Sensasi Piknik Bersama Keluarga


Rutinitas dalam pekerjaan yang dilakukan setiap hari selama hampir 6-8 bulan, akan membawa kejenuhan. Perlu "refreshing" yang membuat kejenuhan itu akan sirna.

Saat dan momen yang paling penting adalah ke luar dari rutinitas yang membelenggu kehidupan kami. Namun, seiring dengan bertambahnya usia anak yang makin dewasa, merencanakan piknik itu bukan hal yang mudah buat saya. Anak yang tambah dewasa, memiliki keinginan yang lain dari suatu piknik.

 Jadwal piknik selayaknya dibuat seawal mungkin. Ketika masih bekerja, tiap akhir tahun, saya selalu disodorkan suatu list cuti untuk tahun depan. Sayangnya, saya selalu ketinggalan mengisi list cuti itu hanya gara-gara keterlambatan anak memberikan informasi kapan liburnya. Jika saya selalu mendesak kepadanya: "Kapan liburnya?". Dia mengatakan: "Belum ada jadwal dari sekolah!". Jawabannya memang betul. tapi membuat saya kesal karena saya harus secepatnya masukkan jadwal cuti saya. Alhasil, cuti libur anak tidak bisa dibuat karena teman-teman lain yang gesit sudah mengambilnya.

Piknik yang membahagiakan:

Ketika cuti libur anak tidak berhasil didapatkan, maka ketika libur anak tiba, saya hanya mengajak anak ke vila kami di Cipanas. Begitu mendengar bahwa saya mengajaknya untuk berlibur ke Puncak, ada tatapan mata tanda tak suka. Saya sedikit mendesaknya. Liburan mengapa di rumah saja? kata saya. Sebenarnya, dalam hati yang terdalam saya tak menyukai perjalanan ke Puncak yang macet. Begitu hari H, kami berangkat sedini mungkin dari Jakarta. Seperti dugaan saya, mulai dari tol Ciawi , perjalanan sudah merambat.
dokumen pribadi

Bertambah macet ketika tiba di daerah Cisarua. Rasanya hampir tidak kuat menunggu lalu lintas yang sama sekali tak bergerak. Kemacetan itu membuat mood menjadi kesal. Tiba di villa, anak saya langsung mengatakan di dalam kamar: "Yuk, kita pulang saja!". Deg... saya hampir saja meledak marah karena ternyata apa yang saya pikirkan terjadi. Kebahagiaan atau kesenangan yang diharapkan untuk liburan yang menyenangkan tidak terjadi. Sebaliknya, dua orang yang marah dan kesal karena melihat kondisi yang tak menyenangkan.

Piknik sebagai kebersamaan: 
Belajar dari pengalaman tentang "piknik" saya ingin membuat rencana liburan dengan sesuatu yang sederhana. Tidak perlu piknik dengan pergi ke tempat jauh karena ternyata yang kita pikirkan bahwa tempat itu menyenangkan, yang terjadi sebaliknya. Jalan-jalan ke pantai di Ancol sering saya lakukan bersama anak. Subuh sekali kami berangkat, dan jam 7.30 kami telah tiba di bibir pantai Ancol. Sejak  anak saya masih balita, dia sangat menyukai bermain di pinggir pantai dengan pasir

Udara pantai yang diperlukan bagi kesehatannya, membuat saya dan anak serta ayahnya gembira menikmatinya. Ketika matahari sudah mulai panas, kami segera pulang. Kebersamaan hanya sesaat tetapi sangat bermakna bagi saya dan anak. 

Piknik sebagai pembelajaraan budaya, alam, pertemuan dengan kakek:

Liburan anak setelah menamatkan SMA, membuat saya merencanakan untuk membawanya ke rumah mertua di Medan. Perjalanan cukup jauh, kenapa tidak sekalian berlibur. Dibuatlah rencana tour ke Danau Toba sekitarnya, setelah itu kembali ke Medan untuk menengok mertua. Kesan liburan yang mendalam ketika kami berada di Danau Toba, anak, saya dan suami belajar banyak tentang alam yang indah, budaya Batak baru dapat kami pelajari saat berada di Samosir, budaya tarian yang disajikan, kekayaan alam dan pertanian di sekitar kota Brastagi
Dokumen pribadi

Selesai dari Danau Toba, kami mengunjungi mertua, ayahanda dari suami yang tinggal di Medan.  Senang sekali karena kesempatan pertama kali sejak menikah kami mengunjungi beliau.  Rasanya perkunjungan ini adalah kunjungan yang terakhir buat anak saya karena setalah itu dia berangkat.  Keharuan dan kehangatan meliputi perkunjungan itu. Kondisi kesehatan mertua yang sudah lemah , anak saya baru mengenal secara mendalam opanya.  Kenangan indah ini dibawa terus sampai sekarang.
dokumen pribadi

Piknik sebagai pertemuan:

Seringkali piknik diadakan karena kebetulan ada family yang datang . Kakak saya yang datang dari Belanda.  Baginya mengunjungi teman dekatnya yang telah dianggap seperti saudara sendiri adalah mutlak. Kebetulan teman akrab kakak itu tinggal di Pakuan, Bogor.    Sayangnya, saya selalu tidak dapat mendampingi kakak setelah mengantarnya ke Pakuan.  Saya tak bisa ikut mereka berpiknik , berlibur di Bogor, bertemu dengan teman akrab kakak  karena tempat menginap yang terbatas.

Jika saya mendapat kesempatan liburan di Bogor, tentunya saya akan dapat menikmati lebih banyak pesona wisata kuliner, wisata alam, wisata budaya di sekelilingi Bogor yang begitu kayanya.

Semoga kesempatan itu akan terwujud dalam waktu singkat.

T

Tidak ada komentar

Pesan adalah rangkaian kata yang membangun dan mengkritik sesuai dengan konteksnya. Tidak mengirimkan spam!

Total Tayangan Halaman