Featured Slider

Job Hopping atau Job Hugging, Mana yang Lebih Menguntungkan?

Bagaikan roda perjalanan yang berputer terus, kadang-kadang naik , tapi kadang-kadang juga turun. Roda tak pernah statis, selalu ada gerakan dari orang yang menggenjotnya. Orang yang menggenjot itu jika ingin cepat sampai tujuan, dia akan secepatnya memacu roda, roda yang diatas hanya sebentar saja berada di puncaknya, tak lama kemudian dia turun perlahan-lahan. 

Adanya sistem suspensi, pegas dan peredam , bekerja bersama-sama dan menyerap guncangan dari jalan. Jalan tidak rata dan mulus, ketika masuk ke jalan tak rada, pegas menerima tekanan dan terkompresi, membuat roda bergerak ke atas dan ke bawah tanpa pelepasan energi .

 Begitu pula dengan kehidupan yang menyerupai dengan roda sepeda , titik awalnya datar sekali, ketika melewati pergulatan jalan-jalan tak rata, banyak kesulitan yang dihadapi, baik dari segi pekerjaan maupun ekonomi, langsung, pegas itu tertekan dan hanya bisa bergerak sedikit sekali, apabila sudah mampu bergerak sedikit lebih lega, dia bisa mengeluarkan energi pegas dan mencari sesuatu yang lebih tenang . 

Tak pernah menyangka bahwa perjalanan bekerja anak , jauh berbeda dengan perjalanan bekerja saya. Di era saya , hanya tiga kali pindah kerja. Satu kali memang bekerja sebagai part timer junior secretary di embassy of Ceylon. Sambil kuliah, saya dapat pekerjaan itu, jadi lumayan dapat uang jajan. Tak lama setelah lulus, dapat pekerjaan di perusahaan Jepang. Ada sistem junior dan senior di perusahaan ini. 

 Awalnya saya tak merasakan perbedaan itu. Tetapi setelah memasuki tahun kedua, saya baru merasakan adanya beda perlakukan antara orang baru dan orang lama. Saya pikir sebagai orang yang masih muda yang punya banyak energi dan daya kreatif, saya tak mau mati kutu jadi junior terus sambil menunggu kesempatan senior resign. Betapa tak menyenangkan menunggu kesempatan yang tak diketahui kapan akan datang. 

Saya resign setelah tiga tahun bekerja. Saya mendapatkan pekerjaan baru di suatu perbankan asing. Bekerja sebagai sekretaris dari seorang manajer, saya suka sekali dengan lingkungannya. Begitu pula untuk mendapatkan kesempatan beralih fungsi kerja dari sekretaris menjadi service assistant. Saya belajar, berbagai macam produk, pelayanan dan training. 

 Senangnya bukan main. Saya cukup menikmati pekerjaan ini hingga sekitar 20 tahun. Gaya perubahan manajemen yang minimalis dan menginginkan anak-anak muda yang lebih energetic untuk menggantikan mereka yang dianggap sudah senior. 

Tergeserlah saya untuk mengambil pensiun dini. Jadi journe pekerjaanku untuk satu perusahaan ini cukup lama, hampir seperempat abad. Sementara pekerjaan anak di era milenial, berpindah kantor hampir enam kali dalam kurun waktu sepuluh tahun. 

Mulai kerja di suatu perusahaan yang notabene bukan passionnya. Dia ambil pekerjaan ini karena dianggap bisa naik ke jenjang berikutnya. Namun, ketika baru tiga bulan selesai, dia anggap tak ada kesempatan, tak ada kemajuan, jadi dia resign. Berturut-turut ke pekerjaan kedua adalah pekerjaan di suatu start up , dari segi pekerjaan, dia cukup nyaman. Namun, justru perusahaan ini tak bisa bertahan lama, jelang satu tahun dia di sana, perusahaan akan gulung tikar dan semua karyawan kena PHK. 

 Pindah ke perusahaan start up fintech, juga menyenangkan sekali baginya. Sayangnya di tahun ke tiga, dia harus menghadapi supervisor yang toxic , tak tahun dengan lingkup suasana kerja , dia juga resign. Terdampar di suatu perusahaan start up lagi, di sini dia harus kerja secara work from home selama hampir tiga tahun (satu tahun karena covid, lalu dilanjutkan dengan work from home selama tiga tahun). 

Namun, akhirnya perusahaan start up mulai goncang lagi. Sebagian besar karyawan kena PHK, termasuk anak saya. Lagi-lagi kerja hunting pekerjaan, masuk ke semua perusahaan start up yang sudah mapan. Selama dalam masa percobaan, dia merasakan beratnya workload dan juga kapasitasnya yang tidak memadai. Hasil dari masa percobaan adalah gagal. Dia tak berhasil menjadi pegawai tetap. 

 Akhirnya untuk kesekian enam kalinya dalam waktu sepuluh tahun, dia masuk lagi ke perusahaan asset managemen. Awalnya berpikir bahwa perusahaan finansial ini cukup establish dari luarnya, setelah melewati masa-masa percobaan akhirnya dia diterima .

 Namun, baru saja adaptasi dilakukan, dia terkejut dengan cara kerja dengan fungsi triple, sebagai UX designer, sebagai bisnis analyst, sebagai proyek manager. Tak kuat dengan kondisi workload berlebihan, dia sering sakit , akhirnya dia mundur dengan resign.

 Dunia kerja memang tak seindah dengan apa yang diinginkan. Ketika ekspektasi yang diinginkan tak terpenuhi, kita tinggal memilih, apakah kita ingin bahagia untuk bekerja atau terpaksa memendam ketidak bahagiaan demi tidak kena PHK atau bertahan dalam kondisi yang tak bahagia.

Hidup Berkualitas Hingga Akhir Usia: Persiapan Cerdas untuk Pensiun Bahagia"

persiapan pensiun dini

medium-shot-people-learning-together (sumber: freepik.com)




Siklus kehidupan setiap orang itu semua sama, yaitu mulai dari lahir, masa kecil, dewasa, menikah (tidak menikah), memiliki anak, menua, hingga meninggal dunia. Setiap siklus pasti penting bagi setiap pribadi, meskipun pengalaman yang dialami pasti berbeda. 

Namun, ketika kita menginjak masa pensiun setelah bertahun-tahun bekerja, pasti Anda akan mengalami perubahan drastis sekali baik secara mental, finansial maupun fisik. 

