![]() |
Sesame-seed-dark-background (Sumber: Freepik.com) |
Beras jadi makanan pokok rakyat seluruh Indonesia. Serasa belum makan jika belum makan nasi. Makan enak itu yang penting nasinya, nggak penting untuk lauknya. Siapa yang setuju? Mungkin ada yang kurang setuju karena makan nasi kualitas apa saja yang penting justru lauknya.
Bagi saya pribadi makan nasi meskipun jumlahnya sedikit hanya sekitar tiga sendok makan,, tapi kualitasnya harus cukup bagus atau sering disebut dengan premium.
Sayangnya, kualitas beras premium itu sekarang sedang heboh .
Ditemukan oleh Bapak Andi Amran, Menteri Pertanian (ini sudah lama terjadi kenapa baru sekarang dibongkar?), bahwa ada 212 merek beras premium yang dioplos.
Apa reaksiku? Sebenarnya antara kaget dan tidak kaget. Kaget karena jumlah merek yang dioplos kok banyak banget, saya tidak menyangkanya. Saya tidak kaget karena saya sudah sering mendengar dan mengalami sendiri bahwa beras beli mahal ternyata banyak masalah yang dihadapi.
Beras Oplosan
Barangkali ada yang masih bingung dengan istilah oplosan. Oplosan itu pengertiannya beras kualitas premium dicampur dengan beras SPHP (Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan).
Pengertian lainnya adalah harga beras premium tapi kualitasnya sudah hasil oplosan. Kita membayar harga beras premium tapi kualitasnya bukan premium alias oplos (dicampur antara kualitas premium dengan non premium).
Loh siapa sebenarnya yang melakukan oplosan? Kementrian Pertanian , Bapak Andi Amran, Menteri PErtanian melakukan investigasi praktik oplosan, dan ditemukan ada 212 merek beras yang melanggar dan diserahkan ke Polri dan Kejaksaan Agung. Para penyidik akan memeriksa 25 pemilik beras kemasan 5 kg.
Polisi telah mengadakan press conference hari ini. Dalam press conference dikatakan bahwa polisi telah mengusut beras oplosan ke pasar tradisional dan modern dengan mengambil sampel beras premium dan medium.
Hasil laboratorium penguji besar pengujian standar instrumen paska pertanian telah menemukan 5 merek terbukti tidak memenuhi standar mutu (saya ngga jelas standar mutu yang mana?). Hasil penyelidikan selanjutnya terhadap 3 produsen atas 5 merek, di Gudang FS di Jakarta Timur, FS di Subang, Gudang PT PM di Serang, Banten dan pasar induk Cipinang.
Apa kerugian para warga yang membeli beras oplosan?
Yang pertama, tentunya kerugian materiil. Belinya sudah mahal , bahkan melebihi Harga eceran tertinggi , contohnya di Jakarta beras premium HET sekitar Rp.12.500 hingga Rp.15.000, ternyata di pasaran beras premium dijual seharga Rp.16.000 ke atas. Mahal benar yach . Sudah mahal tapi kualitas nya dicampur dengan beras yang tidak baik.
Yang kedua tentunya kerugian dampak kesehatan. Prof. Dr. Ir. Sri Raharjo, M.Sc , seorang pakar UGM menyatakan bahwa beras oplosan itu yang dicampur dengan bahan kimia seperti pemutih, pewarna dan bahan plastik sintetis, akan membahayakan kesehatan konsumen. Bahan kimia yang ditemukan pada beras oplosan itu dipakai untuk menyamarkan kualitas beras yang rendah sehingga tampak putih dan menarik. Motif utamanya adalah untuk mendapatkan keuntungan ekonomi.
Namun, bahaya yang ditimbulkan dari bahan kimia seperti klorin, yang bersifat karsinogenik ini jika dikonsumsi dalam jangka panjang akan memicu kanker dan berpotensi merusak organ vital seperti hati, ganjil. Lebih ngeri lagi jika konsumsi rutin dalam jangka panjang akan membentuk trihalometan yang diklasifikasikan zat karsinogenik oleh IARC (International Agency for Research on Cancer).. Jadi organ-organ kita harus bekerja keras untuk menyaring zat asing dan dalam jangka panjang akibatnya dapat terjadi kerusakan permanen.
Dengan mencuci beras itu sangat efektif untuk menghilangkan kontaminan berbahaya? Ternyata tidak , hanya sebagian kecil zat kimia yang larut air bisa berkurang melalui pencucian, sementara senyawa lain seperti formalin tetap bertahan meskipun dimasak dalam suhu tinggi.
Jadi kita sebagai konsumen tidak boleh tertipu oleh tampilan luar atau fisik luar dari beras premium, misalnya beras berwarna terlalu putih, aroma kimia dan hasil test air dan api dan jadi dapat indikasi. Misalnya kita rendam dalam air, beras akan mengambang, air berubah warna dan mengeluarkan bau plastic. Jika hal ini terjadi, kita harus segera mencurigai bahwa beras ini mengandung bahan yang bahaya.
Tips hindari beras oplosan
- Hindari beras tanpa label atau sumber yang tidak jelas.Pilih produk label resmi SNI, dan izin edar BPOM.
- Periksa tampilan fisik beras sebelum beli. Lihat warna, ukuran butir dan bau secara saksama.
- Cuci beras sebelum dimasak, amati apakah muncul benda asing atau air cucian yang tidak wajar.
- Simpan beras maksimal enam bulan di tempat sejuk dan kering untuk jaga kualitasnya.
- Tidak tergiur harga murah. Harga jauh dibawah pasaran bisa menjadi tanda kualitas yang dipertanyakan.
Sebagai konsumen, terutama ibu-ibu yang sering beli beras premium, diharapkan lebih teliti dan bijak membeli.