"Winter Dreams", Gejolak dari Potret Kehidupan

"Winter Dreams"" adalah sebuah perjalanan hidup seorang anak muda yang mencoba petualangan yang penuh dinamikanya . Segala usaha dilakukannya . Lika liku pekerjaan yang pernah dilakukan di negara besar, Amerika, pernah jadi supir, pengamen, penulis. 
dokumen pribadi

Amerika Serikat ,negara yang warganya multikulturisme, penuh dengan tantangan karena hukum yang telah diterapkan sangat jelas. Ketika sang tokoh masuk, menyaksikan perhentian demi perhentian hidup. Saya dibuat cemas apa yang terjadi di setiap persimpangan yang dihadapinya. 

Tokoh cerita itu memang tak sepenuhnya punya karakter yang sama dengan karakter saya. Namun, di masa muda pun saya pernah punya dream atau impian untuk bekerja atau pindah ke Amerika. Impian itu sebenarnya terjadi saat-saat peristiwa politik bergejolak di Indonesia tahun 1998, diskriminasi sosial dan pekerjaan di Indonesia semakin sulit. 

Tokoh muda itu penuh dengan gejolak hidup dengan impian yang kadang tak berpikir logis apakah yang ingin diraihnya di negara impiah itu sesuai dengan mimpinya atau tidak. Demikian juga saya pernah mimpi untuk mendapat Lottery Permanent Residence (Green Card). Saya mendapatkannya. Saya sudah bertekad untuk meneruskan perjuangan ini. Satu langkah hampir pasti saya harusnya berangkat, namun, ibu saya menjadi halangannya. 

Bagi saya, impian itu tidak kandas karena saya masih bermimpi sampai di titik dimana tidak ada lagi kesempatan bagi saya untuk berangkat lagi. Semuanya memang kandas karena kehidupan berubah dari mimpi yang saya ingin raih. 

Saya menikmati sekali perjalanan kehidupan dari tokoh yang diceritakan itu karena saya merasakan bagaimana seandainya saya jadi berangkat dan berada di sana. Perbedaanya saya akan berangkat sebagai legal residence bukan sebagai illegal residence

Ini akan membuat saya lebih aman. Tapi hal ini pun belum memastikan kehidupan akan lebih aman tidak bergejolak. Terus terang, saya mengikut teman saya yang sama-sama dengan saya mendapatkan PR dan sekarang sudah menetap di sana.

Gejolak kehidupan yang dikiranya aman, mendapat pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan, tak mudah karena tetap saja sebagai imigran ada perbedaan penerimaan (rekrutmen) sebagai pekerja. Lebih diutamakan bagi pekerja yang berasal dari lokal dari imigran. 

Ketika pekerjaan sudah ada digenggaman, belum menjamin kita akan mendapat bekerja seterusnya. Krisis ekonomi atau internal yang mendera perusahaan tempat kita bekerja, kita dapat dikeluarkan dari perusahaan dalam waktu hanya 24 jam. Sesungguhnya, impian itu sudah hilang karena hidup sudah berubah . 

Bagi saya novel “Winter Dreams” oleh Maggie Tiojakin jadi bayang-bayang masa lalu saya yang pernah saya torehkan untuk mencoba mengarungi kehidupan seperti yang dialami oleh tokoh utamanya . 


Tidak ada komentar

Pesan adalah rangkaian kata yang membangun dan mengkritik sesuai dengan konteksnya. Tidak mengirimkan spam!

Total Tayangan Halaman