dari kecelakaan maka buku itu akan diberikannya.  Semoga tidak ada lagi teman-temannya atau siapa pun yang menderita kecelakaan karena tidak berkendara dengan mematuhi rambu lalu-lintas, mengetahui teknis kendaraan dan selalu mementingkan keamanan.  



Sumber referensi:
Mengendari Sepeda Motor yang benar dan aman :
http://otozones.blogspot.co.id/2015/02/cara-mengendarai-sepeda-motor-yang-benar-dan-aman.


Tidak ada komentar

Pesan adalah rangkaian kata yang membangun dan mengkritik sesuai dengan konteksnya. Tidak mengirimkan spam!

Total Tayangan Halaman