Ketika saya masih aktif bekerja, pagi-pagi buta sudah bangun mempersiapkan diri dan mempersiapkan makan untuk anak. Semuanya harus dikerjakan dengan serba cepat untuk mengejar antar jemput yang standby pada pukul 6.30. Dari Senin hingga Jumat bekerja di kantor, sibuk sekali . Waktu begitu cepat, rasanya baru saja bekerja, ternyata sudah waktunya untuk menyelesaikan masa bakti paripurna. Padahal, waktu 28 tahun cukup lama untuk mengabdi di suatu perusahaan perbankan asing.

Saat diberikan penawaran pensiun dini, saya masih berpikir untuk bertahan tiga tahun lagi. Ternyata, keadaan internal perusahaan memaksa saya untuk secepatnya mengambil keputusan untuk pensiun dini. Bergumul lama untuk memutuskan apakah mengambil pensiun dini atau tidak. Sebenarnya saya belum serratus persen ingin ambil pensiun dini, saya masih cukup aktif bekerja. Tetapi pertimbangan jika tidak ambil, ada risiko yang harus saya lakukan dan alami. 

Perencanaan persiapan untuk pensiun hanya sebatas untuk keuangan saja, tapi secara mental, kesehatan maupun kegiatan belum direncanakan dengan baik. Dari segi keuangan atau finansial, persiapan untuk masa pensiun, memang bukan hanya soal menabung uang atau membeli asuransi. Namun, persiapaan yang matang bagaimana kita menghitung berapa dana yang mencukupi untuk kehidupan setelah masa pensiun dengan nyaman dan bermakna. 

Persiapan Keuangan 


Sebaiknya kita alokasikan dana secara khusus untuk pensiun. Membuat perencanaan jangka panjang , berapa kebutuhan dana untuk pensiun terhitung sejak pensiun hingga kita meninggal (katakan pensiun di usia 53 dan waktu kehidupan setelah pensiun di usia 88) artinya kita harus menyediakan dana untuk 35 tahun. Apabila cost of living saat pensiun kita sekitar Rp.10 juta per bulan, maka untuk 35 tahun ini dikalikan Rp.120 juta ditambahkan dengan 2,5 untuk biaya inflasi. Wow, cukup besar sekali loh! Mungkin sekitar Rp.4,2 milyar lebih .

Bagaimana kita dapat mengumpulkan dana sebesar itu? Tentunya harus sedini mungkin untuk menabung . Kita tidak boleh lengah untuk mengalokasikan dana jika kita tidak ingin kehidupan setelah pensiun jadi tidak nyaman.

Untuk menghitung berapa besar kita harus menabung, kita perlu mengetahui berapa lama produktivitas kerja, misalnya kita mampu bekerja selama 28 tahun, sedangkan kebutuhan untuk kehidupan setelah pensiun Rp.4,2 milyar, maka sebulan seharusnya kita perlu menyisihkan sebesar Rp.12,500,000. Anda pasti kaget sekali , wah bagaimana sekali kita menyisihkannya, padahal gaji hanya sekitar Rp.15-20 juta. Agar tak pusing dari mana kita dapat menabung Rp.12,500.00 per bulan, kita perlu strategi , apabila kita mendapatkan bonus atau THR, jangan gunakan semuanya, tapi sisihkan untuk Tabungan pensiun. Bayangkan jika kita setahun bisa sisihkan Rp.15 juta setahun, maka dalam 28 tahun, sudah mencapai Rp.420 juta, artinya mengurangi beban Rp4,2 milyar menjadi Rp.3,780.000.000 menjadi RP.11,250.000. 

Wah ternyata masih cukup besar yach. Anda bisa mencari tambahan ekstra dari passive income dari dana yang sudah terkumpul. Passive income membantu kita untuk bisa mencukupi jumlah yang kita butuhkan. Begitu pula , saat kita sudah memasuki pensiun, dana passive income itu jadi hal utama yang membantu kita untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Tentunya dengan mengurangi gaya hidup misalnya pada waktu kerja, kita sering makan di luar, kita menggunakan mobil dan travelling ke luar negeri. 

Berikut ini  gaya hidup masa pensiun:


  •  Menabung dan Berinvestasi Secara Konsisten Mulailah menabung sejak dini dan buat rencana investasi yang bisa memberikan penghasilan pasif di masa depan. Jangan hanya bergantung pada dana pensiun atau jaminan sosial—ciptakan sumber pendapatan lainnya, seperti properti, saham, atau reksa dana. 
  •  Mengatur Pengeluaran Buat anggaran keuangan yang jelas, batasi pengeluaran yang tidak perlu, dan prioritaskan investasi untuk masa depan. Perhatikan juga pengelolaan utang—hindari utang konsumtif yang menghambat arus kasmu.
  • Membuat Dana Darurat Pastikan memiliki dana darurat yang cukup, sekitar 6-12 bulan pengeluaran bulanan. Ini akan memberikan rasa aman saat masa pensiun dan menghindari stres finansial. 
  • Diversifikasi Investasi Jangan hanya mengandalkan satu jenis investasi. Diversifikasikan portofolio investasi untuk mengurangi risiko dan meningkatkan potensi keuntungan. 

 Persiapan mental 


Perubahan yang tak pernah terpikirkan saat akan pensiun adalah persiapan mental. Saya sendiri pernah mengalami hal yang mengganggu mental saya. Perubahan besar dalam kehidupan ketika masih bekerja, begitu aktif, sehari-hari penuh dengan kegiatan, menyita waktu sehingga tak punya kesempatan untuk mengejar hobi dan kegiatan yang selama ini teruntan. Namun, begitu memasuki pensiun, perubahan terjadi, tidak ada lagi kegiatan untuk masuk kantor atau bekerja, apalagi jika belum mempersiapkan untuk kegiatan pengganti. 

 Di awalnya, saya merasa senang karena tenang tidak bekerja. Namun, setelah dua minggu, bosan dengan kehidupan tanpa makna dan mulai gelisah dan cemas bahkan kehilangan tujuan dan arah hidup. Sebenarnya, saya harus merencanakan aktivitas atau proyek yang ingin saya lakukan setelah pensiun. 

Menulis journal, menulis opini, menulis apa pun atau bergabung dengan komunitas untuk mempelajari keterampilan baru yang tetap bisa mendukung saya tetap produktifi dan semangat . 

Di masa kritis itu saya harus mencari jati diri saya sebagai seorang pensiunan. Ada motivasi yang hilang karena merasa sudah tidak bermanfaat lagi. Motivasi yang turun ini harusnya dipersiapkan lebih dulu. Jika kita sudah mendapatkan passion atau kegiatan , langsung menerapkannya sehingga tidak ada lagi rasa hilang atau tak bermanfaat itu. 

