Ramadhan Penuh Maaf dengan Ikhlas


Saya bukan pemeluk Islam, atau disebut non-muslim.   Tapi saya berada di lingkungan penganut Islam. Teman-teman  saya di Senam Tera semuanya pemeluk agama Islam. Bagi saya setiap kegiatan yang saya ikuti yaitu  Senam Tera tiap pagi bukanlah untuk mempertentangkan siapa dan apa agama kita.   Tetapi manfaat kegiatan ini sungguh saya rasakan. Saya sendiri sudah ikut senam Tera hampir 5 tahun sejak saya pensiun.

Menikmati kebersamaan dengan teman-teman waktu senam,  juga pada acara kebersamaan.  Tradisi yang terbangun setiap kali menjelang puasa Ramadhan, kami selalu membuka dengan makan bersama.  Makanannya sangat sederhana, bubur ayam.  Penjual yang biasanya mangkal di pasar tradisional, kami ajak untuk melayani kami.

Pagi itu, hari Sabtu , tanggal 13 Juni 2015, tiga hari menjelang puasa , kami bertemu di Lapangan Kepodang.  Tempat dimana kami selalu berlatih senam tera.   Teman-teman semuanya berkumpul dengan seragamnya  merah putih.  Ada beberapa yang membawa makanan kecil,  ada juga yang bawa buah-buahan, tambahan lagi ada yang bawa keripik.  Seru banget, serasa kita akan piknik saja.
"Ayo, latihan, dulu", kata pelatih kami yang terkenal disiplin.

Bunyilah lagu-lagu senam tera dasar, lalu diikuti dengan senam peregangan otot dan diabetis, dan terakhir kami melakukan latihan pernafasan sebagai pelemasan. Begitu selesai latihan, kami semua berkumpul melingkar. Lingkaran yang cukup besar karena jumlah peserta hampir 40 ibu-ibu plus bapak.
Di tengah-tengah lingkaran, sesepuh yang kami hormati , kami sering menyebut  Beliau dengan Pak Nasution.  Beliau selalu bertindak sebagai ustad.  Orangnya , meskipun religius, tapi lucu, dan seringkali kami tertawa mendengar banyolannya.

Dengan bahasa batak yang masih kental, Beliau mengatakan bahwa sebentar lagi akan puasa, mari kita meninggalkan apa yang menjadi dosa-dosa atau ganjalan di masa lalu.  Beliau juga katakan agar puasa berjalan lancar maka setelah berdoa, kita akan saling memaafkan.
Begitu mendengar kata memaafkan, saya agak terkejut.  Melihat dan melirik teman saya yang jadi ketua Senam Tera.  Sedikit flashback, ketua senam Tera yang baru saja diangkat ini memang didaulat menjadi ketua dengan dipilih langsung.  Pemilihannya bukan demokrasi dari teman-teman sendiri.  Tetapi dari pengurus lama.

Sebulan sebelum puasa, kami jalan-jalan ke Bandung .  Bagi pengurus baru, tugas ini adalah tugas pertama kali.  Tentunya, banyak masukan dari pengurus lama dan anggota.  Tetapi entah bagaimana, ketua memilih alat transportasi yang tak disukai oleh semua anggota.  Beberapa dari para ibu ini  yang mengecam kurangnya sempurna transportasi bus yang disewa .   Ketika akan pulang, saat di tol, tiba-tiba bus memutar ke sebuah tempat.  Ketika akan ke luar lagi macetnya luar biasa. Beberapa ibu yang tidak puas dan kecewa,kesal membuat dampak yang kurang baik hubungannya dengan pengurus dari Senam Tera.

Nach, kembali kepada silaturahmi tadi,  selesai doa dinaikkan oleh Pak Nasution,  para pengurus dan sesepuh berada di tengah lingkaran. Kami , para anggota senam, satu persatu menyalami dan menyatakan maaf kepada pengurus baru dan sesepuh.  Diikuti dengan salam kepada seluruh anggota.
Suasana permintaan maaf, ini dilakukan dengan sangat hangat dan khidmat.  Saya terharu dengan suasana batin yang mengembalikan kejernihan hati , kerharmonisan dan keakraban antar teman.

Inilah pelajaran penting saya dapatkan, nilai maaf itu sungguh penting bagi kita semua yang memasuki Ramadhan.  Menjadi manusia yang lebih baik dengan memaafkan teman yang bersalah dengan tulus dan ikhlas.  Tidak ada seorang pun yang sempurna di dunia ini , yang ada adalah manusia yang lebih baik dari hari ini.





Tidak ada komentar

Pesan adalah rangkaian kata yang membangun dan mengkritik sesuai dengan konteksnya. Tidak mengirimkan spam!

Total Tayangan Halaman