Tradisi Sebelum Puasa

www.generasipiknik.com


Tertarik sekali dengan berbagai tradisi sebelum puasa, saya baru kali ini menyadari berbagai ragam tradisi sebelum puasa di berbagai daerah itu diselenggarakan dengan sangat meriah. Sebagai oragn awam yang sebelumnya mengenal tradisi ini saya melihat kekayaan tradisi ini tetap dipelihara setiap tahunnya untuk menghormati dan melakukan secara sukarela dalam tatanan sosial yang telah berubah.


kompas.id

Siang itu ditengah terik matahari yang cukup menyengatkan badan, berduyun-duyun warga Warga Desa Gumelem Wetan dan Gumelem Kulon , Kecamatan Susukan , Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah menggelar Nyadran Gedhe.

 Nyadran Gedhe adalah suatu ungkapan syukur dan mohon berkah dalam menjalankan puasa. Wujud dari pengucapan syukur itu warga yang terdiri dari ibu-ibu rumah tangga membawa tenong atau bakul berbentuk bulan dari bamboo berisi nasi beserta sayur dan lauk pauk dalam rangka untuk dimakan bersama-sama..

Para ibu-ibu itu memakai pakaian adat Jawa, sedangkan para bapak-bapak juga tak kalah gantengnya dengan memakai pakaian adat Jawa . Makan bersama itu menjadi suatu tradisi Nyadran Gedhe karena mereka sangat berterima kasih atas hasil panen , mereka menyantap hasil bumi itu dalam ritual yang dilakukan secara rutin tiap tahun. 

Selamatan itu diikuti dari berbagai kalangan , sebelum bersantap mereka mendoakan arwah leluhur di makam Girilangan. Biasanya tradisi mendoakan arwah leluhur dilakukan pada hari Senin atau Kamis terakhir bulan Ruwah atau bulan sebelum memasuki Puasa. Setelah itu barulah mereka menyantap hasil bumi sebagai tanda syukur terhadap sang pencipta. 

Tradisi yang terus berkembang dalam pelestarian dimulai dengan kegiatan dari jaman kademangan, termasuk masyarakat yang membawa hasil buminya yang kemudian dibawa ke makam untuk dinikmati bersama. Hasil bumi ini sebagai tanda syukur masyarakat atas apa yang telah mereka terima. Isinya beragam, dari sayur-sayuran, hingga hasil peternakan seperti ayam, ragamnya sampai mencapai 400 jenis. 

Sebelum diadakan Nyadran Gedhe, perlu persiapan lebih dulu. Persiapannya dengan menyediakan golong menir, ambeng menir, ambeng intip, ambeng beras ketan dwi warna, pecel ayam cemani, cramcam terong aor, sayur bening daun kelor, tempe goreng adem, golong tujuh, sate kambing. Juga peyek pethek, pendul yang terbuat daging dicampur ampas kelapa muda, kelapa muda diberi lubang diisi gula kelapa, serta cokbang. Keyakinan masyarakat Desa Gumelem jika mereka tidak melakukan dan melaksanakan tradisi Nyadran Gedeh maka akan terjadi malapetaka atau gangguan gangguan yang tidak diinginkan. 

Tentunya tradisi Nyadran Gede ini dapat dijadikan sebagai salah satu daya tarik pariwisata di Banjarnegara. Pelestarian ini perlu disosialisasikan dalam bentuk budaya yang menarik wisatawan untuk datang melihat dan mengetahui tradisi yang sangat unik dan menarik untuk wawasan yang lebih luas tentang budaya jawa. 

Bagi mereka yang tertarik dengan budaya aneka tradisi Ramadan, silahkan kunjungi ke Banjarnegara sebagai salah satu ikon dari budaya Jawa menyambut Ramadan yang sangat sangat menarik. 



balipost.com
Tradisi yang berasal dari kota Semarang. Nama Dugderan terdiri dari kata “Dug” dan “Der” . Kata dari Dug memiliki pengertian bedug dari masjid yang ditabuh berkali kali , sebagai datangnya awal bulan Ramadhan. Kata yang kedua adalah “Der” berarti dentutaman suara meriam yang disulutkan bersamaan dengan tabuhan bedug. 

Tradisi ini sudah dilakukan ratusan tahun yang lalu dan masih dipertahankan hingga saat ini. Digelar 1-2 minggu sebelum puasa . Selama berlangsung tradisi Dugderan, ada pesta rakyat yang berupa tari japing, arak-arakan (karnaval), dan bedug yang ditabuh oleh Walikota Semarang. 

Saat Karnaval ditampilkan "Warak Ngendok" yang menyerupai sosok binatang dengan mulut menganga lebar dan lidah menjulur. Kaki makhluk ini dihiasi dengan rantai. Warak Ngendok sejenis binatang rekaan yang memadukan tiga unsur hewan. Makhluk ini juga sebagai simbol kerukunan antaragama dan suku yang terdapat di Semarang 

Dalam perkembangannya suara dentuman meriam diganti dengan suara-suara petasan atau bleduran. Yang dimaksud dengan bleduran adalah bongkahan batang pohon yang dilubangi tengahnya untuk menghasilkan suara seperti meriam dan diberi karbit dan lalu disulut dengan api. 

Semarang salah satu kota yang selalu meriah dalam menyambut Ramadan, datang dan saksikan budaya lokal, Jawa yang sangat unik dan menarik untuk disaksikan. 

"Tulisan ini diikutan sertakan dalam lomba blog Pesona Ramadan Jawa Tengah yang diadakan oleh GenPI Jateng

Tidak ada komentar

Pesan adalah rangkaian kata yang membangun dan mengkritik sesuai dengan konteksnya. Tidak mengirimkan spam!

Total Tayangan Halaman