Pensiun dini bisa membawa perubahan besar dalam rutinitas hidup. 
Agarpensiun tetap menyenangkan dan produktif, persiapkan mental.

Persiapan Mental dengan cara berikut:


  • Rencanakan Aktivitas yang Bermakna Pensiun dini bukan berarti berhenti beraktivitas. Rencanakan kegiatan yang bisa memberikan rasa tujuan, seperti mengembangkan hobi, belajar keterampilan baru, atau terlibat dalam kegiatan sosial atau relawan. 
  • Menjaga Keseimbangan Hidup Pensiun memberikan banyak waktu luang, tapi penting untuk tetap menjaga keseimbangan hidup. Jangan sampai merasa kehilangan arah. Jadwalkan waktu untuk keluarga, teman, dan waktu sendiri agar tetap merasa bahagia dan terhubung dengan dunia sekitar. 
  • Beradaptasi dengan Perubahan Pensiun membawa perubahan besar dalam identitas dan rutinitas. Persiapkan diri dengan cara berpikir positif dan fleksibel. Menghadapi perubahan dengan mindset yang terbuka akan membuat pensiun lebih menyenangkan. Fisik dan kesehatan Jelas sebelum pensiun, usia masih lebih muda , fisik masih kuat untuk melakukan pekerjaan maupun jalan-jalan. 

Begitu memasuki masa pensiun, banyak waktu luang, tapi jika tidak pernah melakukan Gerak badan, fisik akan menurun. Ada saja keluhan mulai dari lutut sakit, perut sakit, jari-jari sakit karena mulai penuaan. Bahkan dulu tak punya kolesterol dan darah tinggi, sekarang sudah mulai berada di dalam tubuh. Jadi untuk menjaga dan merawat tubuh di saat pensiun, perlu waktu untuk meditasi/doa, dan olahraga ringan seperti yoga, jalan di alam. Semuanya untuk menjaga keseimbangan hidup , tubuh, fisik, jiwa sehingga tak cepat lelah atau cepat jadi dementia atau Alzheimer.

Ketika memasuki pensiun, anak sudah tumbuh dewasa, bekerja, kita tinggal sendiri, ada rasa kesepian dan tidak bisa mengharapkan anak untuk mengantarkan kegiatan kita. Menjadi senior yang mandiri yang mampu mengerjakan pekerjaan ringan. Selama tubuh atau fisik masih diberikan kemampuan untuk berjalan tanpa sakit, atau tubuh yang cacat, kita diharapkan untuk produktif melakukan pekerjaan ringan . Dengan olaharga ringan , makanan bergizi, otot dan tulang kita akan lebih kuat. Kesehatan fisik dan mental yang prima adalah aset terbesar dalam menjalani pensiun dini. 

Tips Olahraga masa pensiun


  • Olahraga Secara Teratur Mulailah rutinitas olahraga ringan, seperti jalan kaki, bersepeda, atau yoga. Olahraga akan membantu menjaga kebugaran tubuh, meningkatkan energi, dan memperbaiki suasana hati. 
  • Makan dengan Seimbang Perhatikan pola makan yang sehat, banyak mengonsumsi sayur, buah, dan sumber protein berkualitas. Hindari makanan tinggi gula, garam, dan lemak jenuh yang bisa merusak kesehatan jangka panjang. 
  • Cek Kesehatan Secara Berkala Lakukan pemeriksaan kesehatan rutin untuk mendeteksi masalah sejak dini. Semakin dini masalah kesehatan terdeteksi, semakin mudah untuk diatasi. 
  • Manajemen Stres Pensiun dini bisa memunculkan stres jika tidak dihadapi dengan bijak. Latih teknik relaksasi, seperti meditasi atau pernapasan dalam, untuk mengurangi stres dan menjaga keseimbangan mental. 
  •  Sosialisasi dan Kegiatan Positif Jangan biarkan diri terisolasi. Bergabung dengan komunitas atau kegiatan sosial yang memberi kebahagiaan dan tujuan bisa mendukung kesehatan mental kamu.

Kesimpulan

 Persiapan pensiun dini yang sukses bukan hanya soal menyiapkan uang, tetapi juga menjaga mental tetap positif, dan menjaga kesehatan tubuh, pensiun dini bisa menjadi fase hidup yang menyenangkan dan penuh makna.

Pensiun Dini yang mencemaskan

 
Pensiun Dini
Freepik.com


Saya merasakan suasana dan nuansa “home” di kantor saat pertama kali bekerja di kantor.  Relasi antar karyawan sangat dekat, kami saling menyapa seperti teman atau keluarga, tidak ada perbedaan kasta antara karyawan level rendah dengan atasan yang sudah memiliki jabatan tinggi, saling membantu apabila salah satu karyawan yang baru direkrut. 

Tidak ada panggilan Bapak atau Ibu, sapaan yang paling akrab adalah dengan memanggil langsung nama masing-masing. Atasan pun dipanggil nama panggilannya. 

Suasana guyub dan dekat satu dengan yang lainnya ini membuat saya betah dengan kondisi pekerjaan di kantor. Meskipun tiap pagi saya sebagai seorang ibu merangkap sebagai karyawan saya harus berjibaku dengan waktu dan tugas. 

Pagi-pagi harus memasak dan menyiapkan makanan anak untuk bekal di sekolah, lalu harus menyiapkan diri pagi-pagi , pukul 6.15 harus siap dijemput oleh mobil antar jemput. Mengapa sepagi itu harus berangkat ke kantor? Jarak rumah saya dengan kantor cukup jauh sekitar 16.50 km. Dulu saat saya pertama pindah ke rumah, kondisi lalu lintas masih sepi sehingga tak pernah merasa sulit untuk menentukan waktu berangkat ke kantor. Namun, berjalannya waktu, ternyata lalu lintas sangat padat sekali. 

Jika tidak berangkat pagi-pagi, saya dan teman-teman seanter jemput bisa terjebak dalam kemacetan. Akibatnya bisa fatal, kami semua akan terlambat, dan ada teguran dari atasan dan rapor merah. Jam kantor pulang jam 17.00, tetapi tidak bisa selalu tepat waktu, kadang-kadang harus mengikuti rapat yang bisa sampai pukul 19:00. Jika pulang tepat waktu pun, tiba di rumah sekitar 19:00.

Hidup di Jakarta waktunya serasa dihabiskan di perjalanan, jarak tempuh yang seharusnya dapat ditempuh dalam jangka waktu 1 jam, berubah menjadi 2 jam. Pertambahan mobilitas warga yang memiliki mobil, motor tanpa pertambahan jalan membuat lalu lintas semakin padat dan merayap. Perjalanan yang melelahkan dan pekerjaan yang membutuhkan konsentrasi dan energi yang sangat besar tidak menyurutkan saya untuk tetap bekerja di perusahan. 

Saya menyukai pekerjaanku yang dinamis dan penuh dengan dinamika untuk belajar berbagai produk dari perbankan. Pekerjaan yang sangat menarik passionku karena belajar dan menimba ilmu sekaligus bekerja melayani customer-customer korporasi. 

Tanpa terasa tahun demi tahun berlalu dengan sangat cepatnya, serasa baru saja saya bergabung di Perusahaan multinasional , November 1, 1980, tiba-tiba sudah hampir mendekati masa pensiun. Usiaku memang tak muda lagi . Mulailah saya merasakan perubahan dalam kebijakan Perusahaan, mudah sekali merekrut anak milenial yang baru saja lulus atau disebut dengan “fresh graduate”. Kami, para senior diminta mengajarkan pengalaman kami dalam berbagai aspek pekerjaan.

Itulah awal dari ketidak-nyamanan suasana kerja. Mulai adanya kompetisi antara milenial dan para senior. Strategi Perusahaan untuk mengurangi para senior dengan mengganti karyawan yang masih muda mulai dijalankan.

Kompetisi di dalam unit pun dilaksanakan. Kompetisi untuk bekerja berdasarkan proyek yang berbasiskan teknologi diterapkan. Terpaksa kami yang senior selalu kalah dalam kompetisi ini. Di sinilah Perusahaan mulai menawarkan pensiun dini bagi para senior. 

Bagi yang ingin pensiun dini, ditawarkan untuk langsung menanda-tangani pensiun dininya. Skema atau paket pensiun dini tidak semenarik seperti yang pernah dilakukan sebelumnya. Perusahaan hanya memberikan ultimatum, “take it or leave it”. Jika kita menolak, ada konsekuensi yang dapat dilakukan Perusahaan. Mereka akan menempatkan kami di tempat atau unit yang biasanya yang dianggap sebagai unit “sampah” atau sering disebut juga unit buangan. 


Pergumulan berat menjadi anak buangan atau ambil pensiun dini. Selama hampir setahun saya terus menghitung, mengkalkulasi apakah saya sudah siap untuk pensiun dini. Kajian yang saya lakukan hanya sendirian, tanpa bisa berkonsultasi kepada teman, ahli atau pasangan. Usia saya memasuki 51 tahun, sementara anak tunggal baru akan memasuki perguruan tinggi. Kebutuhan biaya yang sangat besar sekali. Meskipun sudah ada tersedia untuk biaya pendidikan, tetapi saya menghitung kembali , apabila saya tak punya gaji sebagai “fixed income” , maka saya bisa menggerogoti uang Tabungan atau uang pendidikan anak untuk biaya hidup saya. 

Dilematisnya, suami juga sudah masuk masa pensiun dan hanya bekerja sebagai freelancer professional. Tetapi pendapatan freelancer itu tak selalu tetap dan tidak besar sehingga tak bisa menambah dana untuk rumah tangga sepenuhnya.

Perusahaan tempat saya bekerja tak memiliki fasilitas untuk persiapan bagi para pegawai yang akan pensiun. Tema training di kantor hanya berfokus kepada produk saja, tidak ada materi atau bahan untuk persiapan pensiun. 

Di ujung waktu pensiun saya harus mencari dan menggali informasi dari berbagai referensi atau teman-teman yang sudah pensiun duluan. Informasi yang membingungkan karena tidak ada buku panduan yang komprehensif mulai dari persiapan fisik, psikis , pernikahan dan finansial. Acuan referensi yang didapatkan sangat minim berasal dari pengalaman teman, saudara saja. 

Usaha atau bisnis apa yang sesuai dengan karakter saya pun , saya bingung karena sebagai seorang pegawai yang tidak berpengalaman dalam bidang usaha kecil belum pernah dilakukan. Mulai dari mana, modal dari mana, bagaimana cara mengatur dan melakukan usaha. Pola pikir saya masih terpaku sebagai seorang pegawai, yang tak punya jiwa sebagai seorang wiraswasta . Saya pernah diajak teman-teman untuk menjadi agen asuransi, tidak cocok karena karakter saya bukan tipe marketing yang pandai berbicara , berargumentasi dan berkomunikasi. 

Saya juga pernah mengajar anak-anak SMP atau SMA, tetapi saya sedikit “kewalahan” karena ilmu yang saat ini diterapkan sangat beda dengan ilmu di era saya belajar. Saya juga pernah bertanam sayuran dan bunga, tetapi tanaman saya yang saya beli sering mati . Bagaimana bisa menjual tanaman kepada orang lain, merawat tanaman sendiri saja tak mampu? Berkecamuk pikiran yang saya rasakan. 

Insomnia kambuh karena setiap kali saya punya beban berat dan belum terselesaikan, pasti saya tak bisa tidur. Meskipun tubuh lelah, tetapi pikiran saya tidak bisa tidur dengan tenang. Mata saya tak bisa dipejamkan,hanya tertidur sesaat jelang pagi hari. Pastinya hal ini akan menambah buruknya kesehatan jika dilanjutkan terus menerus. 

Dalam perenungan yang saya dapatkan, saya harus mencari dulu passion saya. Nach untuk mencari passion pun luar biasa sulitnya. Mengidentifikasi diri sendiri bukan hal yang mudah karena jiwa dan karakter saya sudah terbentuk dan untuk menemukan apa yang saya sebenarnya sukai bagaikan sebiji sesawi di ladang yang luas. 

 Waktu bergulir terus tak pernah berhenti. Supervisor saya kembali bertanya bagaimana tawaran pensiun dini bagi saya. Seolah tersentak , keputusan harus diambil, baik atau buruk harus punya keberanian untuk menandatangani pensiun dini. Bagaikan seseorang yang akan kehilangan tempat berpijak. Sehari sebelum tanda tangan pensiun dini, saya berkeliling ke semua departemen dengan diam-diam. Hampir semua ruang-ruang atau departemen yang pernah menjadi bagian dari hidup saya, sambil teringat dan mengenang kisah bekerja dan teman-teman yang sebentar lagi akan saya tinggalkan. 28 Februari 2009 menjadi hari terakhir dan Sejarah dalam kehidupan saya.

29 tahun mengabdi di suatu Perusahaan dan meninggalkan dengan kesan dan pesan yang tak pernah dilupakan dan kadang-kadang ada rasa menyesal kenapa tidak bisa bekerja tuntas sampai purna pensiun tiga tahun lagi. Masa awal pensiun Sebuah keputusan yang akhirnya mengantar saya ke tahap kehidupan yang disebut dengan pensiun.

 Di minggu pertama pensiun, saya masih bisa menikmati dengan senang. Saya merasa nyaman karena seperti sedang cuti saja. Namun, memasuki minggu ketiga, saya tersadar bahwa hidup saya telah berubah, mengapa kehidupan saya seperti “silo”, tidak berarti apa-apa. Mental saya terguncang kembali, ada yang hilang dalam diri saya. Saya seperti bukan seperti saya lagi. Saya tak punya makna apa-apa untuk hidup ini. 

Goncangan demi goncangan mengikat pikiran, perasaan dan jiwa saya. Sepi dan mati raga itulah kehidupan awal pensiun saya. Kesadaran datang ketika seseorang mengatakan kepada saya, mengapa saya berubah jadi lebih pendiam dan tidak mau berinteraksi dengan teman. Oh, saya segera berpikir, sakitkah mental saya? Bisa juga jika saya biarkan stress menjadi depresi, dan akhirnya jika berkepanjangan menjadi sakit jiwa. Saya tak mau membiarkan hal itu terjadi, mulailah saya mencari-cari hakekat diri saya. 

 Dari segi spiritual, saya menemukan kelompok Persekutuan doa . Di Persekutuan doa ini, semua anggota Persekutuan doa tidak mengerti bahwa saya sedang bergumul dengan diri saya sebagai seorang pensiunan. Saya mencari dan ingin mendapatkan arti hidup saya melalui Tuhan . Perjalanan spiritual yang terjal dan panjang harus dilalui. Tidak mudah kadang-kadang saya merasa terbangun dengan segala firman yang disampaikan, tetapi adakalanya, saya merasa hidup “sunyi” tak bermakna. Saya harus mulai dengan kegiatan apakah itu bekerja atau berbisnis. Belum punya ide sama sekali.

Pada suatu ketika saya bertemu dengan seorang teman yang berprofesi seorang Financial Planner. Panjang lebar saya kemukakan apa yang terjadi dengan diri saya dan saya butuh bantuannya untuk menemukan diri saya dalam melanjutkan hidup. 

 “Apakah saya harus berbisnis ? Jika berbisnis, bisnis apa yang cocok dengan diri saya?” Teman saya menjawab: “Profil keuanganmu adalah seorang konservatif. Jika berbisnis , kamu serba takut tidak profit , semua bisnis ada risiko tidak profit. Jika kamu gunakan uang pensiun kamu untuk modal kerja suatu usaha yang cukup besar, dan ternyata rugi, kamu pasti akan menyesal seumur hidup”. 

Lalu, saya direkomendasikan untuk mulai mengatur keuangan dengan passive income dari aset dan dana pensiun yang dimiliki. Atur sesuai dengan profil saya yang termasuk sebagai konservatif. Memilih produk keuangan yang sifatnya risiko kecil dan hasil imbal hasil juga kecil. Di samping itu mengatur ulang semua pemasukan dan pengeluaran yang notabene jauh berbeda ketika saya dan suami masih aktif bekerja. Lifestyle atau gaya hidup kami rubah sedemikian rupa. Kami tidak bisa makan-makan di restoran setiap minggu, cukup satu bulan sekali. Kami merelakan mobil untuk dijual karena kegiatan kami yang mulai terbatas. Kami menggunakan transportasi online untuk kegiatan di luar rumah. Kami juga membatasi hobi yang menghabiskan dana besar, dulu saya suka untuk travelling yang cukup menyita dana besar sekali travelling. Kesehatan harus saya jaga dengan berolahraga ringan .

 Awalnya saya ikut olahraga senam tera di komunitas dekat rumah saya. Namun, saat Covid, dihentikan dan sekarang saya merasa nyaman untuk berolahraga yoga setiap hari di rumah. Kegiatan sosial pun saya lakukan meskipun tidak rutin, saya pernah mengajar di anak-anak jalanan. Sekarang saya ikut sebagai anggota komisi pelawatan . Saya bersama-sama dengan teman sering mendapat panggilan untuk melawat anggota gereja kami yang sakit. 

 Titik terang kegiatan positif Satu hal yang tak pernah saya pikirkan dalam perjalanan hidup pensiun saya adalah menemukan passion yang serba terbatas yaitu menulis. Tertarik dengan iklan workshop “Creative Writing”, saya datang hadir dalam workshop penulisan diadakan oleh Kompas. Pemaparan singkat dari seorang penulis dan jurnalis, copywriter, Maggie Tiojakin, merupakan titik kebangkitan saya. Meskipun saya tak punya skill dan talenta, tapi menulis itu merupakan suatu skill yang bisa dipelajari.

 Itulah titik awal saya memulai perjalanan sebagai penulis pemula tanpa pengalaman menulis. Semuanya serba nol. Mempelajari tehnik ,gaya bahasa dan memulai fokus kepada jenis penulisan yang disukai. Ketika menulis pertama kali, saya hanya dapat menuliskan sebuah pengalaman dengan satu alinea saja, tanpa pembuka, tanpa penutup. Pasti semua pembaca bingung, ini tulisan apa? Tidak mengapa, saya tak pernah putus asa. Daya juang saya cukup tinggi. 

Seiring dengan waktu, saya selalu mengikuti beberapa kursus atau workshop tentang penulisan baik itu diadakan secara privat atau kelompok. Bahkan saya ikut masuk dalam kelompok penulisan , Blogger Perempuan dan lain-lainnya. Satu hal yang membuat saya senang sekali dalam menerbitkan tulisan sendiri adalah menerbitkan tulisan di blog sendiri. 

Blog sendiri? Saya juga belajar dari nol bagaimana membuat sebuah blog dengan teknik yang paling sederhana. Saya sudah tak mampu lagi belajar soal coding-code yang dibutuhkan untuk membuat website, tapi blog sederhana hasil membuat sendiri itu akhirnya jadi. Inatanaya.com. Blog ini menjadi tempat penting untuk menuangkan gagasan, ide, opini. Dari sebuah blog pribadi yang sederhana, saya akhirnya mampu mengikuti beberapa kompetisi penulisan . Kompetisi yang diselenggarakan oleh Perusahaan besar seperti Astra, Pertamina, Departemen Kesehatan, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Bukan soal jadi pemenang yang saya kejar, tetapi pengalaman bisa berkompetisi dengan mereka yang sudah berpengalaman dalam menulis. Saya bisa mengukur bahwa kemampuan saya masih di taraf sekian dan apa yang perlu diperbaiki, dikembangkan bahkan riset dan referensi yang dibaca makin banyak. Inilah perkembangan dari sebuah proses penulisan yang saya jalani. Jalan terjal dan tantangan dihadapi saat saya menyerahkan satu artikel di suatu platform . Ditolak oleh editor dengan kata-kata yang pedas dan membuat telinga dan dada saya sesak sekali. Apakah mau dilanjutkan karena passion ini secara ekonomi tidak menghasilkan uang yang besar. 

Nilai suatu tulisan belum jadi patokan bahwa ada harga atau nilai sesuai dengan nilai yang dibayarkan. Pergumulan batin kembali menyeruak, apakah dengan segudang kesulitan yang ditemui sebanding dengan hasilnya? Sulitnya ketika ingin meninggalkan passion itu, saya selalu diingatkan kembali apakah kamu ingin menjadi tipe pejuang atau tipe pecundang. Berkali-kali saya mengamati dan menganalisa diri saya, apa yang saya inginkan? Benarkah saya mencari aktualisasi secara murni atau sekedar untuk menghabiskan waktu yang sia-sia. 

Bangkitlah saya menghadapi tantangan yang tak sederhana. Saya mulai mempelajari lagi perkembangan penulis di era teknologi . Dikenal sebagai Copywriter Tiga buku antologi sudah terbit, yang pertama berjudul “Kekuatan Doa” diterbitkan oleh Gramedia Pustaka. Antologi kedua berjudul “Puspa Ragam Kisah Inspiratif Warga 50+”, diterbitkan oleh Leutikaprio dan antologi ketiga berjudul “Merdeka dari Kekerasan” diterbitkan oleh Yayasan Jari (Fakultas Kedokteran Unjani). Di tahun 2022, saya mengikuti “internship” sebagai SEO Copywriter di Long Distance Creator, sebuah agency dari karya-karya kreativitas digital. 

15 tahun sudah berlalu sejak masa pensiun, tapi perjuangan masih berlanjut, saya masih mengikuti Upgrade Skill CrowdsMeetingup mempelajari kreativitas di bidang video, penulisan dan skill yang lain. Inilah sekelumit kisah pensiun dini saya yang tidak direncanakan dan penuh dengan batu-batu terjal.

Review “The Old Man and The Sea” by Ernest Hemingway

The old man and the sea
dokumen pribadi



Dalam rangka hari Literasi Internasional pada tanggal 8 September yang lalu, dari tim Educare GKI PI mengadakan suatu diskusi review “The Old Man and The Sea”. 

Wow, saya langsung tertarik dengan review baca buku yang sangat berbobot ini. Sabtu sudah berjanji kepada diri sendiri untuk cepat tidur agar bisa bangun pagi untuk Kebaktian pertama, lanjut dengan kegiatan review buku “The Old Man and the Sea”.

Sulitnya untuk bisa bangun pagi karena mata masih mengantuk, bahkan badan juga masih kurang fit sehabis flu.  Semangat hampir pudar, jika sebelumnya terlalu semangat. Beruntung masih ada alarm kecil yang membangunkan diriku, untuk bisa secepatnya bergegas menyiapkan sarapan dan pergi ke gereja.

 Langkah yang diatur itu agak tersendat dengan sulitnya mendapatkan gocar, bolak balik saya harus cancel karena semua driver yang masuk, lokasinya jauh dari tempat saya. Saya pikir bisa terlambat nich. 

Ach I had my luck, dapat Blue Bird yang dengan sigap mengantarkan saya sampai ke gereja. Selesai kebaktian, saya langsung menuju ke Lantai 2 Taman Sahabat, Graha Persahabatan tempat dimana diskusi buku. Ternyata, pembicara, Ryan Suryadi dan satu ibu yang jadi panitia Sesi Ngobrolin Buku telah siap untuk pemaparannya. 

jam 9.00 Ryan telah membuka acara dengan perkenalan bahwa buku “ “The Old Man and The Sea” by Ernest Hemingway merupakan buku yang prestisius karena memenangkan dua hadiah tertinggi yaitu Pulitzer pada tahun 1953 dan Nobel Sastra pada tahun 1954 

Mengenal siapa Ernest Hermingway 


Dia seorang penulis lahir 1899 dan wafat tahun 1961, dari Amerika Serikat. Gaya menulisnya:Sederhana, ugas, dikenal dengan iceberg theory (lebih banyak makna tersembunyi di balik kalimat singkat). 

Tema yang sering dibawakan: Perjuangan manusia, keberanian, kesepian, hubungan manusia dengan alam. The Old Man and The Sea: Karya yang membuatnya memenangkan nobel, kegigihan dan ketabahan manusia. 

 Plot The Old Man and The Sea


  •  Santiago seorang nelayan Kuba, telah berlayar pulang pergi selama hampir 84 hari tanpa tangkapan. Ia berhasil memancing ikan marlin raksasa di laut lepas. 
  • Bertarung 3 hari 3 malam, penuh rasa sakit dan kelelahan 
  • Akhirnya berhasil menangkap marlin raksasa, tapi dimakan hiu saat perjalanan pulang
  • Kembali pulang hanya membawa kerangka ikan. 
  • Tubuh kalah, tapi semangatnya tetap tak terkalahkan. 

Quotes menarik 


  • “But man is not made for defeat. A man can be destroyed but not defeated” 
  • “Everything about him was old except his eyes and they were the same color as the sea and were cheerful and undefeated.” 
  • “Every day is a new day. It is better to be lucky. But I would rather be exact. Then when luck comes you are ready.”

 Interpretasi dan Hubungan dengan Tuhan 


Novel ini sering dibaca sebuah perumpamaan tentang iman, ketabahan,penebusan, perjuanganSantiago mencerminkan ketekunan rohani dalam menghadapi penderitaan. 

Kerendahan hati Santiago,penerimaannya terhadap penderitaan, serata rasa keterhubungannya dengan semua mahluk mencerminkan nilai kristiani, beberapa tafsiran bahkan melihatnya sebagai figur Kristus, terutama melalui perjuangan soliternya dan luka-luka yang dia derita.

Interpretasi dan Hubungan dengan Tuhan


Kisah ini mencerminkan ketangguhan, kekuatan, kehendak,martabat, kebanggaan, serta gagasan bahwa keberhasilan dan nilai sejati bukan terletak pada hasil akhir, melainkan pada perjuangan sendiri. 

Perjalanan Santiago juga mengundang pembaca untuk merefleksikan hubungan kita terhadap tantangan, iman, dan tujuan hidup yang dapat selaras dengan panggilan Kristiani untuk tekun dan percaya kepada Tuhan dalam menghadapi cobaan.

Nilai yang dapat dipelajari Ketangguhan dan Kekuatan Tekad: Santiago yang tidak menyerah menunjukkan kekuatan manusia dalam kesulitan.

Kebanggaan dan Kehormatan: Rasa bangga memotivasi Santiago , namun tetap seimbang dengan kerendahan hati, perjuangan bukan hanya tentang ikan, tetapi juga dengan harga diri. 

Manusia & alam: Novel menggambarkan harmoni sekaligus pertarungan antara manusia dan alam, dengan rasa hormat mendalam terhadap marlin dan laut.

Simbolisme Spiritual: Penderitaan, ketabahan dan ketenangan Santiago di tengah tekanan dapat dibaca sebagai symbol iman kepada Tuhan dan kemenangan rohani. 

 Diskusi 


  • Hidup bukan hasil akhir yang dilihat tapi proses panjang bagaimana dia berhasil mengatasi kesulitan
  •  Setiap hari kita bergelut dengan ombak, kecil maupun besar, ikan-ikan hiu yang begitu ingin mengambil milik kita, kita harus menjaganya dengan segala kekuatan dan kemampuan. 
  • Narasinya bukan sekedar datar saja, penuh makna dalam dan pembaca diminta memaknai artinya sesuai dengan kemampuan mendalaminya.

Kakak Aman Melindungi dan Memberdayakan Anak : Edukasi untuk Cegah Kekerasan Seksual

Kekerasan seksual terhadap anak
anak yang ketakutan -freepik.com



Di dunia yang luas penuh kekerasan
Anak-anak tumbuh, berkembang, berseri 
Mereka butuh pengetahuan yang benar, 
Agar tubuh dan hati tetap terjaga rapi. 

 Mengenal tubuh, bukan tabu,
 Bukan sekedar kata, tapi hak yang hakiki, 
Setiap sentuhan harus dengan izin, 
Dan rasa nyaman adalah hak tertinggi.

Jangan biarakan rahasia merundung,
 Jangan diamkan rasa takut yang menjemput,

 Edukasi adalah hal yang pertama, 
Buka hati, ajak mereka berbicara, 
Sentuhan yang baik adalah cinta yang tulus, 
Sentuhan yang salah, jangan pernah diterima,

Menghormati diri, menghormati tubuh. 
Itulah cara kita menjaga raga,

 Berikan pengetahuan yang menuntun,
 Untuk melindungi , bukan sekedar untuk tahu. 
Berbicara adalah langkah pertama, 

Kekuatan dalam diri akan tumbuh,
Jika anak tahu, mereka punya hak untuk berkata “tidak”.

Aisha (bukan nama sebenarnya), gadis kecil berusia tujuh tahun dari suatu desa, Serang, Banten. Matanya sayu , duduk terdiam seribu bahasa, tak lincah lagi seperti sebelumnya. Dia selalu menyepi sendiri, meninggalkan teman-temannya yang sedang bermain dengan sukacita. Dia sering menangis sedih, tatapannya kosong, tak ada semangat hidup lagi. 

 Kehidupan seorang anak yang seharusnya ceria, aman dan gembira menatap masa depan. Namun, seorang keluarga terdekat telah merenggut masa depan Aisha. Orang yang merenggut itu justru ayahnya sendiri. Orang yang seharusnya bertanggung jawab atas keamanan jiwa dan fisik anaknya, tapi justru yang merusaknya. Ayahnya ini telah merusak masa depan Aisha, dia melampiaskan kebejatan seksual terhadap anaknya sendiri. Dia melakukannya ini ketika istrinya atau ibu Aisha sedang bekerja berjualan di pasar. Aisha ditinggalkan bersama ayahnya.

Pertama kali, ayahnya datang ke kamar Aisha yang sedang istirahat di tempat tidurnya. Dengan bujuk rayu, “Ayah, akan belikan kamu tas sekolah dengan gambar putri duyung yang kamu ingini. Tapi, kamu harus menuruti apa yang ayah perintahkan”. Dengan sentakan dan hardikan ayahnya , Aisha ketakutan tak mau melakukan apa yang diminta ayahnya. Namun, Aisha yang tak punya kekuatan untuk melawan karena tubuh kecilnya tak kuat melayani ayah yang menyetubuhinya . Isak tangis itu meledak. Aisha diancam oleh ayahnya untuk tidak melaporkan apa yang dilakukan ayah kepada ibunya. Jika dilakukan, Aisha akan dibunuh.

Bukan hanya satu kali perbuatan bejat itu dilakukan oleh ayah Aisha, tapi hampir sepuluh kali ayah melakukannya niat jahat itu. 

Aisha menangis setiap kali ayahnya selesai melakukan itu. Dia seperti anak yang tak punya siapa-siapa lagi, tak punya harapan, tak berani menceritakan. Suatu hari ketika vagina nya sudah luka, dia baru menceritakan hal itu kepada ibunya. Ternyata ibunya tak merespon dengan baik. Dalam diam, ibunya justru menyalahkan anak ini . Dianggapnya anak ini sebagai biang kesalahan , menggoda ayahnya. 

Bagaikan sebuah tamparan, Aisha yang membutuhkan perlindungan dari seorang ibu, ternyata justru terjadi sebaliknya. Harapannya pupus. Ibu itu tak mau menolong Aisha , ia dibiarkan menderita ketakutan dan traumatis sendirian. 

Suatu hari , sosok seorang pekerja perempuan bernama Hana Maulida bertemu dengan Aisha. Dia datang dan berbicara dari hati ke hati. Hati Hana teriris-iris membayangkan dirinya sebagai seorang ibu yang punya anak perempuan seusia Aisha, lalu jadi korban pelecehan seksual oleh ayahnya sendiri. Anak yang tak berdaya dan tak punya lindungan siapa pun. Pelukan cinta bagi Aisha menjadi obat traumatisnya. Terapi jiwa yang luka harus disembuhkan. 

Hati kecil Hana bergejolak, dia harus bertindak untuk Aisha , apalagi Hana bekerja sebagai Penyuluh Pembinaan Kesejahteraan Keluarga , Dinas Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan, dan Perlindungan Anak (DKBPPPA) Kabupaten Serang. Kegelisahan hati Hana itu didiskusikan bersama dengan teman yang juga punya kegelisahan yang sama tentang kekerasan seksual terhadap anak. 

Kekerasan seksual anak meningkat 


Angka kasus kekerasan anak pada tahun 2024 meningkat tajam, jumlahnya 19.628 kasus dan 11.771 kasus seksual (hampir 60% dari total kasus). Apa yang terjadi? Sungguh, kita tak pernah terpikirkan bahwa ada kekerasan seksual terhadap 60 anak di Panti Asuhan Tangerang Selatan yang dilakukan oleh pimpinan dan pengurus,Ibu kandung yang mencabuli balitanya di Tangerang Selatan,seorang siswi dirudapaksa dan dibunuh oleh 4 anak dibawah umur di Palembang, gadis penjual gorengan ditemukan tak bernyawa, pelecehan seksual oleh seorang residivis. 

Bagaikan fenomena gunung es bahwa kekerasan kasus seksual itu begitu banyak jumlahnya tapi tidak pernah dilaporkan dan ditangani dengan tepat, baik untuk pencegahannya maupun perlindungan bagi anak-anak yang traumatis. Mereka yang jadi korban tidak mau melaporkan kepada pihak yang berwenang karena alasan aib atau tabu, ada juga yang tak punya kapasitas untuk sosialisasi dan edukasi. 

Gerakan Kakak Aman


Dari perjalanan kegelisahan Hana dengan temannya, dia mulai memberanikan diri untuk fokus pemberdayaan anak, pencegahan kekerasan seksual dengan metode yang menyenangkan. Mulai dari nama gerakan yang sangat populer yaitu, Kakak Aman. Kakak dirujuk sebagai orang terdekat yang mampu menjadi teman sekaligus pelindung bagi anak. Aman merujuk kepada kondisi bebas dari bahaya. Diusung dalam bahasa Inggris , “Empower Children with sexual (education in a fund and interactive way)”. 

Gerakan Kakak Aman Indonesia dipimpin oleh Rio Andika sebagai ketua dan Hana Maulida sebagai founder. Gerakan ini juga punya landasan visi dan misi. 

Visinya tentu ingin menciptakan anak untuk tumbuh dan berkembang, sehingga anak dapat fokus menemukan potensi terbaik dalam dirinya. Misinya ada tiga yaitu meningkatkan pengetahuan kemampuan dalam melindungi diri, meningkatkan kesadaran terhadap isu kekerasan seksual anak pada umumnya, meningkatkan pengetahuan dan kemampuan orang dewasa sekitar anak untuk memberikan edukasi perlindungan bagi anak. Tujuan dari gerakan ini adalah agar anak menghargai tubuhnya untuk masa depan .

Usaha dan kegiatan dari gerakan ini disambut dengan hangat oleh mereka yang terpanggil untuk jadi relawan. Dibentuklah tim Kakak Aman yang terdiri dari berbagai latar belakang dan mereka semua harus berupaya keras untuk mengedukasi pemberdayaan anak terhadap kejahatan seksual yang ada di sekitar mereka. 

Kegiatan gerakan Kakak Aman 

kekerasan seksual terhadap anak
Kegiatan edukasi di MPLS  TK Assalam Dzikri -sumber: IG @kakakaman


Sasaran atau target dari pendidikan sexual adalah sekolah, pesantren, orang tua, guru. Sebagai contoh Yayasan Kakak Aman Indonesia melakukan pelatihan kepada 45 orang tua cara mengedukasi anaknya dalam pendidikan sexual. Layanan pendidikan sexual diberikan kepada TBM SukaBaca Kragilan,.

Kampanye ke Alun-alun Rangkasbitung di Lebak Regency, anak-anak dalam event nasional Belajarraya, para fasilitator akan memberikan pendidikan kepada SDN Buah Gede, SDN Jakung, SDN Margasana, SDN Pegadingan 2, diundang oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Serang, SDN Ciwandan, Cilegon, “Comprehensive Sexual Education Module” jadi panduan untuk uji coba di 4 SD yaitu SDN Buah Gede, SDN Jakung, SDN Margasana, SDN Pegadingan. Dilakukan dengan 4 kali pertemuan dalam kelompok kecil dengan topik yang berbeda-beda caranya sangat menyenangkan dan interaktif. 

Kekerasan seksual
Starter kit untuk edukasi seksual anak. Sumber: IG @kakakaman



Materinya ringan sekali seperti lagu, games, dongeng, buku. Kegiatannya didesain dengan sederhana dan dapat dilakukan oleh siapa saja, mudah, murah dan menyenangkan. Ada perangkat/paket edukasi pencegahan kekerasan seksual pada anak yang dapat dibeli dengan sangat mudah yaitu Rp.300.000/per paket. Namun, bagi bagi orang tua , relawan yang ingin menyampaikan edukasi dengan perangkat itu diminta untuk belajar lebih dulu agar pesan kepada anak dapat tersampaikan dengan baik. 

Contohnya gambar anak dengan tulisan “Aku Bisa Lindungi Diriku”, caranya lari apabila ada bahaya mengancam, mengatakan “Tidak” jika ada ancaman, anak melaporkan apa yang dialaminya kepada orang tua atau guru terdekat. 

Contoh lagu singkat tapi harus diikuti dengan gerakan supaya anak dapat ingat dan memahaminya. Narasinya singkat “yuk, yuk,yuk, Lindungi diri dari bahaya, Berani bilang dan teriak TIDAK!” atau “Lari ke tempat yang lebih aman, cerita pada yang dipercaya”.

Contoh dongeng dengan boneka karakter seperti zebra, monyet, gajah yang menceritakan paman anak monyet datang. Dia membawakan kue kesenangan anak monyet. Lalu, paman mulai meminta anak monyet untuk melepaskan celana dalamnya, anak monyet ketakutan untuk menolak. Namun, anak monyet sudah belajar untuk menolak permintaan dengan teriakan “tidak”. Paman terus memaksa , anak monyet pun lari ke tetangga terdekat. Anak monyet melaporkan kejadian itu kepada ibunya. 

Award

kekerasan seksual
Penghargaan Apresiasi 15th Satu Indonesia Award 2024.Sumber: IG @kakakaman


 Gerakan Kakak Aman telah membuka mata kita semua, orang tua, pendidik perlunya sex education sejak dini. Akhirnya, perjalanan dan usaha keras Hana Maulida mendapatkan penghargaan sebagai penerima Apresiasi ke 15, SATU Indonesia Awards 2024 dalam bidang pendidikan “Sahabat Anak dari Kekerasan Seksual” pada tanggal 29 Oktober 2024 di Gedung Astra Tower Building.

 Diharapkan gerakan Kakak Aman tidak berhenti setelah apresiasi ini, tapi akan berlanjut untuk mengedukasi dan memberdayakan anak dalam seksual. Suara gerakan Kakak Aman tetap menggema ke seluruh anak Indonesia sehingga Indonesia bisa bebas dari kekerasan anak, hidup damai dan bebas dari trauma dan ketakutan.

Total Tayangan Halaman